NovelToon NovelToon

Dusk Till Dawn

Trauma

Bella terdiam ia menujuk arah jendela sambil menghela nafas panjang.

"Hujan-". Gumamnya.

Laki laki disebelahnya segera melihat ke arah jendela, ia memastikan ucapan istrinya.

"Terus mau bagaimana?", laki laki itu menatap tepat di wajah sang istri, "gimana kalo kita tunggu sampe jam tiga kalo hujan reda kita jadi belanja".

Sang istri hanya mengangguk, ia kembali duduk dengan wajahnya yang terlihat muram.

"Bha ha ha ha."

Suaminya tertawa meledek wajah Bella, ia juga diam diam memotret wajah istrinya, karena baginya dia sangat menggemaskan ketika cemberut.

"Aduhhh... Loh malah nyubit, awas kena cium!."

Bella berlari menghindari suaminya yang mengancam akan mencium, memang sudah kebiasaan Bella mencubit pipi sosok laki laki yang telah ia kenal lebih dari 8 tahun lamanya.

HAP

Tubuh sintal Bella berakhir di pelukan sang suami, setelah dua kecupan manis mendarat dibibir Bella mereka berakhir di atas ranjang yang nyaman dan hangat. Keduanya bercengkrama beriringan dengan suara rinai hujan.

Waktu menunjukkan pukul 14.00 Wib, hujan mulai sedikit reda. Bella melihat suaminya masih terlelap, ia bangkit menuju kamar mandi tapi sebelum itu sejenak ia mengintip dari balik jendela kamar menerka jika kemungkinan hujan akan reda, hatinya begitu senang tidak sabar ingin pergi berbelanja.

Dikamar mandi ia baru menyadari sesuatu, ia sudah telat datang bulan selama satu minggu. Mungkin karena ia menikmati masa pengantin baru yang terlalu manis sehingga tidak menyadarinya.

"Aku telat datang bulan seminggu, bilang Mas atau nggak ya, eh tapi ini baru seminggu aku bilang lain waktu aja deh", ucapnya lirih.

Bella kembali ke kamar, ia tidak mendapati suaminya, tapi samar samar terdengar gemercik shower, ia tersipu tau suaminya sedang mandi.

Di kamar memang tersedia kamar mandi sekaligus tapi Bella belum terbiasa dan memilih kamar mandi tamu, ia lebih nyaman dengan kamar mandi yang tidak begitu luas.

Ceklek tap... tap...

Suaminya keluar dari kamar mandi, tubuhnya setengah telanjang dada menghampiri Bella.

"Kenapa nggak bangunin Mas Shaka?", tanya suaminya, Bella hanya tersenyum ia tidak menjawab apa apa.

"Mas, hujan reda lohh."

Wajah Bella berbinar, ia tidak sabar menunggu jawaban Mas Shaka menyuruhnya segera bersiap siap. Ia ingin menghabiskan malam minggu ini hanya berdua, Bella juga dibuat sibuk ingin memilih baju, ia ingin mengenakan pakaian yang cocok dan serasi.

Cup

Satu kecupan mendarat di kening Bella, "ya udah sayangku siap siap, Mas juga ganti baju dulu." sambungnya.

Mereka akhirnya tiba disebuah pusat perbelanjaan, Bella terlihat begitu antusias mengambil troli belanja, ia bersiap berbelanja.

"Mas aja yang dorong ya."

"Bella aja deh, Mas bantu nanti." Pinta Bella yang langsung disetujui suaminya.

Dimata Shaka, sosok Bella terlalu mandiri sebagai istri. Ia tau hidupnya keras selama ini, dia juga banyak mengesampingkan hal hal yang ia butuhkan dan sukai. Sebagai suami Shaka berusaha mencukupi segala kebutuhannya, ia tidak ingin Bella khawatir tentang hari esok.

Bella adalah cinta pertama Shaka dan cinta terakhir baginya.

"Mas boleh aku beli yang lebih mahal dari waktu itu?", tanya Bella, ia menunjukan harga dari merk coklat.

"Boleh sayang, gimana kalo habis ini kita makan soto ayam ya, kamu mau kan?." Tanya Mas Shaka.

Bella mengangguk tanda ia setuju, tapi dalam hatinya ia sedikit ragu apakah dia masih bisa memakan daging ayam, mengingat tiga tahun belakangan setiap memakan daging ayam ia terus menerus muntah.

Akhirnya Bella selesai berbelanja, dibantu Mas Shaka ia membawa belanjaannya menuju parkiran motor.

Mereka melanjutkan perjalanan berikutnya ke penjual soto ayam tidak jauh dari pusat perbelanjaan, kebetulan ketika datang tempatnya sedang tidak ramai pengunjung, hanya ada mereka berdua.

Bella sedikit grogi ketika Mas Shaka mulai memesan, Bella menunjuk menu minuman es jeruk ketika suaminya memesan.

"Soto dua porsi, es jeruk dua, Pak."

"Tunggu sebentar nggih, Mas." Ucap Pak penjual.

Dengan lihai laki laki paruh baya itu meracik pesanan kami berdua, Bella mulai sedikit khawatir, ia takut tidak dapat memakan soto ayam tersebut. Tapi ia juga tidak mampu menolak ajakan Mas Shaka. Ingatannya terlempar pada terakhir kali ia mencoba memakan sup dengan sedikit potongan ayam, baru satu suap ia sudah lari ke wastafel dan muntah.

Pesanan datang tidak lama, penjualnya sangat ramah, ia juga tampak sesekali mengobrol dengan Mas Shaka, tapi dalam bahasa Jawa halus, Bella tak terlalu memahami meskipun ia juga orang Jawa.

"Monggo Mas.. Mba.. sotonya."

"Nggih, Pak." Balas Mas Shaka.

Mas Shaka mendekatkan seporsi soto dan es jeruk di hadapan Bella.

"Bismillah... ."

Mas Shaka sudah lebih dulu makan, Bella masih menyeruput es jeruk ditangannya.

"Kenapa belum mulai makan sayang?." Tanya Mas Shaka merasa heran.

"Iya, mmm ini haus jadi minum dulu... ." Jawab Bella coba beralasan.

Mas Shaka menyodorkan satu suapan pada Bella, ia terkejut, tapi dengan alami Bella membuka mulut menerima suapan dari suaminya.

Hap...

Bella memejamkan mata sembari mengunyah. Dia diam sejenak, dia pikir dia bisa memakan soto di depannya tanpa merasa mual, dan ternyata memang bisa.

"Enak kan?," tanya Mas Shaka sembari merapikan rambut Bella.

"Enak.. enak.. ."

Bella berhasil menghabiskan semangkuk soto ayam di depannya tanpa muntah. Dia pikir dia akan baik baik saja namun, dalam perjalanan pulang ia mendadak pusing, perutnya mual karena sepintas ia terbayang potongan daging ayam di dalam mangkok tadi.

Ia memeluk erat tubuh suaminya, tapi ia sudah tidak tahan, mual diperutnya sudah sampai di tenggorokan.

"Mas.. mas.. berhenti sebentar bisa?." Pinta Bella, ia sudah tidak tahan lagi.

"Kamu kenapa?."

"Buruan berhenti, Mas!."

Mas Shaka mencari tempat teduh dibawah pohon untuk berhenti, dengan cepat Bella mengambil posisi jongkok.

Huekk... Huekk.. Huekk...

Mas Shaka panik, ia mencoba membantu memijat bahu Bella. Ia menengok di sebrang jalan ada warung kelontong untuk membeli air mineral.

"Kamu tunggu sini Mas cari minum dulu yaa!."

Mas Shaka menuju ke sisi jalan tempat warung kelontong tersebut, setelahnya bergegas kembali ke sisi isterinya menyodorkan sebotol minuman untuk menenangkan Bella.

Wajah Bella langsung pucat, ia berubah dari yang tadinya begitu ceria mendadak seperti orang sakit.

Bella meminum minuman yang disodorkan Mas Shaka.

"Kamu nggak apa apa kan?", tanya Mas Shaka khawatir, "kita ke dokter ya sayang?."

Bella menggelengkan kepala.

"Mas, kita pulang aja nanti juga baikkan." Ujar Bella menenangkan suaminya yang terlihat panik.

"Beneran sayang kamu gak papa?." Tanya kembali Mas Shaka memastikan, tangannya mengelus rambut panjang Bella.

Bella mengangguk, kepalanya terasa pusing. Tanpa bertanya lagi, Mas shaka memapah isterinya menuju motor.

Di dalam perjalanan pulang Bella merasa bersalah kepada Mas Shaka, ia begini bukan karena sakit atau keracunan makanan seperti dugaan suaminya.

Ini adalah sebagian trauma yang belum enyah dari hidupnya.Trauma itu nyata adanya terutama bagi Bella, hatinya terasa tercabik kembali hanya karena masakan dengan taburan daging ayam. Cukup sesederhana itu untuk membuatnya menangis dalam batin kali ini.

Tangan kiri suaminya terus memegang tangan Bella agar tetap memeluknya memastikan Bella tetap aman selama perjalanan.

"Sabar ya sayang sebentar lagi kita sampai." Ucap Mas Shaka menenangkan Bella.

Bella tau suaminya yang perhatian pasti begitu khawatir, Mas Shaka juga menawarkan kembali agar pergi ke dokter, tapi Bella menolak ia hanya ingin pergi ke kamarnya dan istirahat.

Bella merasa tidak enak atas kejadian ini.

Tapi Bella juga bingung bagaimana ia menjelaskan hal ini pada suaminya dirumah. Dia tidak sakit ataupun keracunan makanan, ini adalah bentuk reaksi tubuh atas trauma yang pernah ia alami.

Beranjak ke dua tahun lalu, saat itu Bella sedang menangis di sudut ruangan, seseorang melempar kresek berisi satu kilogram ayam mentah yang jatuh tepat di hadapannya.

"Nggak usah pura pura nangis!!, tuh makan ayamnya sekalian kreseknya, jijik banget loh !."

Sosok tersebut berbicara dengan nada intimidasi. Bella hanya diam, tapi tangisannya sebenarnya menjadi jadi, ia begitu kecewa diperlakukan demikian hanya karena mengatakan ingin sepotong ayam.

Bella bukan tidak tau keadaan, ia hanya mengikuti saran bidan untuk lebih banyak mengonsumsi daging ayam.

Dan satu kilogram ayam tersebut terus diungkit oleh sosok tersebut bersama keluarganya.

Sejak saat itu tubuhnya menolak masakan apapun yang memiliki komposisi daging ayam, sekalipun kejadian itu sudah termakan waktu tapi luka hatinya tidak kunjung hilang termakan waktu jua.

Pertemuan

Sesampainya dirumah, Mas Shaka membantu istrinya melepas helem dan sepatu kemudian dengan hati hati memapahnya ke kamar.

"Mas bikinin teh anget bentar," Mas Shaka bergegas ke dapur, berharap teh hangat bisa meredakan sedikit rasa mual istrinya.

Tidak lama ia kembali dengan segelas teh hangat di tangannya. Shaka terkejut mendapati istrinya tengah menangis tersedu sendu.

Dengan lembut tangan Mas Shaka meraih pipi Bella, ia menyeka air matanya serta memberikan pelukan hangat yang nyaman, istrinya mulai menangis dengan keras dalam dekapan Shaka.

Entah apa yang terjadi dengan Bella, tangisannya seperti meraung begitu dalam, tersirat kesedihan yang menerjang hatinya.

Dekapan Mas Shaka adalah penawar terbaik bagi Bella saat ini. Dengan sabar suaminya membiarkan Bella menangis sambil sesekali mengusap lembut rambut panjangnya, ia sadar bahwa Bella memiliki alasan dibalik tangisannya namun, Mas Shaka menunggu Bella bercerita atas kemauannya sendiri.

Hampir setengah jam Bella menangis, ia tanpa sadar juga terlelap di pelukan sang suami.

Cup

Kecupan manis mendarat di kening Bella, di pandangnya dalam dalam wajah sang istri mengingatkan bagaimana pertemuan pertama mereka.

Saat itu pagi di bulan Juli, seorang gadis remaja terlihat memanjat gerbang belakang sekolah bersama dua gadis sebayanya. Jam masih menunjukkan pukul 09.00 Wib seharusnya pelajaran masih akan berlangsung sampai pukul 14.00 Wib, kuat dugaan mereka berniat bolos di jam pelajaran.

Laki laki dari gedung disebelahnya mengamati sambil tersenyum melihat aksi tiga sekawan tersebut.

Gadis dengan kacamata terlihat kesusahan menaiki gerbang, tubuhnya lebih gemuk dari dua temannya.

"Buruan ntar kepergok tukang ngadu!", seru satu remaja perempuan yang sudah berhasil melewati gerbang.

Mereka bertiga adalah siswi dari bangku kelas 10 Bahasa namun, tidak memiliki kelas yang sama. Ketiganya berpencar dengan anggota kelasnya masing masing, tapi entah kenapa mereka bertiga seperti magnet yang selalu bisa kompak, termasuk saat ini, mereka sedang mencoba bolos dari sekolahan.

Brukkk...

Gadis kacamata berhasil melewati gerbang, mereka dengan santai berjalan, bukan tanpa alasan, mereka memiliki tujuan menuju salah satu Mall baru di pusat kota.

Sebelum pergi mereka menyempatkan mengganti pakaian di kos Bella agar lebih leluasa berpergian nantinya.

Mereka tiba di persimpangan jalan, menunggu Si Kacamata meminjam motor dari pedagang asongan kenalannya.

PIM PIM PIM

"Astaga!."

"Saori gak usah norak!." Gadis dengan gelang hitam melotot ke arahnya.

Sosok gadis berkacamata hanya cengengesan, tentu dua temannya terkejut mendengar suara klakson dari arah berlawanan, klakson di motor tersebut juga terasa sangat berisik tidak seperti klakson motor biasanya.

"Hemmm...." Imbuh gadis bertopi sambil geleng gelang kepala.

Gadis kacamata yang akrab di panggil Saori sebenarnya memiliki nama Nur Salsabilla, dan gadis yang barusan menegurnya adalah Ayakasi alias Bella dan satunya lagi bernama Maya.

Bella dan Maya saling menatap.

"Gak ada yang lain kah?"

Mereka tidak menyangka bahwa sepeda motor yang mereka naiki begitu memprihatinkan, hanya ada satu sepion, bahkan kondisi body motor dibilang sangat parah, membuat Bella sedikit berpikir.

"Yang penting nyalaaa, buruan bestiee!!."

Dengan modal sepeda motor butut, trio sekawan ini segera menuju tujuan mereka, Mall Graha Alaksa.

"Mundur dikit Ayaaa... nggak duduk saya lohh!." Protes Salsa.

"Maya noh yang harusnya mundur!." Balas Bella menyiku tangan Maya.

"laghhh... gimane gimane?, noh mundur lagi wasalam dong, bego!." Omel Maya mencubit paha Bella, ia berasa pantatnya mentok di ujung jok motor, bahkan nyaris jatuh.

"Ahahaha.... "

Maya dan Bella tertawa bersama, "harusnya sih sopirnya noh harus kecilan dikit deh." Cletuk Bella.

"Kalo ngomong suka bener lu." Sambung Maya.

Mereka berakhir tertawa bersama, sampai tiba tiba ditengah perjalanan, pengemudi mobil Avanza hitam membunyikan klakson berulang lagi, kini mereka sejajar mobil Avanza hitam.

Kaca mobil perlahan diturunkan, sosok di samping pengemudi itu mengintip dibaliknya.

"Temenku jatuh cinta sama yang tengah, namanya El Shaka Mahardika!." Seru penumpang laki laki dari mobil Avanza tersebut.

"hih, najis bahlul!!, Salsa dan Maya kompak menjawab, "freak!." Imbuhnya.

"Norak lu Om!." Sambung Bella.

Salsa menambah kecepatan motornya, mencari jarak dengan mobil tersebut.

"Gak jelas banget sih, sumpah!." Ucap Bella.

"Buta kali ya, naksir sama Ayakasi." Ledek Salsa.

"Apaan sih, norak!, brondong banyak pemirsa." Jawab Bella cemberut.

Tiga gadis remaja tersebut berhenti di sebuah bengkel, kali ini pemilik bengkel tersebut adalah kenalan Maya, ia menitipkan motor butut tersebut agar lebih aman.

Sekitar lima puluh langkah lagi mereka akan sampai ke Mall, mereka memutuskan sisanya untuk berjalan.

Ditengah perjalanan mereka bertemu kembali dengan mobil Avanza hitam yang tadi. Mobil hitam tersebut mendadak berhenti.

"Dik, nih orangnya,El Shaka Mahardika, gimana ganteng kan?." Celoteh laki laki plontos yang lebih tua.

Dari dalam Avanza hitam tersebut, laki laki tadi terus menunjuk sosok di bangku belakang yang ia panggil Shaka.

Sosok Shaka ternyata laki laki tampan, bahkan sekejap terperangkap dalam pandangan Bella, wajahnya jauh lebih muda dari dua rekannya di jok depan.

"Hadehh... Mereka lagi." Keluh Maya dan Salsa.

Ceklek

Di luar dugaan, sosok bernama El Shaka Mahardika malah turun dari mobil, dia menuju arah Ayakasi alias Bella yang malah terpaku, pandangan mata Bella tidak bisa berbohong dia terpesona.

"Hai...."

"Hai-," balas Bella.

CIE... CIE...

Riuh suara didalam mobil, seperti pemadu sorak.

"Kenalin, Shaka..," ucapnya mengulurkan tangan memperkenalkan diri, berusaha menjabat tangan Bella.

"KITA NGGAK NANYA!." Balas Salsa dan Maya kompak.

Tiba tiba...

"Aku Bella... ." Ucap Bella memperkenalkan diri juga, ia membalas menjabat tangan Shaka.

Begitulah awal pertemuan Shaka dan Bella, Dimulai dari Bella yang bolos di jam pelajaran sekolah dan sosok Shaka yang tanpa ragu mengajak Bella berkenalan.

Setelah beberapa kali pertemuan mereka akhirnya menjadi sepasang kekasih yang serasi. Meski tidak banyak waktu yang bisa mereka habiskan untuk saling mengenal satu sama lain, sedikitpun tidak menjadikan celah masalah di dalam hubungan mereka. Mengingat jenjang pendidikan mereka berdua berbeda, kesibukan menjadikan alasan keduanya lebih banyak berbicara di sosial media.

Rasanya waktu berlalu begitu cepat sejak pertemuan itu, kini gadis itu adalah istrinya.

Wanita cantik, mandiri, dan ceria.

Kambali dari lamunan, Mas Shaka teringat semua belanjaan masih diluar, ia dengan pelan membaringkan tubuh istrinya ke bantal, membalutnya dengan selimut lalu bergegas menuju garansi.

Sambil melihat isi belanjaan didapur Mas Shaka berusaha memasak sesuatu untuk istrinya.

Ia memilih beberapa sayuran untuk membuat sup. Mas Shaka tampak cekatan seakan ia sudah terbiasa memasak didapur. Tidak perlu waktu lama sup sudah siap.

"Semoga Bella suka." Ucapnya lirih.

Ia membawa baki berisi sup tersebut ke kamar. Berniat membangun Bella untuk makan.

Kecelakaan

Pukul 16.00 Wib, Bella terbangun dengan bingung namun, tubuhnya terasa ringan jauh lebih baik dari sebelumnya.

Ekor matanya menangkap semangkuk sup dingin di meja, Bella menggeser tubuhnya lebih dekat untuk melihat sup dihadapanya, perutnya berbunyi, ia merasa lapar.

"Enaknya... ." Ucap Bella bersemangat.

Kepalanya menengok ke kanan memandangi sekitar, ia tidak mendapati sosok Mas Shaka, ia bangkit melirik kamar mandi, tapi juga sunyi.

Ceklek

Dari arah pintu Suaminya datang, masih menggunakan sarung sambil membawa satu kotak susu.

"Mas Shaka... ." Panggil Bella.

Ia berlari berniat ingin memeluk Suaminya, tapi baru dua langkah tiba tiba ia terjatuh.

BRUKK

"BELLA!." Mas Shaka bergegas menghampiri tubuh istrinya dilantai.

"Mana yang sakit?!"

Suaminya begitu khawatir ia memeriksa sisi tangan dan kaki Bella.

"Aduhhh... ", rintih bela memegang perut.

"Perutnya sakit banget ya, Sayang?" Mas Shaka dengan raut wajah cemas ikut memegang perut istrinya.

Kruyuk... Kruyuk...

Perut Bella berbunyi. Mas Shaka tersenyum ia gemas lantas mencubit hidung mancung istrinya.

Diberikannya sekotak susu yang tadi dia bawa.

"Mas, sup ini boleh Bella makan?." Tanya Bella.

"Boleh, tapi sudah dingin, kamu dari tadi Mas bangunin cuman pindah posisi."

"Memangnya ini jam berapa?." Tanya Bella.

"Setengah tujuh Sayang."

Mata Bella terkejut, ia baru menyadari hari sudah malam.

"Maaf ya Mas, Bel-." Ucap Bella terpotong.

"Huss, kita makan aja dulu, Mas udah beli nasi goreng didepan." Ujar Mas Shaka menyela.

***

Selesai makan, mereka menghabiskan waktu menonton film di ruang tengah dengan beberapa cemilan. Kali ini film rekomendasi dari istri yang sebenarnya adalah live action adaptasi manga berjudul Trilion Game, salah satu manga favorit Bella.

Meski Mas Shaka tidak terlalu memahami manga ataupun anime yang dibicarakan Bella, ia tetap menikmati alur film dengan nyaman.

Ditengah tengah menonton film, Bella mencium pipi suaminya.

"Bella minta maaf ya, Mas." Ucap Bella.

"Minta maaf buat apa sayang, Bella nggak pernah salah apapun." Balas suaminya, ia mempererat tangan kirinya memeluk pinggang istrinya.

"Sebenarnya aku nggak bisa makan apapun yang berkaitan dengan daging ayam." Jelas Bella, ia mencoba menceritakan sebenarnya, "setiap kali aku makan rasanya pikiranku kacau, perutku mual," sambungnya.

Mas Shaka memegang wajah Bella yang sedikit tertunduk ketika berbicara.

Didalam hati Mas Shaka, ia menebak apa yang akan diucapkan istrinya setelahnya.

Tadi ketika Bella tertidur, Mas Shaka pergi membeli nasi goreng tidak jauh dari rumah.

Dia mengantri dibelakang dua ibu ibu yang sedang berbincang.

"Loh, si janda kembang, dia dah kawin lagi sama dosen, Buk." Ucap ibu berambut ikal, diikuti colekan pada lawan bicaranya.

"Si Bella?!." Lawan bicaranya terkejut.

"Iya, anak itu udah nikah lagi, kata orang orang suaminya yang alim itu kagak kasih nafkah dia, suka main tangan. Bahakan ya bu, waktu sakit pas hamil cuman di bawa ke dukun bayi, nah pulang pulang keguguran dia, mana udah tujuh bulan lagi." Jelas Ibu tersebut dengan nada bicara yang cepat.

"Kapan nikahnya, Buk?."

"Baru juga bulan kemarin, nikahnya mewah di hotel." Ucapnya kembali.

"Buk, ini pesanannya." Ucap penjual nasi goreng, sambil menyerahkan pesanan ke dua ibu tersebut juga sekaligus mengakhiri perbincangan mereka.

Dua ibu tersebut tidak menyadari bahwa Mas Shaka berada dibelakang mereka, suami dari Bella yang sedang mereka bicarakan.

Dari pembicaraan itulah ia sedikit punya gambaran tentang masa lalu Bella, alasan kenapa ia mudah cemas dan sedih.

"Bella dulu sak-", lagi lagi ucapan Bella disela, kali ini Mas Shaka tidak membiarkan Bella berbicara ia terus mencumbu isterinya meski Bella sedikit memberontak.

"ihhh... Mass... !."

Mas Shaka berhenti mencumbu istrinya. Tampak Bella sedikit kesal, wajahnya memerah berpaling dari wajah suaminya.

"Iya iya maap sayang."

Kata maaf suaminya tidak didengar, ia cemberut mengambil cemilan kesukaannya didapur.

***

Di lain tempat sedang terjadi kecelakaan mobil. Semua orang yang melihat kejadian tersebut merasa terkejut karena kejadian berlangsung sangat cepat, terlihat pengemudi mobil tersebut terjepit badan mobil.

Beberapa orang berkerumun, ada yang hanya mematung melihat korban, ada yang sibuk mengabadikan peristiwa naas tersebut. Tidak ada yang berani menyentuh korban, mereka takut dan memilih menunggu pihak berwajib dan ambulans datang.

Mereka penasaran apakah wanita itu masih hidup atau sudah mati.

Sampai ada sosok laki-laki paruh baya yang memberikan diri mendekat, ia memeriksa nadinya.

"Masih hidupp !", Serunya.

Tak berselang lama polisi datang lebih awal dari ambulans, mereka mengamankan TKP dan memasang police line. Berberapa menanyai saksi mata atas kejadian naas yang menimpa wanita. Setelah di selidiki tersebut adalah Fhreya seorang pelajar.

Saksi mata dari pemilik warung kelontong langsung di mintai keterangan, karena paling dekat dengan lokasi korban mengalami kecelakaan.

"Anuu... mobil itu melaju banting stir terus anuu.. ke luar jalur, menghindari sepeda motor remaja bonceng tiga, Pak polisi." Jelasnya dengan logat bicara yang kaku.

"Tiga remaja itu langsung kabur, Pak. Nggak tanggung jawab atau takut karena melihat mobil yang banting setir itu mengalami kecelakaan." Imbuh saksi lain, seorang tukang parkir.

Semua polisi sibuk, sebagian ada yang mengatur jalannya lalu lintas, dan mengamankan TKP karena banyaknya massa yang ingin datang melihat langsung.

Sirine ambulans terdengar, korban langsung mendapat pertolongan oleh tim medis dan dilarikan ke Rumah Sakit terdekat.

Pukul 20.30 Wib, ponsel Mas Shaka terus berdering, membangunkan Bella. Tertera di layar ponsel nama Ibu.

Bella langsung mengangkat telfon tersebut tanpa membangunkan Mas Shaka terlebih dahulu.

"Halo, Buk?."

"Mas Shaka dimana?."

"Sebentar Bella bangunkan."

Bella membangunkan suaminya yang masih terlelap, dengan wajah mengantuk Mas Shaka menerima telfon dari ibunya.

"Kapan?." Raut wajah suaminya seketika berubah."Nggih, Buk, Shaka siap siap dulu, Waalaikumsalam."

Mas Shaka mematikan ponselnya, ia melihat wajah istrinya yang ikutan tegang.

"Ada apa Mas?", tanya Bella, ia mendekat ke arah suaminya.

"Fhreya kecelakaan, sekarang di RS." Jawabnya.

"Astaghfirullah, kapan mas?." Bella langsung terkejut, karena Fhreya bilang mau membuat kue bersama hari rabu.

"Rencananya Mas mau ke Rumah Sakit dulu, ini kan udah malam, Bella jangan ikut ya." Jelas Mas Shaka.

"Bella ikutt!." Seru Bella.

"Besok saja ya sayang, sekarang Bella istirahat." Jelas Mas Shaka memberi pengertian pada istrinya.

Setelah berkali kali membujuk akhirnya Mas Shaka memperbolehkan Bella untuk ikut.

Mas Shaka mulai memacu motornya bersama Bella menuju Rumah Sakit yang jaraknya lumayan.

"Pegangan yang erat." ucap saka sambil menaruh tangan Bella di saku jaketnya agar lebih hangat.

Sesampainya di Rumah Sakit, Bella langsung bertemu dengan Ibu mertuanya yang sedang berada di ruang tunggu.

Bella bersalaman, ia lantas menanyakan keadaan Fhreya. Ternyata dia mengalami patah kaki dibagian kanan. Sisanya hanya luka benturan dan goresan akibat mobil menabrak pembatas jalan.

Saat berbincang tiba tiba sosok laki laki yang sangat ia kenal menghampiri.

"Ohh... Asik ngobrol disini!." Ucapnya dengan nada mengintimidasi.

Sosok laki laki tersebut adalah Aji, mantan kakak ipar Bella. Dari sini ia tau, bahwa Fhreya terlibat kecelakaan dengan anak kakak iparnya.

"Ada urusan apa nggih, tiba tiba menyela pembicaraan orang lain." Tegur Ibu.

"Anak saya masuk Rumah Sakit gara gara situ!." Matanya melotot ia berbicara dengan nada keras.

Bella terdiam, dia tidak menyangka pertemuan tidak terduga ini. Ia harus menerima kejadian ini membawanya bertemu orang orang yang telah menyakiti hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!