Kebingungan di Antara Rasa Takut

Sore itu, Kaluna berdiri di dapur. Tangannya memang tampak sibuk membersihkan meja yang sudah bersih. Tapi pikirannya melanglang entah kemana. Ia masih teringat dengan kejadian tadi pagi. Ketika Orion dengan lembutnya mengusap kepalanya. Kaluna bukannya tidak suka, hanya saja ia merasa takut dan bingung disaat bersamaan.

Walau baru kenal beberapa hari dengan Orion, Kaluna sudah bisa langsung menilai bagaimana sikap Orion. Orion yang ia kenal sejauh ini, bukanlah pria yang suka menunjukkan sikap lembutnya. Orion lebih cenderung bersikap dingin dan datar terhadap orang lain. Ia tidak akan peduli dengan hal semacam ini.

Tapi perlakuannya tadi pagi, berhasil meluluh lantakkan perasaan Kaluna. Orion berhasil membuat Kaluna terus menerus memikirkan perlakuan lembutnya.

"Dia kenapa bisa berubah begitu? Huft! Buat bingung aja dia tuh" bisik Kaluna pelan pada dirinya sendiri, sambil mengelap meja yang sudah bersih.

Suara derap langkah kaki di lantai mulai terdengar. Kaluna tahu siapa yang akan datang. Orion, suaminya. Menyebut Orion sebagai suaminya sekarang berhasil membuat Kaluna malu sendiri. Langkah itu semakin dekat, membuat tubuh Kaluna menegang seketika. Kehadiran Orion selalu berhasil membuat dirinya tak karuan.

"Kaluna.. Sedang apa?" Orion bertanya dengan suara beratnya yang khas yang sudah Kaluna hafal.

Kaluna mengangkat kepalanya sedikit, ia menatap Orion dengan wajah takut. "Sedang membersihkan ini" berkata begitu pelan. Orion yang melihatnya menaikkan alisnya.

"Untuk apa? Itu bukan pekerjaan kamu, Kaluna" menatap Kaluna intens. Kaluna yang ditatap seperti itu hanya menundukkan kepalanya menghindari tatapan Orion.

Kaluna menggigit bibirnya, ia bingung harus menjawab apa. "Hanya ingin, Mas"

Orion yang mendapat panggilan baru itu terdiam. Itu panggilan special dari Kaluna kah? Kenapa rasanya begitu aneh. Walaupun aneh Orion tetap menyukainya. Sepertinya.

Orion berdehem pelan. "Mas" ia mengulang kembali panggilan itu. Seraya memastikan kepada Kaluna. Kaluna hanya mengangguk. "Iya, Mas" berbicara dengan suaranya yang lembut. Orion yang dipanggil begitu terdiam. Dan menatap Kaluna begitu dalam.

"Kenapa memanggil saya dengan panggilan itu?" menatap Kaluna. Kaluna mengangkat kepalanya. Ia menatap Orion. "Salah ya?" Kaluna menatap nya dengan raut wajah bingung. Orion menggeleng. "Tidak. Hanya terasa aneh saja".

"Maaf, Mas" Kaluna bersuara pelan. Ia takut ia melakukan kesalahan yang membuat Orion marah kepadanya.

"Kenapa minta maaf, Kaluna?" Kaluna yang mendengarnya hanya menggeleng. "Takut Mas ngga suka sama panggilannya" berkata lirih.

Orion mengangguk kecil ketika mendengarnya. Ia mengambil kain lap dari tangan Kaluna. "Ini bukan tugas kamu. Sudah ada pekerja yang bertugas membersihkan ini. Tugas kamu hanya santai dan fokus dengan kuliah kamu, paham?"

Kaluna yang mendengarnya begitu terkejut. Orion.. Dia punya sisi yang perhatian kah?

"Kamu takut dengan saya, Kaluna?" Kaluna yang mendengarnya begitu terkejut. Ia sontak menggeleng pelan. "Tidak, Mas" ada nada keraguan disana. Jelas terlihat dari tatapan matanya.

Orion yang mendengarnya tersenyum sinis. Ia tahu Kaluna sedang berbohong. Bagaimana mungkin Kaluna tidak takut dengannya. Sedangkan jika berbicara saja masih menghindari kontak mata dengannya.

"Bohong".

DEGH!

Kaluna merasakan nafasnya berhenti seketika. Gerakan tubuhnya berhenti saja. Ia ketahuan. Apakah Orion akan marah kepadanya? Apa Orion akan-

"Jangan terlalu dipikirkan." Orion menghela nafasnya. Ia mengusap lembut puncak kepala Kaluna seperti apa yang ia lakukan tadi pagi.

Kemudian ia pergi meninggalkan Kaluna yang diam terpaku sendirian di dapur karena ulahnya barusan. Kaluna menghela nafasnya perlahan. Jujur saja, perlakuan Orion barusan membuat dirinya bingung dengan tingkah laku suaminya itu.

Dirinya dipenuhi dengan kebingungan dan ketakutan terhadap Orion. Apa ia telah salah dalam menilai Orion? Apa sifat asli Orion adalah lembut tanpa kata seperti ini?

Orion. Suaminya itu kenapa sulit sekali untuk dipahami? Apakah Orion hanya ingin mempermainkannya? Atau.. Apakah Orion mulai ingin memperbaiki dirinya? Kaluna berharap semoga hal baik selalu bersamanya mulai saat ini. Padahal itu cuma secuil perhatian kecil, tapi Kaluna yang masih muda dan labil malah terbawa suasana. Jika sudah begini, salah siapa?

Perlakuan Orion terhadap Kaluna barusan ternyata di salah artikan oleh Kaluna. Kaluna berfikir mungkin Orion sudah berubah dan sifatnya mulai melembut, tapi kenyataannya ia salah.

Senyuman sinis menghiasi wajah tampannya ketika ia meninggalkan dapur. Ia tertawa pelan yang hanya didengar oleh dirinya sendiri.

"Kaluna" nama itu disebut nya dengan lirih tapi masih ada intonasi tegas didalamnya. "Anak kecil ini gampang sekali dipermainkan" nada yang penuh ejekan keluar dari mulut nya barusan.

Orion berhenti tepat didekat jendela. Ia menatap taman belakang yang dipenuhi oleh bunga segar yang selalu disiram setiap hari nya oleh pekerja di rumahnya. Tatapan matanya sulit untuk diartikan. Pikirannya berputar pada kejadian di dapur barusan.

Wajah bingung dan polos Kaluna ketika menatapnya yang disertai dengan raut wajah takutnya itu, Orion benar-benar masih mengingat nya.

"Gadis kecil yang naif, malang sekali kamu Kaluna. Bagaimana kamu bisa hidup di dunia yang penuh dengan kekejaman ini?". Nada itu terlihat begitu dingin dan angkuh. Orion benar-benar sulit untuk ditebak. Kaluna kamu benar. Sekarang buah dari pikiranmu itu benar terbukti adanya.

Pria itu menyelipkan kedua tangan nya kedalam saku celananya. Kepalanya menatap lurus ke depan. Senyum sinis menghiasi wajah tampannya. Tidak ada wajah yang ramah atau penuh kehangatan disana.

Yang ada hanya wajah Orion yang begitu angkuh. Orion tahu, Kaluna, gadis kecil itu mulai luluh dengan sikap Orion barusan. Gadis itu sudah tidak merasa takut lagi dengan kehadiran Orion. Tangan gemetar yang biasanya selalu Orion lihat, tadi ia tidak melihatnya. Kaluna yang biasanya selalu menangis ketika berhadapan dengan Orion, sekarang sudah berani untuk menatapnya.

Wajah polos Kaluna ketika menatap Orion tadi, benar-benar membuat Orion muak. Kaluna terlalu mudah dikelabui. Bagi Orion ini adalah sebuah tanda kemenangan kecil baginya.

Ini bukan tentang cinta, apalagi tentang perhatian atau pun kasih sayang. Bagi Orion ini hanyalah sebuah permainan kecil yang ia ciptakan secara tidak sengaja. Ya, ini adalah permainan yang Orion ciptakan sendiri. Dari sini sudah bisa kita lihat, bahwa permainan ini akan sepenuhnya di pegang oleh Orion.

"Apakah ekspresi polos dan lugu itu akan masih ada nantinya, Kaluna?" katanya barusan yang diiringi dengan kekehan kecil. Ia membayangkan tangis dan jeritan Kaluna nantinya akan seperti apa. Masih membayangkannya saja sudah membuat Orion tersenyum kecil. Tangisan Kaluna adalah sebuah melodi yang indah baginya.

"Kaluna Eirene Adara" nama itu diucap nya dengan nada datar. "Kita lihat sampai dimana kamu akan bertahan nantinya" senyum sinis yang mulai terbit di wajahnya.

Orion mulai melangkahkan kakinya keluar rumah. Sejak menikah dengan Kaluna, Orion tidak pernah menganggap Kaluna sebagai istri atau wanita yang ia cintai. Baginya Kaluna hanyalah salah satu pion dari permainan yang ia ciptakan. Dan hari ini, permainan besar yang Orion ciptakan sudah dimulai.

Episodes
1 Penjara Takdir
2 Pagi Setelah Malam yang Kelam
3 Kebingungan di Antara Rasa Takut
4 Permainan Sang Pemangsa
5 Permainan Sang Pemangsa (2)
6 Tangis Berkepanjangan
7 Malam yang Panjang
8 Kehilangan
9 Kehilangan (2)
10 Pertemuan yang Dikutuk
11 Kebangkitan Sang Penguasa
12 Pertemuan Para Penguasa
13 Ambang Kesabaran
14 Dua Wajah Takdir
15 Permainan Bayangan
16 Sang Pemangsa
17 Mirip
18 Mirip (2)
19 Ketulusan
20 Diam yang Berbicara
21 Obrolan Para Pria
22 Licik
23 Jejak
24 Accident
25 Info Penting
26 (1) Kehampaan yang Membeku
27 (2) Dalam Cengkraman Pelukan
28 (3) Pelukan yang Mematahkan
29 (4) Patah
30 (5) Hadiah di Waktu yang Salah
31 (6) Luka yang Tak Terlihat
32 (7) Bayang-bayang Luka
33 (8) Penolakan (end)
34 Tabrakan Takdir
35 Ambang Kehilangan
36 Ujung Harapan
37 Melunak
38 Harapan
39 Harapan (2)
40 Di Antara Doa dan Penantian
41 Duri Dalam Diam
42 Dingin yang Menyesakkan
43 Senja yang Terlupakan
44 Pergi untuk Menyembuhkan
45 Melepaskan
46 Suara Kecil yang Dinantikan
47 Luka yang Mulai Sembuh
48 Proses Untuk Sembuh
49 Duka yang Mulai Terlihat
50 Terasa
51 Tamparan
52 Jejak yang Tertinggal
53 Kehidupan Baru
54 Tawaran
55 Kembali ke Negeri yang Terlupakan
56 Pertemuan Tanpa Sadar
57 Dekat
58 Luka Lama
59 Luka Lama (2)
60 Semakin Dekat
61 Suara yang Dirindukan
62 Makan Malam
63 Bertemu (Sebelum Kenal)
64 Hukuman
65 Puncak Kekuasaan
66 Penghormatan yang Tak Pernah Pudar
67 Penghormatan yang Tak Pernah Pudar (2)
68 Menjaga Dari Kejauhan
69 Sadar
70 Rahasia di Balik Senja
71 Tak Terhapus
72 Rindu yang Tak Terucap
73 Di Balik
74 Tugas yang Menyatukan
75 Langkah yang Tertahan
76 Rencana Baru
77 Melepaskan
78 Melepaskan (2)
79 Di Balik Pertemuan
80 Berjalan Menjauh, Tapi Tetap Dekat
81 Rencana Baru (2)
82 Kepercayaan
83 Bukan Update
84 Kepercayaan (2)
85 Atlas
86 Hehehe
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Penjara Takdir
2
Pagi Setelah Malam yang Kelam
3
Kebingungan di Antara Rasa Takut
4
Permainan Sang Pemangsa
5
Permainan Sang Pemangsa (2)
6
Tangis Berkepanjangan
7
Malam yang Panjang
8
Kehilangan
9
Kehilangan (2)
10
Pertemuan yang Dikutuk
11
Kebangkitan Sang Penguasa
12
Pertemuan Para Penguasa
13
Ambang Kesabaran
14
Dua Wajah Takdir
15
Permainan Bayangan
16
Sang Pemangsa
17
Mirip
18
Mirip (2)
19
Ketulusan
20
Diam yang Berbicara
21
Obrolan Para Pria
22
Licik
23
Jejak
24
Accident
25
Info Penting
26
(1) Kehampaan yang Membeku
27
(2) Dalam Cengkraman Pelukan
28
(3) Pelukan yang Mematahkan
29
(4) Patah
30
(5) Hadiah di Waktu yang Salah
31
(6) Luka yang Tak Terlihat
32
(7) Bayang-bayang Luka
33
(8) Penolakan (end)
34
Tabrakan Takdir
35
Ambang Kehilangan
36
Ujung Harapan
37
Melunak
38
Harapan
39
Harapan (2)
40
Di Antara Doa dan Penantian
41
Duri Dalam Diam
42
Dingin yang Menyesakkan
43
Senja yang Terlupakan
44
Pergi untuk Menyembuhkan
45
Melepaskan
46
Suara Kecil yang Dinantikan
47
Luka yang Mulai Sembuh
48
Proses Untuk Sembuh
49
Duka yang Mulai Terlihat
50
Terasa
51
Tamparan
52
Jejak yang Tertinggal
53
Kehidupan Baru
54
Tawaran
55
Kembali ke Negeri yang Terlupakan
56
Pertemuan Tanpa Sadar
57
Dekat
58
Luka Lama
59
Luka Lama (2)
60
Semakin Dekat
61
Suara yang Dirindukan
62
Makan Malam
63
Bertemu (Sebelum Kenal)
64
Hukuman
65
Puncak Kekuasaan
66
Penghormatan yang Tak Pernah Pudar
67
Penghormatan yang Tak Pernah Pudar (2)
68
Menjaga Dari Kejauhan
69
Sadar
70
Rahasia di Balik Senja
71
Tak Terhapus
72
Rindu yang Tak Terucap
73
Di Balik
74
Tugas yang Menyatukan
75
Langkah yang Tertahan
76
Rencana Baru
77
Melepaskan
78
Melepaskan (2)
79
Di Balik Pertemuan
80
Berjalan Menjauh, Tapi Tetap Dekat
81
Rencana Baru (2)
82
Kepercayaan
83
Bukan Update
84
Kepercayaan (2)
85
Atlas
86
Hehehe

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!