NovelToon NovelToon

Oh My Boss 2 (Real Life)

OMB! 2 (Real Life) 1

...Semangat Membaca...

...*****...

"Rumah sakit? Aku d rumah sakit?"

Baru saja hendak bangun, ia dikejutkan dengan pintu ruanganya yang terbuka secara kasar. Seorang wanita paruh baya yang sangat ia kenali masuk dengan wajah khawatir, begitupun dengan seorang perempuan yang terlihat seumuran dengannya.

"Aza, kamu sudah sadar? Mana yang sakit nak? Beritahu mama,"

"A-aza?"

Wanita itu mengangguk "Iya sayang. Aza, nama panggilan kamu."

Ia menggeleng. Kemudian memegang perutnya yang terasa datar. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

"Azalea, kenapa nak? Ada yang sakit? Katakan pada mama," pinta wanita itu dengan nada khawatir.

"Le, ayo bicara! Jangan diam saja. Kita khawatir Lea," tambah perempuan di sebelah wanita yang memanggil dirinya sebagai 'mama'.

Tangisan lirih itu terdengar semakin keras. Dia, Azalea telah kembali ke dunia aslinya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Aku kembali, tapi kenapa rasanya tidak rela?"

Setelah puas menangis, Azalea mengusap air matanya dan menghela napas berulang kali. Ia menatap wanita yang tak lain adalah mamanya dan perempuan yang tak lain adalah sahabatnya, Kanaya.

"Sudah nangisnya? Sudah puas?" tanya Kanaya. "Aku sampai bingung Le, Tiba-tiba saja kau menangis seperti itu, Ada apa sebenarnya?"

Azalea menggeleng pelan.

"Mama panggilkan dokter ya,"

Lagi lagi ia menggeleng, "Tidak usah ma, Aza tidak papa."

Tara, wanita itu mengelus pelan kepala Azalea dengan sayang. "Mama sangat khawatir saat tahu kamu tidak sadarkan diri Za. Lagi pula bagaimana bisa? Apa yang kamu lakukan? Untung saja Kanaya langsung menghubungi mama dan papa."

Azalea menggaruk kepalanya sambil menyunggingkan senyum lebar. Bagaimana cara menjelaskannya? Apa mereka akan percaya? Bisa-bisa dia dikira menghalu nanti.

"Aza juga tidak tahu ma. Seingat aza, aza hanya ketiduran karena membaca novel," jawab Azalea ragu.

Tara menghela napas pelan." "Ya sudah, lupakan saja. Yang penting kamu sudah sadar sekarang, mama benar-benar bersyukur." Tara mengecup kening Azalea sayang. "Mama tinggal sebentar ya, mama ingin membeli makanan."

Azalea mengangguk.

Kini ruangan itu hanya diisi oleh Kanaya dan Azalea yang saling bertatapan.

"Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"

Kanaya terlihat mengingat-ngingat, "Sekitar seminggu lebih."

"Selama itu?"

Kanaya mengangguk, "Oh ya, kau tau Le?"

"Apa?"

"Novel itu punya versi baru. Keseluruhan cerita sangat berbeda dengan novel milikmu. Bahkan tokoh yang jarang disebut malah jadi peran utama dan jadi pasangan Auris. Di akhir cerita Auris mati karena tertusuk pisau oleh Caramel, setelah itu Caramel dihukum dan lebih gilanya, kau tau?!"

Azalea menunggu Kanaya menyelesaikan ceritanya dengan penasaran.

"Aldrick, suaminya Auris juga mati karena mengalami kecelakaan mobil."

"APA?!" Azalea menutup mulutnya shock. "Mas Aldrick mati? Kecelakaan? Apa itu semua karena aku?"

Kanaya tertawa melihat ekspresi Azalea, "Apa-apaan responmu itu, seperti kenyataan saja!" Kanaya bangkit dari kursinya dan mengambil sesuatu dari tasnya. "Ini, aku membeli novel versi yang baru, pokoknya kau harus baca. Menurutku ceritanya sangat bagus! Aku puas sekali karena di novel yang ini Auris lebih bahagia dari novel sebelumnya," cerita Kanaya yang tampak sangat antusias.

Azalea menatap novel di tangannya. Cover yang berbeda dari sebelumnya. Jika di novel sebelumnya cover berisi tokoh Reynold dan Caramel lalu Auris yang berada di belakang mereka, kini covernya berganti menjadi wajah Auris dan Aldrick yang saling merangkul dengan judul 'Queen Of Antagonist (Secret)'.

"Kapan aku bisa pulang?"

Kanaya melotot garang, "Enak saja! Setelah tidak sadar selama smeinggu kau ingin pulang?!" Kanaya menggeleng tegas, "Tidak boleh! Kau harus dirawat sampai besok!"

Azalea berdecak, "Ayolah Kanaya, aku sudah baik-baik saja. Sungguh."

Kanaya menggeleng tegas dengan menyilangkan tangannya di dada, "Ti.dak!"

Helaan napas kasar Azalea keluarkan. Kemudian kembali menatap novel di tangannya. Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. "Kisah kita sudah berakhir ya? Terima kasih telah membuatku bahagia selama bersamamu. Aku akan menyimpan kisah kita, selalu."

Azalea menatap lurus ke depan, kemudian tersenyum."Saatnya membuka lembaran baru Lea. Hidupmu yang sebenarnya adalah di sini."

"Seperti orang gila!" celetuk Kanaya.

Azalea tertawa pelan. "Novelnya boleh untukku?"

Kanaya mengangguk, "Itu memang untukmu. AKu sengaja membelikannya karena aku tahu kau pasti akan tertarik dengan versi yang baru ini. Lagi pula itu stok terakhir di toko buku. Novel ini menjadi novel best seller Le, novelnya habis terjual di mana-mana." Kanaya mengutak-atik hpnya dan menunjukkan sebuah berita, "Lihat, bahkan sampai tersebar di media sosial seperti ini. Banyak pembaca yang mereview jika novelnya sangat menarik."

"Terima kasih, Kanaya."

...*****...

"Pokoknya kau harus menggantikan papa! Papa tidak mau tahu."

"Tidak mau," acuh seorang pria yang dengan santai memainkan tablet di tangannya.

"Allarick! Sampai kapan kau akan seperti ini!" Gio menatap lelah sang putra. Sudah sejak lama ia membujuk Allarick agar mau menggantikannya sebagai pemimpin di perusahaanya. Tapi anaknya itu selalu saja menolak dengan berbagai alasan. Dan itu benar-benar membuat Gio kesal bukan main.

"Seperti apa? Aku sudah kaya, tidak perlu bekerja!" balas pria yang bernama Allarick itu dengan santai dengan nada angkuhnya. "Papa saja yang bekerja."

"Terserah, pokoknya papa tidak mau tahu! Minggu depan adalah pelantikanmu sebagai CEO baru Maheswara group,"

"Ti-,"

"PAPAAAA!"

Perhatian keduanya teralihkan pada seorang anak-anak laki-laki yang menghampiri Allarick dan naik kepangkuannya.

Allarick tersenyum. Mengecup sayang anak laki-laki di pangkuannya. Askara Nathaniel Maheswara, putranya, ralat keponakannya yang ia anggap sebagai putranya. Allarick memutuskan mengambil Askara setelah orang tua anak itu yang tak lain adalah kakaknya mengalami kecelakaan pesawat dengan sang istri saat melakukan perjalanan bisnis.

"Bagaimana dengan sekolahnya?" tanya Gio mengambil alih sang cucu ke pangkuannya.

Allarick menatap sinis papanya itu.

"Seru kakek, Aska mendapatkan banyak teman di sekolah. Mereka sangat baik dan Aska suka berteman dengan mereka," jawab Askara tersenyum menampakkan giginya.

Gio dan Allarick tersenyum mendengar hal itu.

"Baiklah kalau begitu Aska bersih-bersih, kakek dan papa ada yang ingin dibicarakan. Mengerti jagoan?"

Askara mengangguk. Ia segera turun dari pangkuan Gio dan menarik tangan susternya menuju kamarnya.

Ekspresi datar kembali mereka tunjukkan. Ayah dan anak itu saling melempar tatapan datar satu sama lain. Baik Gio maupun Allarick sama-sama tidak mau mengalah.

"Aku akan menggantikan papa, dengan syarat Kanaya yang harus menjadi sekretarisku," tawar Allarick tersenyum menantang.

Gio semakin mendatarkan wajahnya, "Tidak! Adikmu itu hanya sekretaris sementara papa. Sekretaris sebenarnya akan bekerja denganmu nanti. Kanaya mengatakan jika temannya itu sudah sadar dan bisa bekerja kembali!" Gio menatap anaknya itu, "Jika kau terus berada di lingkungan keluarga, bagaimana bisa kau mendapatkan pendamping Allarick?"

Oke, Allarick kesal. Kenapa harus membahas pendamping lagi? Tidak bisakah membahas yang lain saja. Kenapa pembicaraan mereka selalu berakhir  ke situ? "Ck! Terserah!" final Aldrick kemudian bangkit dari tempat duduknya, tepat ia berbalik di hadapannya sudah ada wanita yang tersenyum padanya.

Saras, mamanya. Wanita itu menarik tangan Allarick untuk kembali duduk. Kemudian Saras mengeluarkan beberapa foto dari tasnya yang membuat suasana hati Aldrick semakin memburuk.

"Lihat, ini adalah anak-anak teman mama."

"Heem,"

"Ini Ela, dia seorang model. Bagaimana?"

"Tidak, dadanya terlalu besar. Itu pasti palsu."

Saras melotot mendengarnya. "Allarick!"

"Heem?"

"Ck,, kalau yang ini bagaimana?"

Aldrick menggeleng lagi, "Tidak, terlalu putih. Seperti mayat hidup."

"Yang ini?"

"Tidak, Seperti tante-tante. Aku masih muda."

Saras menghela napas. Sementara Gio tertawa kecil mendengar jawaban Allarick sedari tadi.

"Yang ini bagaimana? Namanya Ayuna, dia seorang dokter kecantikan. Kulitnya tidak terlalu putih dan tubuhnya sangat ideal," tawar Saras lagi.

Allarick menatap foto itu lama. Melihat hal itu Saras tersenyum, sepertinya Allarick tertarik kan?

"Tidak!"

"A-apa?! Kali ini apa alasannya?!" tanya Saras kesal.

Allarick menatap mamanya itu datar, kemudian melirik Gio yang menahan tawa, "Dagunya terlalu runcing. Wajahnya terllau tirus. Matanya terlalu besar, dan...Kenapa hidungnya sangat panjang. Maksudku memang mancung, tapi kenapa sangat-sangat runcing seperti itu."

Pecah sudah tawa Gio. Sementara Saras ikut memperhatikan foto Ayuna lagi.

"Aku benarkan?" kata Allarick, "Sepertinya dia operasi plastik ma."

Kali ini Saras mengangguk menyetujui ucapan anaknya itu.

"Sudahlah mama, jangan terus mencarikan jodoh untukku. Jodohku pasti datang sendiri, mama tidak perlu sibuk mencarinya," ucap Allarick. "Pokoknya aku tidak mau dijodohkan, aku ingin mencari pendampingku sendiri."

...*****...

Hai, ketemu lagi nih

Maaf ya baru up

Karena novel sebelah mau direvisi, makanya yg real lifenya aku buat terpisah guys. Dan disana aku sunting jadi tamat. Biar revisinya ga di buru-buru😁😁

dan,,terimakasih sudah membaca!

OMB! 2 (Real Life) 2

Selamat Membaca

*****

Azalea merapikan penampilannya. Hari ini ia akan pulang setelah satu hari dirawat di rumah sakit. Ia menghela napas berulang kali. "Semangat Lea. Lupakan semuanya, mari buka lembaran baru di sini!" Azalea menyemangati dirinya.

Senyumnya melebar melihat Tara dan Deo sudah berada di ambang pintu. Deo, papanya segera meraih tangannya dan memeluknya erat. "Maafin papa baru datang sekarang sayang."

"It,s oke papa. Lea tidak masalah. Yang penting sekarang, papa yang menjemput Lea," balas Azalea tersenyum.

Azalea turut menggandeng lengan Tara. Sehingga kini posisinya ia berada di tengah-tengah orang tuanya. Ia rindu, rindu pada kedua orang tuanya. Ternyata di sini lebih nyaman lebih dari apapun.

"Dimana Kanaya?"

"Tidak tahu. Dia bilang dia ada urusan makanya tidak bisa menjemput Lea."

Azalea tersenyum ketika dirinya sudah memasuki mobil. Lagi-lagi ia merasa bersyukur dengan apa yang telah terjadi. Ia tidak menyesal kembali, biarpun merasa mulai nyaman di sana. Biarlah itu menjadi kisah untuknya sendiri, pikirnya.

"Mama masak makanan kesukaan kamu, pokoknya kamu harus makan yang banyak," ucap Tara.

"Tentu saja. Lea akan menghabiskan semuanya," balas Azalea semangat.

"Jika kamu menghabiskan semuanya, papa dan mama makan apa?" tanya Deo ikut dalam obrolan istri dan anaknya.

Azalea tampak berpikir, "Makan apa ya? Lihat Lea makan saja bagaimana?"

Ketiganya tertawa bersama-sama. Apalagi Azalea, seperti sudah lama tidak seperti ini. Padahal kata mereka baru seminggu ia tidak sadarkan diri.

"Kapan kamu akan bekerja kembali?" tanya Deo.

"Kemungkinan besok atau lusa pa. Aku sudah rindu dengan pekerjaanku," jawab Lea, "Papa sendiri kapan akan kembali? Apa proyek papa sudah selesai?"

Deo tersenyum, "Papa akan kembali minggu depan, dan rencananya mama akan ikut. Kamu mengizinkan?"

Azalea mengangguk, "Tentu saja. Aku bisa tinggal di apartemen bersama Ilona nanti. Papa dan mama tidak perlu khawatir, ok? Aku bisa menjaga diriku sendiri. Papa tahu aku seperti apa kan?"

"Anak gadis papa yang berani dan bar-bar," jawab Deo tertawa.

"Papa!" rengek Azalea, "Aku bukan bar-bar papa. Cuma membalas apa yang mereka lakukan padaku!"

"Apapun itu, kamu tetap anak gadisnya papa. Seperti apapun kamu, kamu tetap putrinya papa. Jika ada sesuatu segera beritahu papa dan mama ok? Jangan takut untuk bercerita, kamu lebih penting dari apapun."

Oh, salahkan papanya. Azalea harus meneteskan air matanya sekarang. Ia merasa sangat terharu. Bisa-bisanya Deo mengucapkan kalimat romantis itu.

"Terima kasih papa," bisik Azalea sambil memeluk leher papanya dari belakangnya. "Lea sayang papa, selalu."

"Hanya papa?" rajuk Tara.

Azalea tersenyum, kemudian beralih memeluk Tara, "Lea sayang mama juga,"

"Me too sayang~"

*****

Kanaya menghela napas frustasi akibat kelakuan keponakan tersayangnya. Siapa lagi jika bukan Askara. "Aish! Sial! Kenapa bocah ini sangat menyebalkan?!" gumamnya kesal.

Bagaimana tidak? Setelah menjemput Askara, bocah itu meminta untuk pergi ke Mall. Jadilah mereka di sini sekarang. Askara yang kelewat Aktif membuat Kanaya sangat kewalahan dengan tingkahnya.

"Aska sayang~ Kita pulang ya? Aunty sudah lelah sayang," bujuk Kanaya.

"No Aunty! Aska masih ingin main. Kalau Aunty ingin pulang, pulang saja. Aska akan tetap di sini," balas Askara yang kembali sibuk dengan permainannya.

"Yang benar saja, bisa-bisa kak Al akan langsung menendangku dari rumah karena meninggalkanmu!" gumamnya lagi membuat suster di sebelah Askara tersenyum diam-diam. "Baiklah, tapi sebentar lagi kita pulang okey?"

Askara menoleh, "Tidah tahu Aunty. lihat nanti saja. Jika Aska sudah bosan."

"Seharusnya kak Al segera mencari istri! Huh! Padahal aku ingin menjemput Lea! Tapi gara-gara bocah ini, aku harus melewatkan itu! Aaaargh! Menyebalkan!"

Kanaya duduk sambil menopang wajahnya. Ia sangat bosan sekarang. Bermian hp pun juga bosan. Melihat Askara yang tertawa membuatnya hanya bisa pasrah menunggu bocah itu selesai bermain sampai puas.

Saat memandang sekitar, tanpa sengaja Kanaya melihat sesuatu yang membuatnya menjadi bersemangat. Dengan gerakan cepat ia mengambil hpnya dan memotret pemandangan di depannya. "Tidak bisa dibiarkan! Bisa-bisanya laki-laki modal tampang itu mengkhianati sahabatku?! Dasar brengsek sialan!"

Kanaya mengambil foto dari beberapa sisi. Terlebih ketika tahu siapa wanita itu. "Benar-benar tidak tahu diri! Sudah dikasih hati malah minta jantung! Sudah bagus Lea mau menolongnya waktu itu! Benar-benar wanita ular! Sialan! Awas kau!"

Wajah Kanaya tampak memerah menahan amarah. Melihat hal itu suster Askara yang tadinya tersenyum langsung menunduk tak berani menatap majikannya itu. Tiba-tiba saja Askara sendiri pun berhenti bermian dan mengajak Kanaya pulang.

"Sudah selesai? Kamu sudah bosan?"

Askara mengangguk, "Wajah Aunty menyeramkan, Aska takut dimakan. Lebih baik kita pulang saja," jawabnya santai.

Kanaya terdiam dengan wajah datarnya. "Dasar keponakan tidak ada akhlak! Bisa-bisanya dia mengataiku seperti itu?! Awas kau bocah tengik!"

Kanaya menyusul Askara yang sudah berjalan lebih dulu dengan susternya. Sesekali ia menyempatkan diri melihat pemandangan tadi dan mengumpat kesal.

*****

Azalea merebahkan diri dikasur kesayangannya. Memikirkan pakaian apa yang akan ia pakai lusa nanti. Setelah melihat beberapa pesan yang masuk, ia baru tahu jika lusa akan ada pelantikan CEO di perusahaan tempat ia bekerja.

"Semoga saja anak Pak Gio sama baiknya seperti beliau, jadi aku hanya tinggal memperlajari sedikit saja," gumam Azalea berharap.

Baru saja akan terlelap, Azalea dikagetkan dengan pintu kamarnya yang di buka secara kasar. Di ambang pintu terlihatlah Kanaya yang ngos-ngosan berusaha mengatur napasnya.

"Ada apa denganmu?"

Kanaya mendongak, "Tu-tunggu."

Azalea segera bangkit dan mengambilkan minum untuk Kanaya, "Duduklah, dan minum," titah Azalea.

Kanaya meneguk air itu hingga tandas. "AAH, LEAAAAA! KAU HARUS TAHU! ADA KABAR BURUK!"

"Kabar apa? Kenapa kau sampai berteriak? Aku tidak tidak tuli Nay!"

Kanaya menyengir bodoh, "Maaf, aku terlalu bersemangat."

"Jadi?"

"Devano selingkuh, dan kau tau? Selingkuhannya adal-,"

"Aku tahu," potong Azalea, "Aku tahu semuanya, siapa selingkuhannya."

"Sejak kapan?"

"Sudah lama, tidak tahu tahu kapan."

"Jahat sekali!" Kanaya cemberut. "Kenapa tidak bercerita padaku? Kau tahu?! Aku sampai rela memutuskan naik taksi dan membiarkan keponakanku pulang demi memberitahumu. Kau menyebalkan!"

"Kau tidak bertanya bodoh!"

"Lea!"

Azalea menghela napas kesal, "Ya..ya..nanti aku akan cerita. Apa alasan si brengsek itu selingkuh, sekarang minggir dulu. Aku ingin tidur," titah Azalea.

"Ck! Kau sudah tidur selama seminggu Le!"

"Diamlah! Rumah sakit berbeda dengan du rumah! Minggir," titah Azalea lagi.

Bukannya minggir, Kanaya malah ikut berbaring dan tersenyum lebar. "Aku ingin tidur denganmu."

Azalea mengangguk. Diam-diam ia tersenyum. JIka di sana ada Gracella yang selalu jadi tameng untuknya, maka di sini ada Kanaya yang selalu melindunginya.

*****

Makasi udah baca sayang-sayangku!

Lope sekebon buat kalian!

muaach

OMB! 2 (Real Life) 3

Selamat Membaca

*****

Azalea tengah bersiap-siap merapikan penampilannya. Mengingat jika hari ini adalah pelantikan CEO baru, ia berniat memberikan kesan yang baik di hari pertamanya bekerja dengan CEO baru itu.

Pilihan Azalea jatuh pada rok span coklat susu dengan kemeja broken white. Ia membiarkan rambutnya tergerai membuatnya semakin terlihat cantik.

"Perfect," gumam Azalea memperhatikan seluruh penampilannya.

Setelah puas dengan penampilannya, ia keluar dan turun menuju meja makan. Di sana mama dan papanya sudah menunggu dengan Deo yang meminum secangkir teh.

"Pagi ma, pa," sapa Azalea menarik kursi untuk diduduki.

"Pagi sayang," balas Tara.

"Pagi kesayangan papa~," balas Deo. "Yakin ingin ke kantor hari ini? Kamu sudah kuat?"

Azalea mengangguk yakin, "Tentu saja. Aku sudah sehat pa. Papa tenang saja, tidak perlu khawatir ok?"

"Jika terjadi sesuatu segera kabari papa dan mama, mengerti?" kata Deo.

Azalea mengangguk.

Setelah percakapan singkat itu, ritual sarapan akhirnya di mulai. Suasana hening namun terasa tetap hangat. Azalea rindu suasana ini. Lagi-lagi ia tersenyum tipis.

15 menit kemudian....

"Lea berangkat ma, pa," pamit Lea sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Tak lupa ia mengecup pipi Tara dan Deo yang sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil hingga sekarang.

Azalea pergi menaiki mobil pribadinya. Ia menghela napas sejenak sebelum akhirnya menyalakan mobil dan pergi dari area kediamannya. Azalea memutar lagu kesukaaanya agar tak terlalu merasa kesepian. Sesekali ia mengikuti lirik lagu dan bersenandung kecil.

Tak terasa ia sampai di depan bangunan besar yang menjulang tinggi. Azalea turun dan memasuki perusahaan itu. Tak jarang ia tersenyum ketika mendapat sapaan dari beberapa karyawan kantor.

Hingga sampailah Azalea memasuki lift. Awalnya ia hanya sendiri, tapi tiba-tiba lift terbuka menampilkan seorang pria dengan setelan jas yang sangat rapi. Azalea menggeser tubuhnya ke samping, memberi ruang pada pria itu tepat di sebelahnya. Tingginya yang hanya mencapai bahu pria itu membuat Azalea tida bisa melihat dengan jelas wajahnya.

Pintu lift kembali tertutup. Keheningan menyapa keduanya. Azalea yang melirik ke samping dinding lift dan pria itu dengan diamnya. "Apa dia karyawan baru? Tapi kenapa terlihat seperti pimpinan? Tubuhnya tinggi sekali." 

Belum sampai di lantai yang diinginkan, tiba-tiba saja lift sedikit goyang membuat Azalea oleng dan tanpa sengaja memegang erat lengan pria itu.

"Lepas."

Mendengar suara dingin nan tajam memasuki indra pendengarannya, Azalea mendongak. Wajah tampan dengan pahatan sempurna tengah menatapnya tajam. Ia melihat tangannya yang memegang lengan pria itu dan melotot.

"Astaga! Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja," ucap Azalea membungkuk beberapa kali.

Tidak ada jawaban. Pria itu hanya menatapnya sekilas daa kembali fokus ke depan. Tak lama kemudian pintu lift terbuka menampilkan dua orang berjas hitam di sisi kanan dan kiri.

"Periksa lift ini,"

"Baik pak."

Azalea mengerutkan keningnya. Siapa pria ini? Kenapa mereka menurut padanya? Batinnya terus bertanya-tanya. Namun tak urung Lea juga turun karena lantai itu juga tujuannya. Ia segera menuju ke aula dimana acara pelantikan itu terjadi. Terlihatlah suasana yang sudah ramai. Azalea segera bergabung dengan beberapa rekan kerjanya. Sementara pria itu? Ntahlah, dia tidak melihatnya lagi.

*****

Gio membuka beberapa kertas sembari menunggu Allarick datang. Dimana anak nakal itu?! Kenapa dia belum datang juga?" Kesal, jangan di tanya. Putranya itu selalu saja membuatnya kesal dan frustasi.

Cklek..

Gio mengalihkan perhatiannya pada pintu ruangannya yang terbuka. Di sana Allarick berdiri sambil menatap datar padanya. "Akhirnya, cepat kemari. Papa akan jelaskan beberapa hal padamu."

Allarick masuk tanpa sepatah kata pun. Ia duduk berhadapan dengan Gio, "Cepat selesaikan acara ini. Papa bisa menjelaskan hal itu nanti, aku ingin acara ini cepat selesai."

"Baiklah, kalau begitu ayo ke aula. Karyawan sudah menunggu di sana."

Ayah dan anak itu berjalan sejajar menuju aula. Sepanjang jalan banyak bisikan karyawan yang bertanya-tanya siapa sosok di sebelah Gio. Jika Gio membalas beberapa sapaan karyawannya, lain halnya dengan Allarick yang hanya memasang ekspresi datar andalannya.

Sesampainya mereka di depan Aula, pintu Aula pun terbuka. Karyawan langsung menyingkir dan memberi ayah dan anak itu jalan. Hingga sampailah mereka di panggung. Gio langsung mengambil alih acara dan menginterupsi karyawannya untuk mendengarkan dirinya.

"Hari ini saya akan memperkenalkan CEO baru yang akan menggantikan saya memimpin perusahaan ini dan membimbing kalian. Di sebelah saya..." Gio memegang pundak Allarick dan tersenyum. "Putra bungsu saya, Allarick Kavindra Maheswara. Dia yang akan menggantikan saya sebagai CEO di perusahaan ini."

Tepuk tangan riuh menyambut Gio dan Allarick. Banyak dari mereka yang senang apalagi karyawan wanita. Bisikan-bisikan mereka mulai terdengar mengatakan pujian pada Allarick.

Hanya satu orang yang masih tampak diam. Azalea, gadis itu hanya menatap Allarick intens. "Dia pria tadi? CEO baru di perusahaan ini? Dan berarti...aku adalah sekretarisnya!"

Lamunannya terhenti saat bahunya di tepuk salah satu rekan kerjanya. Azalea menatap seolah bertanya ada apa.

"Kau di suruh ke ruang CEO."

"Ah, baiklah. Terima kasih," ucap Azalea kemudian segera pergi meninggalkan aula dan menuju ruangan CEO sesuai perintah. Ia berjalan cepat bahkan sampai menabrak beberapa karyawan.

Azalea membuka pintu ruangan itu.

Gio menatapnya dan tersenyum. Azalea membalas senyuman itu dan masuk. Sesekali ia melirik Allarick yang tampak acuh akan kedatangannya. Azalea duduk di sofa single bersebelahan dengan Allarick.

"Lea, ini Allarick CEO baru kamu. Dan Allarick, ini Lea sekretarismu."

Ntah sadar atau tidak, keduanya spontan saling menatap satu sama lain. Namun dengan cepat Azalea memutus kontak mata di antara mereka dan kembali fokus pada Gio.

"Allarick akan menjelaskan bagaimana sistem kerjamu. Mulai besok kau akan bekerja dengannya, mengerti?"

"Mengerti Pak," jawab Azalea tegas.

Gio tersenyum, "Baiklah. Sepertinya saya bisa meninggalkan kalian berdua agar lebih leluasa berbicara." Gio bangkit lalu pergi dari ruangan itu meninggalkan Allarick dan Azalea.

"Ehem."

Azalea melirik Allarick.

"Dengar baik-baik. Selain mengatur jadwal saya, tugas kamu adalah mengurus segala keperluan saya dan anak saya."

Spontan Azalea menoleh dengan wajah terkejutnya. "Mak-maksud bapak?"

Allarick menghela napasnya, "Saya mau kamu ke kediaman saya setiap pukul enam pagi. Membangunkan saya dan anak saya serta menyiapkan keperluan saya dan anak saya. Setelah itu baru kamu akan berangkat ke kantor bersama saya."

"Tapikan saya sekretaris bapak! Tugas saya cuma seputar mengurusi jadwal bapak dan perusahaan ini. Bukan mengurus bapak," protes Azalea. "Saya menolak pak!" tegas Azalea menatap Allarick berani.

Allarick menyilangkan tangannya di dada, "Saya tidak meminta persetujuan kamu. Lagi pula bukannya kamu dengar apa yang papa saya katakan? Beginilah sistem kerja kamu dengan saya, kalau tidak suka silahkan angkat kaki dari sini," kata Allarick santai.

Azalea menatap Allarick kesal. Ia berdiri kemudian berbalik menuju pintu.

"Kamu tidak lupa penalti yang harus dibayar jika resign sebelum kontak habis kan? Saya kasih waktu tiga hari buat kamu membayarnya."

Sial! Ia melupakan itu. Azalea mengepalkan tangannya menahan emosi. Ia berbalik dan memaksakan senyumnya pada Allarick. "Saya terima pak."

Allarick terkekeh. Semakin membuat Azalea kesal.

"Ya sudah, buatkan saya kopi," titahnya pada Azalea. "Oh ya, Jangan terlalu manis tapi jangan pahit," tambahnya.

"Tapi pak-,"

"Membantah?"

"Bukan, maksud saya, saya ti-"

"Mau saya tambah tugasmu?."

"Iya pak, saya buatkan sekarang."

Azalea berbalik kemudian keluar dari ruangan itu. Di luar ia meluapkan segela kekesalannya. Seluruh kata-kata mutiara berhasil keluar dari bibirnya. "Sial! Aku benar-benar tak menyangka jika CEO baru itu sangat menyebalkan! aaaargh! Sial! Sial! CEO sialan!"

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!