Bab 4

Pagi itu, Akademi Debocyle tak lagi sama. Koridor-koridor yang biasanya dipenuhi suara langkah kaki siswa kini hanya berisi bisikan-bisikan panik dan ketakutan. Wajah-wajah siswa tampak pucat, beberapa berkumpul dalam kelompok kecil, saling berbisik.

Di Aula Utama, suasana jauh lebih kacau. Para guru dan pengawas sibuk mencoba menenangkan kerumunan siswa. Laporan tentang penemuan jenazah Dave telah menyebar seperti api yang membakar hutan kering.

Alvaro berdiri di salah satu sudut aula, bersandar pada dinding sambil mengamati keadaan. Gale berdiri di sampingnya, wajahnya menegang.

“Semua sudah tahu,” gumam Gale lirih. “Kabar ini... terlalu cepat menyebar.”

“Tidak mungkin disembunyikan,” jawab Alvaro dengan suara datar. Sorot matanya tajam, memindai setiap siswa yang tampak ketakutan. “Satu orang mati. Semua orang sekarang berpikir mereka bisa jadi korban berikutnya.”

Di tengah aula, seorang guru berdiri di atas podium, memegang pengeras suara. “Semua siswa diminta untuk tetap berada di asrama masing-masing! Jangan berkeliaran di luar tanpa izin! Akademi akan mengambil langkah pengamanan secepatnya.”

Namun, suara guru itu tenggelam di antara kegaduhan yang semakin menjadi-jadi.

Aula utama masih dipenuhi hiruk-pikuk siswa yang saling berbisik cemas. Suara-suara mereka bercampur dengan langkah terburu-buru staf Akademi, menciptakan suasana tegang. Gale berdiri di samping Alvaro, keduanya memperhatikan kerumunan dari sudut ruangan.

“Sepertinya, pagi ini akan jadi pagi terpanjang sepanjang hidup kita,” gumam Gale, tatapannya lurus ke arah panggung di tengah aula.

Alvaro hanya mengangguk ringan, tapi sebelum ia sempat menanggapi, suara langkah berat mendekat.

“Sudah dengar kabar dari kantin? Mereka bahkan tidak punya nyali untuk buka,” ujar Latania dengan nada tajam. Ia berdiri dengan tangan terlipat di dada, matanya yang tajam melirik ke arah kerumunan. “Dan ini yang mereka sebut Akademi terbaik?”

Alvaro mendesah. “Latania, situasinya agak berbeda dari sekadar makanan habis di kantin.”

“Ya, ya,” potong Latania sambil mengibaskan tangan, lalu mendekat ke Gale. “Tapi ini menunjukkan betapa buruknya manajemen krisis di sini.”

Dari arah lain, terdengar suara ceria yang khas, meskipun agak pelan. Charissa, dengan rambut lebat yang terlihat lebih acak dari biasanya, berjalan mendekat sambil mengayunkan tangan seperti sedang bermain-main. “Hei, apa aku terlambat? Aku lihat ada keributan. Ada apa sih?” tanyanya polos.

Alvaro melirik Charissa dengan tatapan datar. “Kamu serius, Charissa?”

“Ya serius dong. Kalau enggak, aku kan enggak bakal nanya.” Charissa tertawa kecil, tapi langsung terdiam ketika Latania menggelengkan kepala dengan ekspresi tak percaya.

“Dave,” jawab Gale akhirnya. “Al yang menemukannya tadi malam, di koridor asrama. Dia... sudah tiada.”

Charissa tampak bingung selama beberapa detik, sebelum akhirnya matanya membulat. “Oh! Jadi ini... soal yang itu, ya? Yah, aku pikir cuma gosip.” Ia menggaruk kepalanya, terlihat seperti benar-benar memproses informasi itu perlahan. “Kasihan Dave.”

Latania memutar mata. “Kamu ini lemot sekali, Charissa.”

“Tapi aku cantik,” jawab Charissa sambil berkedip genit ke arah Alvaro. “Kamu setuju, kan, Al?”

Alvaro menghela napas panjang. “Tolong, Charissa. Ini bukan waktunya untuk bercanda.”

Charissa terkekeh. “Kamu bilang bercanda, tapi aku serius. Oke, oke, aku diam.”

Shally muncul dari belakang Charissa, wajahnya tampak pucat seperti kurang tidur. Rambutnya yang sedikit bergelombang setengah menutupi wajahnya. Ia memegang buku catatan kecil di tangannya, seperti kebiasaannya setiap kali gugup. “Alvaro,” panggilnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara keributan aula.

“Ya?” Alvaro menoleh, wajahnya sedikit melunak melihat Shally yang tampak gugup.

“Ini... semua ini, maksudku, kematian Dave. Apa mungkin... dia tahu sesuatu?” tanyanya hati-hati, nada suaranya nyaris seperti bisikan.

Gale dan Alvaro saling pandang. Gale menjawab lebih dulu, “Kita belum tahu apa-apa, Shally. Tapi kurasa tidak ada yang kebetulan di sini.”

Shally mengangguk pelan, lalu menunduk. “Aku hanya... merasa kasihan. Dia orang baik.”

“Semua orang merasa begitu,” ujar Gale, meletakkan tangannya di bahu Shally untuk menenangkan. “Kita hanya perlu fokus sekarang.”

Latania mendengus. “Aku bilang, kita harus cari tahu lebih cepat. Duduk diam tidak akan menyelesaikan apa-apa.”

“Ya, atau mungkin kau bisa mencari tahu sendiri?” Alvaro menyeringai tipis.

Sebelum Latania sempat menjawab, Charissa menyela dengan tawa. “Latania dan diam? Itu seperti minta aku untuk tiba-tiba jadi pintar.” Ia tertawa lagi, meskipun suara tawanya membuat beberapa siswa lain menoleh.

Shally hanya tersenyum kecil, tapi tak mengatakan apa-apa lagi. Ia tetap memeluk buku catatannya, seperti berusaha menjaga pikirannya tetap tenang di tengah suasana mencekam.

***

Sementara itu, di gerbang utama Akademi, situasinya tak kalah mencekam. Beberapa kendaraan milik pemerintah—berwarna hitam pekat dengan emblem resmi—tengah parkir di depan gerbang yang kini tertutup rapat. Sejumlah personel berseragam, lengkap dengan senjata, bergerak memasang pagar blokade.

“Kami mendapat perintah langsung!” teriak salah satu petugas kepada seorang staf Akademi yang mencoba protes. “Jalan keluar-masuk ke Akademi Debocyle akan ditutup sampai waktu yang belum ditentukan.”

Staf Akademi itu terdiam, tak bisa berkata apa-apa.

Di balik pagar, para siswa yang penasaran mulai berdatangan. Mereka berbisik-bisik, beberapa bahkan mencoba merekam kejadian itu dengan ponsel mereka.

"Kenapa pemerintah harus ikut campur?” gumam salah seorang siswa dengan suara gemetar. “Apa ini sebesar itu?”

“Pemerintah tidak akan bergerak kalau ini cuma kecelakaan,” sahut yang lain, nada suaranya dipenuhi ketakutan.

Mungkin hanya beberapa mobil polisi tidak akan membuat para siswa bingung dan panik. Akan tetapi di balik gerbang utama Akademi Debocyle adalah satu batalion pasukan darat serta agensi kepemerintahan. Bahkan drone-drone kecil memasuki Akademi Debocyle.

Akan tetapi proyektil sihir menjatuhkan rombongan drone tersebut dengan brutal. Menyisakan rongsokan besi tak berguna jatuh dari langit lekas menghujani siswa-siswa.

Para staf akademi serta beberapa siswa eksekutif lah yang melucuti drone-drone itu. Bahkan mereka mengevakuasi para siswa yang berada di halaman untuk segera masuk ke kamar asrama masing-masing.

Zaela dengan pengeras suara di tangan berjalan anggun dan tegas, aura superiornya sangat terpancar di perawakan tinggi semampainya. "Seluruh siswa, kembali ke asrama sekarang. Tidak ada pengecualian." Suara yang tegas bagaikan seorang diktator, para siswa juga menurutinya dengan terpaksa.

Melihat para siswa berjalan malas-malasan bagai kukang, gadis itu langsung mengeluarkan sedikit kekuatan untuk memunculkan duri-duri berlian dari bawah tanah. Cara itu terbukti efektif ketika para siswa berlarian untuk menghindari duri-duri yang muncul di dekat mereka menggiring ke kamar asrama.

Gadis itu memutarkan sedikit tubuhnya dan melihat personel pemerintah, "kalian berada di wilayah independen. Jangan coba-coba menguji kesabaran Akademi Debocyle." Peringatan Zaela ditangkap jelas oleh pihak pemerintah.

Tanpa menunggu respons dari pemerintah ia menurunkan pengeras suara dan berbalik pergi. Meninggalkan suasana yang tiba-tiba kembali sunyi.

...****************...

Siswa-siswa biasa sudah masuk ke dalam kamar asrama masing-masing. Instruksi dari petinggi Akademi Debocyle untuk mengamankan para siswa dan menyelidiki kasus pembunuhan pertama yang terjadi.

Kini suasana akademi sibuk—untuk budak-budaknya—sementara para siswa di liburkan untuk sementara.

Alvaro dan Gale mengundang seluruh anggota Fluttergeist berkumpul di ruang aman anggota Fluttergeist. Ruangan ini adalah hadiah dari akademi karena prestasi tim yang gemilang. Bisa dibilang bahwa ruangan ini adalah bentuk apresiasi akademi karena bakat yang cerah.

Ruangan aman itu kecil namun terorganisir, dengan meja di tengah dan beberapa kursi yang berjejer. Sebuah papan tulis digital memuat informasi terbaru yang berhasil mereka kumpulkan. Cahaya redup dari lampu darurat menciptakan suasana tegang. Di luar ruangan, suara sepatu berderap terdengar samar, menandakan para staf dan siswa eksekutif sibuk menjaga ketertiban.

Hans dan Vella sudah dikirimi pesan untuk bergabung di ruangan. Tapi diskusi tidak akan menunggu mereka, dengan anggota yang ada diskusi segera dimulai.

"Kita semua tahu apa yang terjadi tadi malam. Dave... meninggal. Tapi kita tidak di sini untuk bersedih. Kita di sini untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi." Gale mengawalinya dengan tepat.

Karena Akademi Debocyle adalah tempat yang belum pernah ada kejadian seperti ini sejak 110 tahun sejak berdirinya, kejadian ini sangat patut dipertanyakan dan diselidiki. Lorong TKP yang biasanya penuh dengan siswa-siswa bandel yang suka begadang mendadak sepi semalam.

"Kita harus tetap tenang. Aku yakin ada pola di balik semua ini. Kalau kita bisa menganalisis... kita akan menemukan jawabannya." Tambah Gale.

Setelah ucapan itu, hal yang membakar hati Alvaro tersulut begitu saja. Seperti ada semacam perilaku memberontak dalam dirinya terhadap pernyataan itu.

"Tenang? Dave baru saja mati, Gale. Kau pikir kita punya waktu untuk analisis panjang? Kita butuh tindakan nyata, bukan teori!" Alvaro masih duduk bersandar dengan tangan terlipat, tetapi suaranya tegas dan meninggi seakan kejadian semalam adalah kejadian terburuk yang pernah ia alami.

Latania terkekeh kecil lalu mendengus panjang. Gadis itu pastilah punya jawaban menusuk untuk keduanya. "Tenang, kau bilang? Analisis panjang? Tindakan nyata? Kalian berdua sama-sama menyedihkan. Tidak ada gunanya berdebat soal pendekatan kalau kita bahkan tidak tahu apa yang kita hadapi."

Terpopuler

Comments

Luna de queso🌙🧀

Luna de queso🌙🧀

Dialog yang autentik memberikan kehidupan pada cerita.

2024-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11 : Hutan Hitam & Api Hitam
13 Bab 12 : Semangat baru dengan kepatahannya
14 Bab 13 : Bounty? Kayak bajak laut aja
15 Bab 14 : Keluar dari Hutan Hitam
16 Bab 15 : Makhluk Hutan Hitam
17 Bab 16 : Keluh Kesah Investigator
18 Bab 17 : Sisi Lain Hutan Hitam
19 Bab 18 : See You Later, Heather
20 Bab 19 : Charissa's Charm
21 Bab 20 : Manusia atau Monster?
22 Bab 21 : Relax di Ruang Aman Cadangan
23 Bab 22 : Sedikit Cerita Menggelitik
24 Bab 23 : Pemerintah Mulai Bergerak
25 Bab 24 : Bertemu Pendiri Akademi
26 Bab 25 : Fakta Lagi, Misi Lagi
27 Bab 26 : Menuju Akademi Lama
28 Bab 27 : Sampai di tujuan
29 Bab 28 : Misi Dimulai
30 Bab 29 : Di Laboratorium
31 Bab 30 : Hollowborn
32 Bab 31 : Terus Maju
33 Bab 32 : Tak Terhentikan
34 Bab 33 : Mereka Dimana-mana
35 Bab 34 : Robot Penjaga
36 Bab 35 : Kegagalan dari Singularitas Biologis
37 Bab 36 : Pertarungan Melawan Evolusi Tak Terbendung
38 Bab 37 : Darah dan Baja
39 Bab 38 : Langkah di Tengah Kekacauan
40 Bab 39 : Situasi Semakin Memburuk
41 Bab 40 : Pilihan Pahit
42 Bab 41 : Jerat Kata dan Luka
43 Bab 42 : Berlian yang Tak Lagi Bersinar
44 Bab 43 : Kedatangan Sang Direktur
45 Bab 44 : Yang Kita Simpan dalam Diam
46 Bab 45 : Wajah yang Ingin Kembali Kulihat
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11 : Hutan Hitam & Api Hitam
13
Bab 12 : Semangat baru dengan kepatahannya
14
Bab 13 : Bounty? Kayak bajak laut aja
15
Bab 14 : Keluar dari Hutan Hitam
16
Bab 15 : Makhluk Hutan Hitam
17
Bab 16 : Keluh Kesah Investigator
18
Bab 17 : Sisi Lain Hutan Hitam
19
Bab 18 : See You Later, Heather
20
Bab 19 : Charissa's Charm
21
Bab 20 : Manusia atau Monster?
22
Bab 21 : Relax di Ruang Aman Cadangan
23
Bab 22 : Sedikit Cerita Menggelitik
24
Bab 23 : Pemerintah Mulai Bergerak
25
Bab 24 : Bertemu Pendiri Akademi
26
Bab 25 : Fakta Lagi, Misi Lagi
27
Bab 26 : Menuju Akademi Lama
28
Bab 27 : Sampai di tujuan
29
Bab 28 : Misi Dimulai
30
Bab 29 : Di Laboratorium
31
Bab 30 : Hollowborn
32
Bab 31 : Terus Maju
33
Bab 32 : Tak Terhentikan
34
Bab 33 : Mereka Dimana-mana
35
Bab 34 : Robot Penjaga
36
Bab 35 : Kegagalan dari Singularitas Biologis
37
Bab 36 : Pertarungan Melawan Evolusi Tak Terbendung
38
Bab 37 : Darah dan Baja
39
Bab 38 : Langkah di Tengah Kekacauan
40
Bab 39 : Situasi Semakin Memburuk
41
Bab 40 : Pilihan Pahit
42
Bab 41 : Jerat Kata dan Luka
43
Bab 42 : Berlian yang Tak Lagi Bersinar
44
Bab 43 : Kedatangan Sang Direktur
45
Bab 44 : Yang Kita Simpan dalam Diam
46
Bab 45 : Wajah yang Ingin Kembali Kulihat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!