Bab 3: Cermin yang Menelan

Suasana di dalam ruangan itu semakin mencekam. Isabella merasa seolah-olah waktu berhenti saat pandangannya terkunci pada cermin besar di tengah meja. Bayangan gelap dalam cermin bergerak, seakan-akan ada sesuatu—atau seseorang—yang terperangkap di dalamnya, mengintip dari balik permukaan kaca yang berkilau itu. Ia merasakan kegelisahan yang semakin dalam di dadanya, dan tanpa sadar, kakinya mundur sedikit.

“Isabella...” suara Maria terdengar gemetar di belakangnya. Isabella menoleh, melihat sahabatnya yang tampak ketakutan. “Apa yang terjadi? Ada yang tidak beres di sini.”

Isabella menelan ludah, mencoba mengalihkan pandangannya dari cermin yang semakin menakutkan itu. “Aku... aku tidak tahu. Tapi kita harus berhati-hati. Seperti ada yang mengawasi kita.”

Jonathan, yang tampak lebih tenang, berusaha meraih cermin itu, seolah ingin melihat lebih dekat. "Cermin ini tampak biasa saja. Hanya kaca tua," ujarnya, mencoba meyakinkan mereka.

Namun, saat tangan Jonathan hampir menyentuh permukaan cermin, bayangan dalam cermin itu bergerak lagi, lebih cepat, seolah berusaha menjauhi sentuhan manusia. Isabella melihat dengan jelas—bayangan itu bukan sekadar pantulan, tetapi sesuatu yang hidup, yang mengintai mereka.

“Jonathan, jangan!” Isabella berteriak, suaranya terdengar nyaris tidak dikenali oleh dirinya sendiri.

Jonathan terhenti, tangannya terhenti di udara, dan semua orang di dalam ruangan itu merasakan ketegangan yang luar biasa. Keheningan mencekam menyelimuti ruangan, hanya ada suara napas yang berat dan cepat, mencampuri udara yang terasa semakin berat.

Tiba-tiba, pintu besar yang tadi mereka buka tertutup sendiri dengan suara keras yang menggelegar. Semua terlonjak, dan gelombang ketakutan melanda mereka. Pintu itu kini terkunci dari luar. Mereka terjebak.

“Tidak! Kita terjebak!” teriak Viktor, suaranya hampir hilang dalam kepanikan. Ia mencoba mendorong pintu, tetapi tidak bisa. Semua usaha mereka sia-sia. Pintu itu terkunci rapat.

“Tenang... tenang!” perintah Isabella, meskipun suaranya tidak terdengar tenang sama sekali. Tubuhnya terasa kaku, tetapi ia berusaha mengendalikan diri. “Kita harus mencari jalan keluar.”

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari atas, suara langkah kaki berat yang datang dari lorong-lorong yang gelap. Langkah itu semakin dekat, lebih berat, seolah-olah sebuah tubuh besar dan berat sedang mendekat dengan kecepatan yang mengerikan.

“Siapa itu?” tanya Maria dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Tidak ada jawaban. Hanya suara langkah kaki yang semakin dekat, semakin keras. Mereka semua terdiam, menahan napas, mencoba mendengarkan setiap detil suara itu. Saat langkah itu tiba di luar pintu, seketika semuanya hening.

Dan kemudian, suara berdesir halus terdengar dari dalam cermin.

Isabella memalingkan wajahnya kembali ke cermin, matanya terbelalak. Bayangan itu—makhluk itu—sekarang terlihat lebih jelas. Ia terlihat seperti sosok yang terperangkap di dalam cermin, tetapi matanya... matanya memandang langsung ke mereka.

Tiba-tiba, dengan gerakan yang cepat dan tak terduga, bayangan itu muncul dari dalam cermin, seperti sebuah makhluk yang merangkak keluar dari kegelapan. Semua orang terbelalak, terkejut dan ketakutan. Bayangan itu tidak manusiawi, wajahnya kabur dan buram, tubuhnya berkelok dengan cara yang tidak wajar, dan tangannya terulur ke arah mereka.

“Lari!” teriak Viktor, hampir tidak bisa menguasai dirinya lagi. Semua berlarian menuju pintu yang terkunci, mencoba membuka pintu dengan segala cara. Namun, pintu itu tetap tidak bergerak.

Isabella merasa terhimpit. Jantungnya berdegup sangat kencang. Di luar sana, makhluk itu semakin mendekat. Wajahnya semakin jelas, tampak seperti wajah seorang wanita yang sudah mati. Raut wajahnya tampak hancur dan rusak, penuh dengan luka-luka yang dalam dan darah yang mengalir dari matanya yang kosong. Wajah itu menyeringai, mengeluarkan suara tertawa yang terdengar seperti teriakan ketakutan.

"Apa ini?" bisik Jonathan, hampir tidak percaya pada apa yang dilihatnya.

"Seseorang... seseorang di sini membunuh mereka," kata Isabella dengan suara parau, tubuhnya gemetar. Ia tahu, untuk pertama kalinya, bahwa mereka tidak hanya terperangkap dalam kastil ini—mereka juga terperangkap dalam permainan yang jauh lebih jahat, yang dimainkan oleh kekuatan yang tidak bisa mereka pahami.

"Jangan biarkan dia mendekat!" teriak Maria, menjerit keras. Tetapi saat itu, dengan satu gerakan cepat, bayangan itu menggapai salah satu dari mereka—Elisa, yang masih tergeletak tak bernyawa di sudut ruangan.

Semua orang menjerit ketakutan. Elisa tiba-tiba bangkit, matanya yang kosong memancarkan cahaya aneh. Tubuhnya bergerak dengan cara yang tidak manusiawi, dan mulutnya terbuka lebar, seolah-olah ia mencoba berbicara, namun hanya suara-suara aneh yang keluar dari tenggorokannya.

Sosok Elisa itu berjalan mundur ke arah mereka, bergerak dengan cara yang mengerikan. “Dia—dia sudah mati!” teriak Jonathan, gemetar ketakutan.

Isabella mundur satu langkah, matanya tak bisa melepaskan pandangannya dari tubuh Elisa yang terbangun dengan penuh kebingungan dan keganasan. "Ini bukan Elisa lagi..." kata Isabella dengan suara gemetar. "Ini... ini adalah roh yang terperangkap di dalam kastil ini. Dia kembali untuk membalas dendam."

"Pembunuhnya!" teriak Viktor, matanya melotot penuh kebingungan dan ketakutan. "Pembunuhnya ada di antara kita."

Isabella menoleh dengan cepat ke teman-temannya. Mereka semua tampak bingung, ketakutan, dan tak tahu harus berbuat apa. Saat itu, sesuatu yang sangat aneh terjadi. Cermin di belakang mereka berkilau tiba-tiba, memancarkan cahaya gelap yang menghisap semua energi mereka. Dan bayangan yang terperangkap di dalamnya kembali mengangkat tangan, seolah memberikan petunjuk bahwa pembunuh itu ada di dalam kastil ini—dan dia sudah siap untuk menyerang.

Dalam keheningan yang menyelimuti ruangan itu, Isabella merasakan firasat yang sangat kuat: mereka semua berada dalam bahaya yang jauh lebih besar dari yang mereka kira. Dan dalam malam yang gelap ini, mereka bukan hanya harus berjuang untuk bertahan hidup—mereka harus mengungkap siapa yang sebenarnya telah membunuh Elisa, dan siapa yang bersembunyi di balik pembunuhan yang mengerikan ini.

Makhluk itu—apakah itu hanya roh pembalasan, atau sesuatu yang lebih jahat? Isabella tahu satu hal pasti: mereka tidak akan keluar dari kastil ini jika mereka tidak menemukan jawaban.

"Siapa di antara kita yang sebenarnya pembunuhnya?" pikir Isabella, dengan mata yang semakin melebar karena ketakutan.

Episodes
1 Bab 1: Suara dari Kegelapan
2 Bab 2: Dalam Bayang-Bayang
3 Bab 3: Cermin yang Menelan
4 Bab 4: Jerat Tanpa Jalan Keluar
5 Bab 4: Jerat Tanpa Jalan Keluar
6 Bab 6: Jeruji dari Batu
7 Bab 7: Labirin yang Menelan
8 Bab 8: Teror Tanpa Akhir
9 Bab 9: Wajah di Balik Topeng
10 Bab 10: Bayangan yang Terus Menghantui
11 Bab 11: Malam Terpanjang
12 Bab 12: Gerbang Kegelapan
13 Bab 13: Persembahan Terakhir
14 Bab 14: Bayang-Bayang Dendam
15 Bab 15: Labirin Kematian
16 Bab 16: Pengorbanan di Balik Kegelapan
17 Bab 17: Kebenaran yang Terungkap
18 Bab 18: Bayang-Bayang Kematian
19 Bab 19: Jejak dalam Kegelapan
20 Bab 20: Lingkaran Neraka
21 Bab 21: Pengorbanan Terakhir
22 Bab 22: Kegelapan yang Tak Pernah Padam
23 Bab 23: Jejak yang Tak Terhapuskan
24 Bab 24: Penutupan yang Terlambat
25 Bab 25: Bayangan yang Tertinggal
26 Bab 26: Lingkaran Teror
27 Bab 27: Malam yang Bikin Merinding
28 Bab 28: Kebenaran yang Menampar
29 Bab 29: Malam yang Gak Ada Habisnya
30 Bab 30: Malam Penuh Darah
31 Bab 31: Perang Tanpa Akhir
32 Bab 32: Bayang-Bayang Terakhir
33 Bab 33: Pertarungan Terakhir di Tengah Kegelapan
34 Bab 34: Malam Tanpa Akhir
35 Bab 34: Jejak yang Tak Terhapuskan
36 Bab 36: Simbol Kehancuran
37 Bab 37: Darah dan Pengorbanan
38 Bab 38: Bayang-Bayang yang Tak Hilang
39 Bab 39: Lingkaran Pengkhianatan
40 Bab 40: Cahaya dalam Kegelapan
41 Bab 41: Serangan dari Kegelapan
42 BAB 42: BISIKAN DARI KEGELAPAN
43 BAB 43: BAYANGAN YANG TAK PERNAH PERGI
44 BAB 44: KEBANGKITAN BAYANGAN
45 BAB 45: MENGIKUTI JEJAK MALAM
46 BAB 46: MALAM DARI BAYANGAN
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1: Suara dari Kegelapan
2
Bab 2: Dalam Bayang-Bayang
3
Bab 3: Cermin yang Menelan
4
Bab 4: Jerat Tanpa Jalan Keluar
5
Bab 4: Jerat Tanpa Jalan Keluar
6
Bab 6: Jeruji dari Batu
7
Bab 7: Labirin yang Menelan
8
Bab 8: Teror Tanpa Akhir
9
Bab 9: Wajah di Balik Topeng
10
Bab 10: Bayangan yang Terus Menghantui
11
Bab 11: Malam Terpanjang
12
Bab 12: Gerbang Kegelapan
13
Bab 13: Persembahan Terakhir
14
Bab 14: Bayang-Bayang Dendam
15
Bab 15: Labirin Kematian
16
Bab 16: Pengorbanan di Balik Kegelapan
17
Bab 17: Kebenaran yang Terungkap
18
Bab 18: Bayang-Bayang Kematian
19
Bab 19: Jejak dalam Kegelapan
20
Bab 20: Lingkaran Neraka
21
Bab 21: Pengorbanan Terakhir
22
Bab 22: Kegelapan yang Tak Pernah Padam
23
Bab 23: Jejak yang Tak Terhapuskan
24
Bab 24: Penutupan yang Terlambat
25
Bab 25: Bayangan yang Tertinggal
26
Bab 26: Lingkaran Teror
27
Bab 27: Malam yang Bikin Merinding
28
Bab 28: Kebenaran yang Menampar
29
Bab 29: Malam yang Gak Ada Habisnya
30
Bab 30: Malam Penuh Darah
31
Bab 31: Perang Tanpa Akhir
32
Bab 32: Bayang-Bayang Terakhir
33
Bab 33: Pertarungan Terakhir di Tengah Kegelapan
34
Bab 34: Malam Tanpa Akhir
35
Bab 34: Jejak yang Tak Terhapuskan
36
Bab 36: Simbol Kehancuran
37
Bab 37: Darah dan Pengorbanan
38
Bab 38: Bayang-Bayang yang Tak Hilang
39
Bab 39: Lingkaran Pengkhianatan
40
Bab 40: Cahaya dalam Kegelapan
41
Bab 41: Serangan dari Kegelapan
42
BAB 42: BISIKAN DARI KEGELAPAN
43
BAB 43: BAYANGAN YANG TAK PERNAH PERGI
44
BAB 44: KEBANGKITAN BAYANGAN
45
BAB 45: MENGIKUTI JEJAK MALAM
46
BAB 46: MALAM DARI BAYANGAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!