Langkah Sunyi

Pukul satu pagi, Airin merasakan demam yang tinggi di tubuhnya.

Dia terbangun karena susah untuk tidur, tubuhnya menggigil terus-menerus.

Airin mencoba mencari obat yang bisa meredakan demamnya.

Tetapi di persediaan obat pribadinya, dia tidak menemukan obat yang cocok untuk di minum.

Dia berusaha meraih gelas berisi air putih, diteguknya air itu sekali habis.

Tangannya merapatkan jaket yang dia kenakan. Kakinya gemetar melangkah pelan menuju pintu kamar.

Sebelum keluar, langkahnya terhenti karena melihat kotak obat yang berisi perlengkapan obat luka.

Dia meraih itu, dahinya mengeryit bingung. Karena kotak tersebut bukanlah miliknya.

"Kok ada ini? Milik siapa ini?" Gumamnya masih gemetar.

Dia meletakkan kembali kotak itu dan berjalan menuju kamar Assandi. Berusaha menaiki anak tangga yang membuat dirinya kelelahan.

Tangannya mengeratkan pegangan di tepi tangga agar tidak terjatuh.

Pandangannya sedikit buram karena rasa sakit ditubuhnya semakin menjadi.

Dia menelan ludah mengatur perasaannya sebelum mengetuk pintu kamar Assandi.

Mentalnya semakin menciut saat tangannya sudah meyentuh pintu itu.

Dia takut jika Assandi memakinya karena menganggu tidur malamnya.

Tok...

Tok...

Tok...

Ketuknya pelan agar tidak menganggu keluarganya yang lain.

Tok...

Tok...

Tok...

Airin mencoba mengetuknya sekali lagi. Tapi, laki-laki itu tidak kunjung keluar.

"Mas Sandi, ini saya Airin mas." Ucapnya pelan.

Tok...

Tok...

Tok...

Dia mengetuk sekali lagi, tetapi tetap sama tidak ada orang yang membuka pintu itu.

Tangannya mencoba meraih handle pintu untuk dibukanya.

Cklekk...

Suara pintu terbuka, Airin tersenyum senang. Karena Assandi tidak mengunci kamarnya.

Biasanya laki-laki itu selalu mengunci pintu kamarnya. Tapi hari ini dia tidak menguncinya dan membuat Airin merasa senang.

Karena dia bisa masuk pertama kali ke kamar suaminya.

Airin melangkah pelan memasuki kamar Assandi. Dia sangat kagum dengan kamar laki-laki yang bersih dan rapi.

Bahkan tidak ada baju, buku, maupun aksesoris yang berantakan disana.

"Dia sangat menjaga kerapian." Gumamnya.

Airin berjalan kembali menuju ranjang yang terdapat Assandi masih tidur pulas.

Dia menepuk lengan Assandi pelan untuk membangunkannya.

"Mas..."

"Mas Sandi..."

Tapi laki-laki itu tidak berkutik sama sekali. Airin menghela napas pelan.

Dia bingung harus bagaimana, karena hanya dia yang bisa di mintai pertolongan.

Dia ingin Assandi mengantarnya pergi ke rumah sakit untuk berobat.

"Mas Sandi..."

"Ini saya Airin mas, saya ingin minta tolong mas untuk mengantarkan ke rumah sakit." Ucapnya pelan.

Tapi, Assandi masih terlelap tidak mendengarkan Airin sama sekali.

"Mas." Panggil Airin sekali lagi.

Namun nihil, suaminya itu tidak meresponnya. Malah dia mendengkur halus menikmati tidurnya.

Airin merasa kasihan dengan hidupnya malam ini. Dia terpaksa harus berjuang sendiri menuju rumah sakit.

Karena rasa sakit ditubuhnya sudah tidak bisa dia tahan. Jika dibiarkan maka dirinya akan jatuh tidak sadarkan diri cukup lama.

Airin berdiri meninggalkan kamar Assandi. Dia berjalan menuju kamarnya untuk mengambil keperluan menuju rumah sakit.

Dia keluar kamar dengan langkahnya yang lemas. Kaki yang diseret sebelah dan mata berkunang-kunang.

Airin mencoba sekuat tenaga berjalan menyusuri trotoar di kesunyian malam.

Tidak ada seorangpun yang melintas melewati jalanan. Hanya ada dia seorang ditemani dengan udara malam yang dingin akibat hujan lebat kemarin.

Airin terus berjalan pelan, memeluk tubuhnya sendiri dengan mengeratkan jaket yang dia kenakan.

"Hhhhh, dingin sekali." Gumamnya gemetar.

Dia mengedipkan kelopak matanya agar bisa melihat dengan jelas. Karena pandangannya sudah mulai buram akibat rasa pusing di kepalanya.

Airin meringkuk menatap bawah agar mendapatkan kehangatan di tubuhnya.

Saat kepalanya mendongak, pandangannya menatap sebuah mobil yang berhenti dengan mesin masih menyala.

Dia melangkahkan kakinya lebih cepat, siapa tahu dirinya bisa meminta pertolongan kepada orang di dalam mobil tersebut.

Airin menunduk menatap kaca mobil, dia melihat ada satu orang laki-laki sedang tidur di dalam.

Tangannya mencoba mengetuk kaca tersebut untuk membangunkannya.

Tuk...

Tuk...

Tuk...

Tetapi laki-laki itu tetap sama, dia tidak membuka matanya.

Airin semakin khawatir, karena dia teringat berita yang memberitahu ada orang meninggal di dalam mobil karena kehabisan oksigen.

Dia berputar menuju pintu kemudi, tangannya mengetuk dengan keras kaca mobil itu.

Tuk, tuk, tuk...

Tuk, tuk, tuk...

"Pak, eh maksud saya mas, anda bisa mendengar saya."

Tuk, tuk, tuk...

Tuk, tuk, tuk...

Airin terus mengetuk-ketuk kaca tersebut. Tetapi laki-laki itu tidak membuka matanya.

Dia semakin panik melihatnya, dirinya takut jika terjadi sesuatu dengan laki-laki di dalam.

"Tolong!!!!" Teriak Airin meminta pertolongan.

"Tolong!!!! Ada orang pingsan disini!!!"

Tapi tidak ada orang satu pun yang mendengarnya. Dia baru tahu jika sekarang jam tengah malam, dimana semua orang masih tertidur lelap di rumah masing-masing.

Hanya dia sendirian yang berada disana dengan seseorang tidak sadarkan diri.

Tangan Airin mencoba mengutak ati handle pintu mobil. Dia berhasil, pintu itu terbuka dengan mudah.

Airin menepuk pipi laki-laki itu, dia terkejut suhu badannya sangat panas. Bahkan panasnya melebihi panas di tubuhnya.

Tangan Airin gemetar, bingung harus melakukan apa. Karena laki-laki itu sudah tidak sadarkan diri.

Sedangkan dia juga sedang sakit dan ingin menuju ke rumah sakit.

Jika dia bawa ke rumah sakit, tapi dirinya juga bingung harus membawanya bagaimana.

Karena dia tidak bisa mengemudikan mobil. Apalagi yang ditumpangi laki-laki itu adalah mobil mewah.

Airin semakin bingung, "Bagaimana ini, badannya panas banget."

Dia terpaksa harus melepaskan jaket yang dikenakan. Karena di dalam mobil, laki-laki itu tidak membawa jaket maupun pakaian berlengan panjang.

Dia hanya mengenakan kaos dan celana panjang saja. Sehingga Airin memberikan jaketnya menutupi tubuh laki-laki asing itu.

Saat kepalanya mendekat menyelimuti tubuh laki-laki itu. Dia mengeryit bingung dengan wajah yang tidak asing baginya.

Airin seperti mengenal laki-laki itu, tapi dia lupa pernah menemuinya dimana.

"Kenapa wajahnya aku seperti mengenalinya ya." Gumam Airin.

Saat dirinya akan keluar dan menghindar, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal erat oleh laki-laki itu.

Airin terkejut melihatnya, dia berusaha melepaskan tetapi tidak bisa.

"Airin..."

Laki-laki itu mengigau memanggil namanya. Mata Airin membulat, orang asing ini mengetahui namanya.

"Airin, maafkan aku Rin."

"Maafkan aku..."

Laki-laki itu terus meracau menyebut namanya. Airin menjadi penasaran dengan laki-laki ini.

Dia meraba saku celana laki-laki itu untuk mencari identitasnya.

Dia berhasil menemukan dompet milik laki-laki itu. Dibukanya dompet tersebut untuk melihat siapa nama asli orang asing ini.

Airin membulatkan matanya tidak percaya, bahwa laki-laki ini adalah kakak angkatnya saat di panti asuhan.

Mata Airin berkaca-kaca melihat nama yang tertera di kartu identitas itu.

Dia akhirnya bisa menemukan kakak angkatnya yang dulu selalu bersamanya saat masih kecil.

Kakak yang selalu menemaninya disaat susah maupun senang. Bahkan dia dengan rela mengorbankan nyawanya untuk Airin saat dirinya divonis sakit ginjal.

Airin sangat senang, dirinya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan laki-laki yang sudah dia anggap sebagai kakak kandungnya.

"Hiks, hiks, Mas Nando. Ini benar kamu mas?"

Airin sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Dia terlalu bahagia bisa melihat kakaknya dari panti asuhan dulu.

Sekarang, hidupnya sangat beruntung karena bisa bertemu kembali dengan laki-laki yang dulu pernah dia cintai.

Episodes
1 Kotak Bekal
2 Selalu Di Abaikan
3 Sakit
4 Langkah Sunyi
5 Khawatir
6 Se Motor
7 Foto Masa Kecil Assandi
8 Hadiah Boneka
9 Pergi Makan Malam
10 Boneka Lagi
11 Hari Pertama Sekolah Setelah Sakit
12 Sekamar
13 Martabak Mini
14 Menahan Nafsu
15 Syal Merah Maroon
16 Assandi Sakit
17 Kue Basi
18 Pengakuan
19 Pergi
20 Berlin, Jerman
21 Pekerjaan
22 Teman Baru
23 Marah
24 Mimpi Buruk
25 Terfitnah
26 Merenung
27 Mabuk
28 Kebenaran
29 Pengumuman :
30 Hilangnya Keperawanan
31 Merasa Hina
32 CEO Hotel
33 Mencari
34 Hamil
35 Frustasi
36 Kehilangan Pekerjaan
37 Hujan Badai
38 Kelulusan
39 Laki-laki Itu
40 Berjumpa
41 Mengaku
42 Perhatian
43 Kembali Ke Hotel
44 Peraturan Tegas
45 Ngidam
46 Kecurigaan Jennie
47 Terpaksa Berbohong
48 Makan Malam Perayaan
49 Teman William
50 Mencaritahu
51 Buah Jeruk
52 Pembalasan
53 Dendam
54 Terjadi
55 Rumah Sakit
56 Darah Untuk Rania
57 Kabar Bahagia Keluarga Elwidson
58 Berita Pencarian Airin
59 Sadarnya Rania
60 Rumah Romi
61 Melanjutkan Pencarian
62 Gejolak Asmara Romi
63 Mimpi
64 Saling Merindukan
65 Melahirkan
66 Sadarnya Airin dari Koma
67 Pertemuan di Dalam Pesawat
68 Buku Diary Airin
69 Singapura
70 Pembatalan Kerja Sama
71 Tetangga Apartemen
72 Martabak Kesukaan Airin
73 Menuju Rumah Sakit
74 Pengumuman 2
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Kotak Bekal
2
Selalu Di Abaikan
3
Sakit
4
Langkah Sunyi
5
Khawatir
6
Se Motor
7
Foto Masa Kecil Assandi
8
Hadiah Boneka
9
Pergi Makan Malam
10
Boneka Lagi
11
Hari Pertama Sekolah Setelah Sakit
12
Sekamar
13
Martabak Mini
14
Menahan Nafsu
15
Syal Merah Maroon
16
Assandi Sakit
17
Kue Basi
18
Pengakuan
19
Pergi
20
Berlin, Jerman
21
Pekerjaan
22
Teman Baru
23
Marah
24
Mimpi Buruk
25
Terfitnah
26
Merenung
27
Mabuk
28
Kebenaran
29
Pengumuman :
30
Hilangnya Keperawanan
31
Merasa Hina
32
CEO Hotel
33
Mencari
34
Hamil
35
Frustasi
36
Kehilangan Pekerjaan
37
Hujan Badai
38
Kelulusan
39
Laki-laki Itu
40
Berjumpa
41
Mengaku
42
Perhatian
43
Kembali Ke Hotel
44
Peraturan Tegas
45
Ngidam
46
Kecurigaan Jennie
47
Terpaksa Berbohong
48
Makan Malam Perayaan
49
Teman William
50
Mencaritahu
51
Buah Jeruk
52
Pembalasan
53
Dendam
54
Terjadi
55
Rumah Sakit
56
Darah Untuk Rania
57
Kabar Bahagia Keluarga Elwidson
58
Berita Pencarian Airin
59
Sadarnya Rania
60
Rumah Romi
61
Melanjutkan Pencarian
62
Gejolak Asmara Romi
63
Mimpi
64
Saling Merindukan
65
Melahirkan
66
Sadarnya Airin dari Koma
67
Pertemuan di Dalam Pesawat
68
Buku Diary Airin
69
Singapura
70
Pembatalan Kerja Sama
71
Tetangga Apartemen
72
Martabak Kesukaan Airin
73
Menuju Rumah Sakit
74
Pengumuman 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!