Pagi Setelah Malam yang Kelam

Pagi itu, Kaluna duduk di bangku meja rias miliknya. Di hadapan nya, terdapat deretan skincare mewah berjejer rapi. Merek-merek terkenal yang sebelumnya hanya ia lihat di majalah dan sosial media nya. Sekarang sudah berada di depan mata nya sendiri.

Ada beberapa brand dari produk ternama yang pernah ia pakai, dan ada yang belum ia pakai sama sekali. Dan beberapa brand lainnya belum pernah ia lihat atau pun ia gunakan sebelum nya. Kaluna bukan tipikal wanita yang suka mengoleksi barang-barang semacam ini. Ia lebih suka menghabiskan uangnya untuk membeli makanan yang enak atau pakaian yang hangat atau layak pakai untuk anak-anak di panti asuhan yang sering ia kunjungi.

Kaluna juga bukan tipikal wanita yang suka dengan kemewahan. Ia lebih suka tampil sederhana dan natural seperti gadis biasa pada umumnya. Itu membuat nya lebih terlihat nyaman. Tapi sekarang, barang-barang mewah ini sudah tersusun dengan rapi diatas meja nya. Barang-barang yang bisa ia dapatkan dengan mudah tanpa harus menabung atau menyisihkan sebagian uang jajan nya. Barang-barang yang tak terhitung lagi berapa jumlahnya. Kaluna, bisa mendapatkan nya dengan mudah tanpa harus bekerja keras.

Tak lama, matanya menatap cermin besar di hadapannya. Bayangan dirinya sangat jelas disana. Wajah cantik nya yang tetap cantik tanpa polesan make up sedikit pun. Namun, ada yang membuat nya berbeda hari ini. Tatapan matanya turun ke leher putih mulusnya. Terdapat bekas kemerahan dan keunguan disana yang terlihat begitu mencolok.

Kaluna menarik nafasnya panjang. Mencoba menahan tubuh nya yang gemetar. Jari-jari lentiknya mulai menelusuri area kemerahan dan keunguan disana. Terdapat juga bekas luka yang masih basah disana. Tak terlalu parah memang. Tapi akan perih jika terkena oleh air. Bekas luka yang diberikan oleh suaminya, Orion.

Tak perlu ada penjelasan tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia tahu, jika ia memberitahukan hal ini kepada orang lain, orang-orang akan menganggap nya hal yang biasa. Pengantin baru di malam pertamanya terkadang memang terlalu bersemangat bukan?

Namun, kenyataan yang sebenarnya malah membuat hati Kaluna begitu sakit. Orion, pria yang sudah berstatus sebagai suaminya sekarang, telah mengambil secara paksa sesuatu yang sudah ia jaga selama hidupnya ini. Seharusnya itu bukan masalah besar bukan? Mengingat Orion sudah menjadi suaminya dan berhak meminta haknya dan sebagai seorang istri sudah semestinya Kaluna melakukan kewajibannya.

Tapi... Malam itu, Orion mengambil kesuciannya secara paksa. Ia melakukannya dengan begitu kasar kepada Kaluna. Dia tidak peduli jerit kesakitan Kaluna dan tangis memohon Kaluna agar berhenti. Ia seakan tuli akan teriakan Kaluna. Baginya melihat wajah kesakitan dan memohon Kaluna adalah kesenangan tersendiri baginya sekarang. Bibir bergetar Kaluna ketika menahan rasa sakitnya, membuat nya ingin menyiksa wanita itu lebih dan lebih lagi.

Orion suka melihat Kaluna menangis. Wajah memerah Kaluna menambah kesan tersendiri baginya. Sekarang, menyiksa Kaluna dan membuat nya menangis sepertinya akan menjadi hobi baru untuk seorang Orion Ivander Damian.

Malam itu, tidak ada yang namanya cinta sama sekali. Apalagi kehangatan di dingin nya malam. Yang ada hanya jerit tangis dan kesedihan. Malam yang begitu dingin baginya. Malam yang penuh dengan paksaan. Menyisakan rasa sakit yang teramat di tubuh dan hatinya.

Kaluna menundukkan kepalanya, air matanya mulai berjatuhan membahasahi pipi mulusnya. Takdir begitu jahat telah menjebak nya ke dalam pernikahan yang tidak pernah Kaluna harapkan sebelumnya. Ia harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai sama sekali. Tapi walau bagaimanapun, Orion tetap suaminya bukan? Walau tidak suka, ia harus tetap berbakti dan menjadi istri yang baik kan?

Setelah menikah Kaluna bertanya pada dirinya sendiri, kapan ia akan terbebas dari pernikahan ini? Apa mungkin ia harus berada di dalam penjara yang bernama pernikahan ini selamanya? Jika iya, bagaimana nasibnya untuk kedepannya? Jujur, membayangkan nya saja Kaluna sudah setakut itu.

Orion yang berdiri di ambang pintu, hanya menatap datar kearah Kaluna. Jujur saja, ia mulai bosan melihat Kaluna yang menangis sejak tadi. Perempuan itu sibuk dengan dirinya sendiri. Menghapus air matanya yang terus mengalir di pipinya. Sesekali memainkan jari-jemarinya. Orion hanya diam menatap Kaluna. Tanpa suara. Tanpa ekspresi sedikit pun. Tatapan nya begitu dingin dan menusuk. Baginya Kaluna sangat menyebalkan. Kerjanya hanya menangis dari tadi malam.

Tadi malam? Ah, malam itu ya? Orion tersenyum sinis. Ia ingat kejadian beberapa jam terakhir. Ia ingat bagaimana ia telah berhasil mengambil mahkota gadis itu dengan paksa. Gadis.. Bukan! Dia sudah bukan gadis lagi. Tapi seorang wanita sekarang. Wanita bodoh yang kerjanya hanya menangis dibawah kungkungan Orion.

"Udah nangisnya?" nada yang begitu sinis ia ucapkan kearah Kaluna. Perlahan langkahnya memasuki kamar mereka. Orion berdiri tepat di belakang Kaluna.

Kaluna yang mendengar suara berat Orion pun seketika langsung tersentak kaget. Sejak kapan Orion berada disana? Bukannya tadi pagi sekali ia pergi entah kemana meninggalkan Kaluna sendirian?

"Mau sampai kapan menangis terus, hm?" berbicara tepat disamping telinga Kaluna. Kaluna hanya menggigit bibirnya. Matanya masih basah. Ia belum siap untuk berhadapan secara langsung lagi dengan Orion. Tapi pria itu... Entahlah. Kaluna begitu bingung sekarang. Bibirnya terasa kelu. Kata yang ingin ia lontarkan menggantung begitu saja diujung tenggorokan.

"Saya tidak punya banyak waktu untuk melihat drama menangis kamu, Kaluna" tangannya mulai membelai lembut wajah mulus Kaluna. Perlahan tangannya mencengkram kuat dagu Kaluna dan mengarahkannya kearah cermin.

Kaluna mati-matian menahan suara tangisnya. "Jika ingin menangis, silahkan lakukan ditempat saya tidak melihatnya, paham?" mendengar itu Kaluna hanya bisa mengangguk. Jujur saja, lidahnya terasa kelu sekarang. Berhadapan secara langsung dengan Orion sedekat ini membuat jantung nya terus berdebar kencang seperti saat ini.

"Lihat dirimu, Kaluna" sambil menatap wajah Kaluna didepan cermin. "Sangat lemah, bukan? Bagaimana bisa wanita lemah ini menjadi istri seorang Orion Ivander Damian? Kamu.." Orion mulai menggantungkan katanya. Ia mulai berfikir kata apa yang tepat untuk ia sampaikan kepada Kaluna?

Kaluna hanya diam membisu. Menjawab Orion bukanlah pilihan yang tepat untuk saat ini. Yang keluar bukanlah kata yang lemah lembut melainkan kata dingin yang menusuk.

"Kamu tahu, Kaluna? Menikah dengan kamu bukanlah termasuk dalam salah satu rencana saya" berbicara dengan nada dingin. Pandangan mata mereka bertemu. Orion menatap manik hazel Kaluna. Ia melihat ada ketulusan disana. Mata indah itu pasti akan cantik bila pemilik nya tersenyum. Bukan dipakai untuk menangis terus.

Orion tersenyum tipis. Teramat tipis malahan sampai senyuman itu tak terlihat. "Istirahat lah, kamu pasti lelah kan?" tangan yang semula mencengkram dagu Kaluna mulai melepas dan diganti dengan usapan lembut dikepala nya. Orion yang sekarang benar-benar membuat Kaluna bingung.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

oke cicil satu bab ka🙏😁

2025-02-17

1

lihat semua
Episodes
1 Penjara Takdir
2 Pagi Setelah Malam yang Kelam
3 Kebingungan di Antara Rasa Takut
4 Permainan Sang Pemangsa
5 Permainan Sang Pemangsa (2)
6 Tangis Berkepanjangan
7 Malam yang Panjang
8 Kehilangan
9 Kehilangan (2)
10 Pertemuan yang Dikutuk
11 Kebangkitan Sang Penguasa
12 Pertemuan Para Penguasa
13 Ambang Kesabaran
14 Dua Wajah Takdir
15 Permainan Bayangan
16 Sang Pemangsa
17 Mirip
18 Mirip (2)
19 Ketulusan
20 Diam yang Berbicara
21 Obrolan Para Pria
22 Licik
23 Jejak
24 Accident
25 Info Penting
26 (1) Kehampaan yang Membeku
27 (2) Dalam Cengkraman Pelukan
28 (3) Pelukan yang Mematahkan
29 (4) Patah
30 (5) Hadiah di Waktu yang Salah
31 (6) Luka yang Tak Terlihat
32 (7) Bayang-bayang Luka
33 (8) Penolakan (end)
34 Tabrakan Takdir
35 Ambang Kehilangan
36 Ujung Harapan
37 Melunak
38 Harapan
39 Harapan (2)
40 Di Antara Doa dan Penantian
41 Duri Dalam Diam
42 Dingin yang Menyesakkan
43 Senja yang Terlupakan
44 Pergi untuk Menyembuhkan
45 Melepaskan
46 Suara Kecil yang Dinantikan
47 Luka yang Mulai Sembuh
48 Proses Untuk Sembuh
49 Duka yang Mulai Terlihat
50 Terasa
51 Tamparan
52 Jejak yang Tertinggal
53 Kehidupan Baru
54 Tawaran
55 Kembali ke Negeri yang Terlupakan
56 Pertemuan Tanpa Sadar
57 Dekat
58 Luka Lama
59 Luka Lama (2)
60 Semakin Dekat
61 Suara yang Dirindukan
62 Makan Malam
63 Bertemu (Sebelum Kenal)
64 Hukuman
65 Puncak Kekuasaan
66 Penghormatan yang Tak Pernah Pudar
67 Penghormatan yang Tak Pernah Pudar (2)
68 Menjaga Dari Kejauhan
69 Sadar
70 Rahasia di Balik Senja
71 Tak Terhapus
72 Rindu yang Tak Terucap
73 Di Balik
74 Tugas yang Menyatukan
75 Langkah yang Tertahan
76 Rencana Baru
77 Melepaskan
78 Melepaskan (2)
79 Di Balik Pertemuan
80 Berjalan Menjauh, Tapi Tetap Dekat
81 Rencana Baru (2)
82 Kepercayaan
83 Bukan Update
84 Kepercayaan (2)
85 Atlas
86 Hehehe
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Penjara Takdir
2
Pagi Setelah Malam yang Kelam
3
Kebingungan di Antara Rasa Takut
4
Permainan Sang Pemangsa
5
Permainan Sang Pemangsa (2)
6
Tangis Berkepanjangan
7
Malam yang Panjang
8
Kehilangan
9
Kehilangan (2)
10
Pertemuan yang Dikutuk
11
Kebangkitan Sang Penguasa
12
Pertemuan Para Penguasa
13
Ambang Kesabaran
14
Dua Wajah Takdir
15
Permainan Bayangan
16
Sang Pemangsa
17
Mirip
18
Mirip (2)
19
Ketulusan
20
Diam yang Berbicara
21
Obrolan Para Pria
22
Licik
23
Jejak
24
Accident
25
Info Penting
26
(1) Kehampaan yang Membeku
27
(2) Dalam Cengkraman Pelukan
28
(3) Pelukan yang Mematahkan
29
(4) Patah
30
(5) Hadiah di Waktu yang Salah
31
(6) Luka yang Tak Terlihat
32
(7) Bayang-bayang Luka
33
(8) Penolakan (end)
34
Tabrakan Takdir
35
Ambang Kehilangan
36
Ujung Harapan
37
Melunak
38
Harapan
39
Harapan (2)
40
Di Antara Doa dan Penantian
41
Duri Dalam Diam
42
Dingin yang Menyesakkan
43
Senja yang Terlupakan
44
Pergi untuk Menyembuhkan
45
Melepaskan
46
Suara Kecil yang Dinantikan
47
Luka yang Mulai Sembuh
48
Proses Untuk Sembuh
49
Duka yang Mulai Terlihat
50
Terasa
51
Tamparan
52
Jejak yang Tertinggal
53
Kehidupan Baru
54
Tawaran
55
Kembali ke Negeri yang Terlupakan
56
Pertemuan Tanpa Sadar
57
Dekat
58
Luka Lama
59
Luka Lama (2)
60
Semakin Dekat
61
Suara yang Dirindukan
62
Makan Malam
63
Bertemu (Sebelum Kenal)
64
Hukuman
65
Puncak Kekuasaan
66
Penghormatan yang Tak Pernah Pudar
67
Penghormatan yang Tak Pernah Pudar (2)
68
Menjaga Dari Kejauhan
69
Sadar
70
Rahasia di Balik Senja
71
Tak Terhapus
72
Rindu yang Tak Terucap
73
Di Balik
74
Tugas yang Menyatukan
75
Langkah yang Tertahan
76
Rencana Baru
77
Melepaskan
78
Melepaskan (2)
79
Di Balik Pertemuan
80
Berjalan Menjauh, Tapi Tetap Dekat
81
Rencana Baru (2)
82
Kepercayaan
83
Bukan Update
84
Kepercayaan (2)
85
Atlas
86
Hehehe

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!