Namaku Mathias, aku seorang remaja laki-laki yang berumur empat belas tahun, dan besok tepat saat aku ulang tahun ke lima belas tahun. Aku sudah dikurung sepuluh tahun dirumah ini dan entah apa tujuannya, aku diberi makan kakekku yang bernama Karlo. Kakek Karlo juga biasanya tidak terlalu lama didalam rumah ini, palingan sepuluh menit lebih, memberiku makan, bicara sebentar, lalu kembali keluar, pada ruangan terdepan saat kakek Karlo membuka pintu ke luar rumah, pintu penghubung antara ruang utama dan ruang depan otomatis tertutup, dan walau aku mencoba cara lain, tetap saja tubuhku selalu terseret sendiri ke ruang utama sebelum pintu keluar terbuka, menurut cerita dari Kakek Karlo, katanya aku dikurung selama 10 tahun, dan pertama kali aku dikurung saat ulang tahunku ke 5 tahun. Aku juga tidak tahu alasan aku dikurung, kakek Karlo juga tidak tahu alasannya, tapi sepertinya menurut teoriku, orang tuaku tidak bisa mengajariku atau tidak sempat, aku dikurung didalam rumah ini untuk belajar agar siap saat melihat dunia, karena dirumahku banyak buku, dan aku tidak memiliki kegiatan lain selain membacanya, jadi daripada aku bosan aku selalu membaca-bacanya dan sedikit melatih fisikku dari ajaran di beberapa buku.
..._____...
Saat aku bangun di keesokan harinya, langsung bersiap keluar rumah. Begitu aku membuka pintu, suasana baru terasa, angin berhembus lembut, aku bisa melihat ke bawah, ternyata ini rumah panggung, hutan mengelilingi rumah dengan banyak pohon hijau tumbuh subur. Aku berbaring di lantai teras, menikmati hembusan angin, setelah beberapa saat bersantai sebentar aku kembali bangkit. Kakek Karlo juga belum datang, mungkin datangnya saat jadwal memberi makanan seperti biasa. Dari kejauhan bagian depan rumah aku melihat seperti pemukiman, yah, mungkin tidak ada salahnya aku pergi duluan, aku merapikan jaket merahku, lalu turun tangga yang ada di teras. Aku masuk ke dalam hutan untuk menuju desa itu, pemandangannya indah, cahaya matahari pagi terlihat di antara pepohonan, burung berbunyi dari langit-langit biru. aku menyandarkan tanganku ke barang pohon, teksturnya seperti sisik, eh, sisik? Aku menatap batang pohon yang ku pegang, ternyata yang kupegang adalah ular yang merayap di pohon itu, aku yang kaget refleks menggenggamnya kuat-kuat lalu melemparkannya jauh ke pohon lain. Lemparanku benar-benar jauh, tapi aku tidak mempedulikan itu karena sedang panik aku langsung berlari lurus menuju ke pemukiman yang ku lihat tadi sambil berteriak ada ular. setelah cukup jauh, aku menenangkan diriku, huh... Hutan juga memiliki sisi berbahayanya, tapi setidaknya aku bisa menanganinya tadi, baiklah, aku melanjutkan perjalananku ke pemukiman.
..._____...
Ketika sampai di bagian tepi pemukiman itu, ada benteng batu yang menutupinya, tapi untungnya ada pintu masuk ke pemukiman itu, aku langsung melewati benteng itu, masuk ke dalam pemukiman ini, kalau dari yang ku baca di benteng tadi, nama tempat ini adalah desa Balbo. Aku mulai berkeliling, jalanan di desa ini terbuat dari batu, banyak rumah yang terbuat dari kayu dan batu dan di bagian teras ada lentera yang digantung di bagian kanan kiri pintu, lenteranya masih mati karena pagi hari, orang-orang ramai berlaluan dengan kesibukan masing-masing. Aku juga melihat beberapa tempat umum seperti pasar, perpustakaan, balai desa, dan pos penjaga, sungguh pemandangan yang indah. Perutku berbunyi, aku sudah merasa lapar, aku mendekati salah satu pedagang di pasar lalu memakan satu apelnya.
"mana uangnya?"
pedagang itu menatapku tajam, aku lupa bahwa di dunia ini ada sistem uang untuk pembayaran.
"maaf pak, aku tidak memiliki uang, tapi apakah aku bisa menolongmu sesuatu agar aku bisa membayarnya?" aku menawar.
"tidak, cepat berikan uangmu atau akan ku panggilkan penjaga pasar ini."
"sudah ku bilang tadi, aku tidak punya u-a-n-g."
"aku tidak peduli dengan itu, dalam hitungan ketiga jika kamu tidak menyerahkan uangmu akanku panggilkan penjaga, satu..."
apa-apaan ini? Aku sudah menawarkan bantuan untuk membayarnya.
"dua..."
Baiklah, kalau sudah begini tidak ada pilihan lain, aku berlari meninggalkan pasar.
"tiga! penjaga!"
Dua orang pria bertubuh besar mendekati pedagang itu lalu ia menjelaskan bahwa aku mencuri-setidaknya itulah suara yang ku dengar dari kejauhan, lalu kedua pria itu lari menyusulku, aku sudha terlibat kejar-kejaran. Orang-orang lain menjauh dari kami, setidaknya jadi tidak ada yang menghalangiku. Tapi kedua pria itu lari lebih cepat dariku, membuatku perlahan tersusul, aku menuju ke gerbang desa lalu keluar dari area desa ke hutan lebat, kedua pria itu menyusulku.
"berhentilah nak!" salah satu dari mereka berseru, tapi apa gunanya? Aku berhenti juga pasti akan disuruh membayar lagi, padahal aku sudah menawarkan bantuan untuk membayar tadi, tapi ditolak.
Salah satu dari mereka tepat dibelakangku bersiap memukulku, aku lebih dulu menghindarinya, pria itu memukul pohon membuat pohonnya bergetar dan ia terhenti sebentar. Berkali-kaki kedua pria itu mencoba memukulku, membuat pohon-pohon di hutan bergetar, tapi aku selalu berhasil menghindar. Aku terus berlari sampai akhirnya sampai di ujung tebing tinggi, kedua pria aku berada 3 meter dariku terus mendekat membuatku terpojok. Saat mereka berdua menjulurkan tanganku untuk menangkapku dan aku sudah bersiap menunduk menyelip melewati mereka berdua tiba-tiba tanah di depanku naik ke atas menghalangi tangkapan mereka.
"Hei! Apa-apaan ini!"
mereka berdua berteriak jengkel dari luar tanah yang membentengiku. Saat tanah yang membentengiku turun kembali seperti semula, mereka berdua terlihat terperangkap oleh tanah, dari kaki hingga siku tangan mereka ditutupi tanah tanpa bisa bergerak. Dari dalam hutan dibelakang mereka terdengar suara tongkat mendekat lantas terlihat seseorang keluar, itu kakek Karlo, dia tertawa kecil.
"kamu sudah membuat masalah Mathias? padahal ini hari pertamamu keluar, seharusnya tadi kamu menungguku duku sebelum kekuar dari rumahmu."
kakek Karlo berjalan mendekat, lewat di antara kedua pria tadi.
"siapa kau?" salah satu dari pria itu bertanya.
"aku kakeknya..." jawab kakek Karlo kepada mereka, ia balik kanan menghadap kedua pria itu.
"jadi... Apa yang cucuku lakukan sampai kalian berdua mengejarnya?"
"dia mencuri satu buah apel dari pedagang dipasar."
"apakah itu benar, Mathias?"
"iya kek, aku lupa tentang sistem pembayaran di dunia ini-"
"hahahaha, bagaimana mungkin kamu lupa dengan sistem pembayaran yang umum nak? Jangan mengarang." salah satu pria itu memotong.
"maaf, cucuku baru kekuar dari rumahnya setelah dikurung selama 10 tahun, orang tuanya adalah orang penting yang sangat sibuk, tapi aku lupa apa kesibukan mereka, ia sudah dikurung sejak umur 5 tahun sampai 15 tahun, hari ini dia baru keluar."
kedua pria itu akhirnya diam.
"tadi aku sudah menawarkan bantuan untuk membayar apel tadi, tapi pedagang tadi tidak mau." aku melanjutkan perkataanku tadi.
"huh... Wrimo memang pedagang paling menjengkelkan di pasar, terkadang ia curang, ditangkap, saat bebas, tidak kapok, malah mengulanginya, kami sebenarnya juga malas melayaninya, tapi kami sudah ditugaskan sebagai keamanan di pasar, jadi tidak boleh pilih-pilih."
lenggang sejenak, tanah yang memerangkap mereka mulai longgar lantas kembali seperti semula, sepertinya itu kekuatan kakek Karlo, mereka berdua berdiri, menunggu penyelesaian masalah.
"baiklah, aku akan membayar apelnya, kalau tidak salah harganya 5 Nit koin kan? Ini, kalian kembalilah ke desa Balbo, aku akan mengantar Mathias ke rumahku, apakah kalian masih ingat jalan pulangnya?"
"iya, seharusnya tempat ini tidak terlalu jauh dari desa Balbo, karena kami juga beberapa kali pernah kesini untuk jalan-jalan."
Mereka berdua kembali menuju dalam hitan, ke desa Balbo.
"eh, rumah kakek dimana kalau bukan di desa Balbo?"
"kakek sebenarnya memiliki rumah sendiri bukan disebuah desa, tidak besar, palingan seperti gubuk, ada di dekat desa ini juga, ayo, kakek antar."
...____...
Diperjalanan aku bertanya soal kekuatan kakek tadi, itu kekuatan telekinesis, bisa membuat penggunanya menggerakkan benda tanpa menyentuhnya. Kakek Karlo juga berencana mengajarku tentang kekuatan telekinesisnya, katanya kekuatan telekinesis dan kinetik itu berbeda, telekinesis lebih ke menggerakkan benda menggunakan pikiran sedangkan kinetik menggunakan medium seperti angin, energi, atau tekanan jadi kekuatan kakek Karlo termasuk telekinesis. Kakek Karlo juga bertanya setelah ini apa tujuanku, katanya aku bebas memilih impianku, kakek tidak akan menahannya, dan sepertinya aku akan memilih menjadi petualang, karena aku tertarik mengembara keseluruh penjuru dunia dan juga aku ingin melihat sisi dunia terindah, jadi aku menyebutkannya kepada kakek Karlo. Kakek Karlo setuju saja, ia tidak apa ditinggalkan olehku karena dia sudah bisa bertahan hidup sendiri, kakek Karlo bertanya rumahku yang sekarang akan diapakan, aku menjawab kalau aku sudha mulai berpetualang rumah itu untuk kakek saja, untuk kakek bersantai sembari membaca buku, kakek Karlo mengangguk.
...____...
Saat aku sampai, rumah kakek Karlo benar benar "hanya" sebuah rumah kayu kecil, tapi... Dikelilingi berhektar-hektar kebun yang indah dengan berbagai jenis tanaman dan aliran air, aku bahkan tercengang melihatnya. Kali menghabiskan waktu lima menit melewati perkebunan itu baru sampai ke rumah kakek Karlo, kami berdua masuk, didalamnya seperti rumah kayu biasa, ada beberapa ruangan, ruangan utama, dua kamar, dan ruang makan. Saat sore hari seharian sudah kuhabiskan untuk berkeliling kebun, saat sudah hampir malam, kakek Karlo menyuruhku masuk, aku menurutinya. Aku menolong kakek Karlo menyiapkan makan malam lantas kami makan.
"kakek akan melatihmu selama 7 hari dulu, setelah itu jika kamu sudah siap, kamu sudah boleh berpetualang, tapi hati-hati, hutan didunia ini dipenuhi berbagai hewan, ada yang indah tapi mematikan, ada juga yang biasa, tapi jika kamu juga sudah membuat kekacauan, kamu bisa menjadi buronan karena di dunia ini ada pemburu pengembara."
"kenapa ada pemburu pengembara? Bukankah pengembara biasanya hanya berpetualang."
"iya, tapi ada beberapa pengembara yang mencuri berbagai artefak berharga suatu tempat untuk koleksi, ada juga yang mencuri makanan untuk bertahan hidup karena mereka tidak oandai mencari makanan sendiri, para rakyat yang mulai jengkel akhirnya membentuk organisasi pemburu pengembara."
"oh..."
Sisanya kami habiskan dengan memakan menu makanan masing-masing.
Keesokan harinya, mulailah hari pertama aku berlatih, kakek Karlo melatih fisikku dengan berbagai rintangan di hutan, dan juga mencoba kekuatan telekinesis. Saat hari ketiga aku baru bisa menggunakan telekinesis walau dalam skala kecil, fisikku juga masih agak lemah, belum beradaptasi dengan alam. Saat hari ketujuh, telekinesisku sudah cukup baik, sudah bisa mengangkat benda berukuran sedikit besar, fisikku masih belun terlalu baik tapi sudah cukup untuk berhadapan dengan alam,
oh ya aku juga menemukan seekor slime dihutan dengan tingi sekitar 50 centimeter, dia berwarna biru, dan juga dia sudah memperhatikanku berlatih dari hari pertama, mulanya hanya menonton, tapi perlahan ia ikut, akhirnya aku akan menjadikannya peliharaanku, karena dia memiliki kemampuan yang cukup bagus, yaitu mengubah bentuk karena tubuhnya lentur. Sekarang aku hanya perlu bersiap untuk keesokan hari, aku sudah menentukan kemana aku pergi, yaitu desa Redstone Bluff, ke arah utara dan sedikit miring ke timur dari rumah kakek Karlo.
Keesokan pagi saat aku sudah bersiap dengan ranselku aku berpamitan dengan kakek Karlo di ujung kebunnya. Sekarang sepertinya jam 5, langit masih gelap, tapi tidak masalah, karena tidak segelap saat malam, aku masih bisa melihat sekitar. Aku mengambil kompas dari saku celanaku melihat arah, aku pergi ke arah utara sedikit miring ke timur dari rumah kakek Karlo. Aku memulai perjalanan, dengan peliharaan slime biru yang mengikutiku, aku sudah memiliki nama untuknya, namanya Gleemo, dia berjalan disampingku, kami mulai memasuki hutan, udara terasa segar di pagi hari, suara serangga juga terdengar.
...____...
Satu jam berlalu, sejauh ini perjalanan kami lancar, aku dan slime beristirahat di atas bebatuan besar berlumut yang ada di hutan. Aku memakan satu potong roti, sedangkan Gleemo berburu serangga kecil. Matahari mulai beranjak naik menyinari hutan, kalau aku tidak salah, desa Redstone Bluff berada di tanah tandus, jadi aku harus menghemat persediaan air. Saat aku kembali menyandang ranselku, ada kalajengking di dekatku, aku hendak melempar batu menggunakan telekinesis ke arahnya, tapi Gleemo sudah lebih dulu melahapnya, aku bahkan kaget.
"hei, itu beracun!"
"tidakh apha." sekarang aku kaget lagi.
"sejak kapan kamu bisa bicara?"
"akhu beradaptasy, mempehlajari cyara kakekmu dan kamu berihnteraksi, aku menirukannya sechara pherlahan."
Aku baru tahu, karena selama ini Gleemo belum pernah bicara, bahkan kata-katanya masih banyak kesalahan, tapi aku yakin perlahan dia bisa memperbaikinya.
"baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanan kita."
"oke, kitha mahu khe manha?"
"ke desa Redstone Bluff."
Kami mulai berjalan, Gleemo tidak banyak bicara lagi, mungkin masih memikirkan kata-kata yang tepat.
..._____...
Satu jam berlalu lagi, kami menemukan sungai, aku mengambil ranting yang cukup panjang, kuat, tapi ringan lalu meruncingkan ujungnya.
"kamhu mau apha?"
"menangkap ikan."
"ouh.."
Baiklah, sekalian juga melatih teknik menangkap ikanku. Sepuluh kali mencoba, gagal terus, ikannya lincah sekali kabur, tapi aku tidak menyerah, sepuluh kali lagi aku mencoba, akhirnya dapat seekor, lumayan besar, tapi sekarang aku bingung, dimana mau menaruhnya untuk persediaan makan nanti?
"aku bisha menyimpannya di dalma thubuhku."
Gleemo seperti mengerti apa yang aku bingungkan.
"kamu makan atau menyimpannya?"
Sebagai jawaban, Gleemo menelan ikan tangkapanku kedalam tubuhnya, aku hendak memarahinya, tapi kemudian ia mengeluarkan lagi ikan itu masih dalam keadaan yang sama.
"baiklah, kamu boleh menyimpannya.
Gleemo menelan ikan itu lagi.
"berapa banyak yang bisa kau simpan?"
"akhu tidak tahu, taphi sepertinya shepuloh"
Baiklah, aku akan menangkap dua lagi. Setelah 14 kali percobaan aku berhasil menangkap dua ikan dan disimpan lagi kedalam Gleemo, setelah itu kami melanjutkan perjalanan, aku melempar Gleemo ke sisi lain sungai sedangkan aku melompati batu untuk melewatinya.
...____...
sekitar 45 menit kami melanjutkan perjalanan, kami melihat tempat tanah yang tandus berwarna oranye dengan beberapa bebatuan besar disana, aku mulai berjalan menginjak bioma ini, teraaa panas, tapi tidak masalah, kami masih bisa melanjutkan perjalanan, saat Gleemo memasuki bioma ini, warnanya berubah dari biru menjadi oranye, sepertinya dia bisa beradaptasi dengan baik, kecepatan kami mungkin akan lebih lambat daripada sebelumnya.
...____...
30 menit berlalu di bioma tanah tandus ini, aku memutuskan beristirahat di salah satu batu, panas terik membuatku berkeringat, aku meminum air dan juga Gleemo dari perbekalan air kami. Samar-samar aku mendengar suara hewan mendekat, Gleemo juga mendengarnya, kamu menatap asal suara sambil masih duduk di atas batu kering, seekor kuda berwarna hitam mendekat dengan seseorang mengenakan jubah hitam panjang menungganginya. Saat tiba di depan kami, orang itu turun dari kudanya, siapa dia?
"halo sang pengembara, aku memiliki beberapa barang berguna yang diperdagangkan, apakah kamu tertarik?"
Pria itu membuka jubahnya membuat beberapa barang dagangan terlihat menggantung di dalamnya, ada tali, rantai, alat-alat dan barang yang tidak ku ketahui, aku yakin semuanya berguna, tapi untuk saat ini aku mau menghemat persediaan uangku dulu.
"terimakasih, tapi maaf, untuk sekarang saya belum akan membelinya karena sedang menghemat persediaan uangku."
pria itu terkekeh. "baiklah nak, tidak masalah, itu adalah pilihan baik, sepertinya kamu pengembara baru, senang bertemu denganmu dan selamat berpetualang, sayangnya aku tidka punya banyak waktu."
Pria itu menaiki kudanya lagi. "sampai jumpa." kudanya berlari lagi melesat.
"hey! Apa aku boleh menumpang?" teriakku.
"sayangnya tidak nak! Aku tidak dibayar untuk itu! Lagipula bagus untuk petualang pemula sepertimu untuk mandiri." balasnya yang terus menjauh menggunakan kudanya. Padahal aku tahu dia ke arah desa Redstone Bluff juga. Aku dan Gleemo melanjutkan perjalanan.
...____...
satu jam berlalu, panas makin terasa menyengat, matahari makin terik, aku dan. Gleemo kelelahan, tapi kami tidka menyerah, kami juga meminum sedikit air setiap 30 menit sekali untuk mencegah dehidrasi. Aku berhenti sejenak duduk di atas batu.
"kenapa?" tanya Gleemo.
"kita tidak tahu akan menghadapi apa di desa Redstone Bluff, dan juga dengan cuaca terik begini kemampuan kita bisa berkurang, jadi sebaiknya aku berlatih sebentar untuk mencoba beradaptasi, kamu mau ikut Gleemo?"
"thentu saja."
Kami mulai berlatih, Gleemo mengeluarkan tentakelnya dan membulat di bagian ujung seperti tangan, oa latihan meninju batu, aku latihan mengangkat batu menggunakan telekinesisku dan juga butiran pasir. Setelah 15 berlatih, fokusku mulai ke latihan tadi, jadinya aku sudah tidak terlalu mempedulikan panas bioma ini, aku dan Gleemo melanjutkan perjalanan.
...____...
30 menit kami bejalan, kami berjalan diantara bebatuan besar, matahari makin naik, sepertinya sekarang sudah siang, tapi sekarang tidak terlalu panas karena cahaya matahari dihalangi bebatuan. Terdengar suara kerikil berjatuhan dari jauh, aku menatap ke arah suara, satu batu besar jatuh, aku dan Gleemo mundur, batu tersebut jatuh tepat di depan kami, menghalangi jalan. Jika kami berputar akan memakan waktu lama, jadi aku memutuskan kami akan memindahkan atau menghancurkan batu ini.
"Gleemo, kita akan menghancurkan atau memindahkan batu ini, mengerti?"
"mengerti."
Baiklah, aku mencoba menggunakan kekuatan kinetikku dulu. Satu menit berlalu, batu itu tergeser sedikit tapi sangat pelan, energiku tidak akan cukup, Gleemo disebelahku mengubah bentuk tubuhnya, apa yang ingin dia lakukan? Dia mengubah bentuk tubuhnya menjadi seperti manusia. Gleemo masuk diantara sela batu itu yang agak terangkat karena kekuatanku, lalu dia menolong mengangkat batunya dari sana. kecepatan pergeseran batunya bertambah, 5 menit kami akhirnya bisa memindahkan batu itu kembali ke bagian atas yang aman jadi dia tidak akan jatuh lagi. Gleemo turun dari bebatuan lalu kembali ke bentuknya semula, kami melanjutkan perjalanan 10 menit kemudian kami keluar dari area bebatuan, jadi panas matahari kembali terasa.
...____...
1 jam lagi kami berjalan, kami juga hampir kehabisan persediaan air, jika tidak segera menemukan desa Redstone Bluff kami tidak akan memiliki air lagi.
Dari kejauhan aku melihat sesuatu, bukan bebatuan, seperti bangunan, saat melihat itu aku langsung senang, itu desa Redstone Bluff! sebentar lagi kami tiba, bahkan Gleemo terlihat lega, aku dan Gleemo langsung berlari menuju kesana.
Saat aku dan Gleemo sudah sampai di dekat desa Redstone Bluff, kami melihat bangunan di desa ini kebanyakan terbuat dari kayu, desa yang tidak terlalu besar, tapi aku berencana merekrut seseorang disini. Aku dan Gleemo berkeliling sebentar, kami melihat para warga yang sibuk dengan tugas masing-masing, ada yang membaca koran, menyapu halaman, berkebun, dan berternak. Aku dan Gleemo mendekati salah satu istal, ada seorang peternak disana, kalau dilihat dia sepertinya koboi, umurnya tidak jauh berbeda denganku, di dalam istalnya ada dua kuda, aku tersenyum menyapa orang itu.
"halo."
"halo, kamu siapa?" jawabnya dengan suara sedikit serak
"perkenalkan namaku Mathias." aku menjulurkan tangan, mengajak berjabat tangan.
"senang bertemu denganmu Mathias, namaku Jasper."
Kemi berjabat tangan lalu melepasnya
"aku berencana menjadi petualang, apa kamu mau menjadi anggotaku?"
"ah... Sepertinya tidak dulu, aku juga harus mengurus kuda-kudaku disini."
"Baiklah, jika kamu berubah pikiran, temui aku ya."
"oke."
Aku dan Gleemo melanjutkan berkeliling, kami menemukan tempat makan dan... Eh, sepertinya kuda yang terikat di dekat tempat ini tidak asing, warnanya hitam. Aku dan Gleemo masuk ke dalan restoran ini, dan benar saja, seseorang yabg duduk di dekat meja kasir itu adalah pedagang tadi, masih mengenakan jubah. Aku mendekatinya, dia menatapku.
"oh, kamu yang tadi ya? Haha, maaf ya, tadi aku meninggalkanmu."
Aku duduk di sampingnya.
"iya, gapapa."
"ngomong-ngomong nak, kamu berasal dari desa atau kerajaan mana?" tanya pria itu.
"eh, aku tidak berasal dari desa atau kerajaan apapun, rumahku tidak masuk ke wilayah desa atau kerajaan manapun."
"oh... Ngomong ngomong, siapa namamu? Dan kenapa kamu berpetualang."
"namaku Mathias, aku berpetualang untuk menjelajahi dan mempelajari dunia ini."
"menarik sekali nak, kebanyakan petualang memiliki artefak tertentu yang diincar sebagai tujuan berpetualang. Tapi aku bisa memberitahumu tiga artefak mitos yang tersusah dicari agar kamu setidaknya memiliki arah kemana kamu akan pergi selanjutnya, apa kamu mau tahu nak?"
"tentu."
Lenggang sejenak menyisakan suara pelanggan lain yang sedang mengobrol.
"yang pertama, adalah peti Relic of Eternity, sebuah peti harta karun yang hanya bisa dibuka oleh kunci bernama Shard of Origins. Yang kedua, adalah patung kecil yang berbentuk ukiran penjaga air dan memiliki kekuatan yang bisa digunakan ketika digunakan oleh orang dengan niat murni, tapi bisa menghancurkan penggunanya jika berniat jahat, namanya Idol of the Shifting Tides. Yang ketiga, merupakan sebuah pedang yang bernama Eclipsefang, memiliki kekuatan membelah dimensi, dan kekuatan luar biasa lainnya, tapi bisa menguras banyak energi penggunanya. informasi ketiga artefak tersebut sangat terbatas, tidak diketahui itu memang artefak mitos atau asli, ada yang pernah mencari keseluruh penjuru dunia tapi tidak menemukannya, sepertinya hanya orang yang berusaha sangat keras dengan niat murni yang bisa menemukan petunjuknya."
Aku menyimak penjelasan pria itu dengan baik.
"terimakasih pak, itu informasi berharga."
"tidak masalah."
Ada seorang pelayan laki-laki yang mendekati kasir tempat kami.
"maaf membuat kalian berdua menunggu, ada yang kalian ingin pesan?" pelayan itu menyerahkan menu ke meja kasir.
"aku pesan nasi putih, ikan, dan air putih." pria itu berkata.
"dan kau?" eh, aku sebenarnya tidak berencana memesan, aku hanya ingin menemui pria ini, lagipula persediaan uangku terbatas, belum sempat aku menyebut pesananku (pasrah pada keadaan), pria itu sudah lebih dulu bicara.
"berikan dia satu porsi nasi goreng dan air putih, aku akan mentraktirnya."
"oke." kasir itu kembali ke dapur.
"kamu sebenarnya tidak perku melakukan itu pak."
"tidak apa, itu untuk permintaan maafku telah meninggalkanmu tadi pagi.
Sore juga mulai beranjak malam, aku dan pria itu menghabiskan porsi makan masing-masing ketika pesanannya sudah datang. Aku memikirkan artefak mitos yang disebutkan pria tadi, apakah benar mitos atau asli? Tapi sebenarnya, mencarinya juga pasti seru, karena begitu didapatkan akan menjadi hak mutlak karena sejauh penjelasan pria tadi, belum ada yang berhasil menemukan ketiganya.
Pria itu lebih dulu menghabiskan porsi makanannya, setelah itu dia membayar makananku dan dia. Pria itu sudah beranjak pergi, aku menatapnya dari kejauhan yang sudah hampir tiba di pintu keluar.
"jika boleh tahu nama anda siapa?" teriakku kepadanya.
"kamu selalu bisa memanggilku Marchant nak." dia menolehkan kepalanya melambaikan tangan, tapi langkah kakinya tetap berjalan.
Setelah selesai memakan nasi goreng, aku meminum air putih, rasanya segar setelah berjalan di tempat panas seharian, aku juga membagikan sebagian airnya kepada Gleemo.
Setelah selesai, kami keluar dari restoran, udara tidak sejuk saat malam di bioma ini, seperti netral antara panas dan dingin jadi seperti tidak merasakan apa-apa saat malam.
Aku dan Gleemo mencari tempat yang cocok untuk bermalam, aku juga melihat kuda koboi tadi. Aku mendekati istal kuda itu, kuda-kuda itu sedang tidur, keduanya sama-sama berbarna cream dengan rambut kecoklatan. lalu aku dan Gleemo meninggalkan istal itu, kami hanya melihat sebentar. Aku dan Gleemo memilih tempat yang sedikit jauh dari desa, setidaknya agar tidak terlalu mencolok, di tempat tanah tandus. Sebelum aku hendak mengambil selimut sebagai tempat tidur, Gleemo sudah lebih dulu membuat dirinya membesar dan empuk seperti bantal.
"eh, Gleemo, kamu ngak masalah aku tidur di atasmu?"
Sebagai jawaban Gleemo mengangguk, aku menaruh tasku di pinggirnya lalu berbaring di atas Gleemo, rasanya empuk dan nyaman, saat pagi aku dan Gleemo akan terbangun ketika matahari bersinar, atau mungkin bangun sendiri, entahlah. Aku tidak langsung tertidur, masih memikirkan tentang artefak tadi, entah kemana pertama kali aku bisa menemukan petunjuk artefak itu, aku juga belum mendapatkan seorangpun untuk direkrut hari ini, bagaikan bertemu jalan buntu, semoga saja besok ada yang mau ikut, baiklah, masalah besok diselesaikan besok, aku juga harus cukup beristirahat sebelum melanjutkan petualangan di keesokan hari, aku memejamkan mata, perlahan mulai tertidur, Gleemo juga sudah tertidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!