Tangan yang Tak Terulurkan

Minggu pagi yang biasanya menjadi momen untuk beristirahat kini berubah menjadi hari yang penuh perasaan tak menentu bagi Nayla. Setelah menyiapkan sarapan untuk ayah dan ibu, ia melipat tangan di meja makan. Hari ini ia berencana melakukan sesuatu yang selama ini enggan ia coba: meminta bantuan dari kedua kakaknya.

“Kakak yakin mau ke sana?” tanya Raka, yang sedang mengelap meja makan dengan kain usang.

Nayla mengangguk, meskipun hati kecilnya penuh keraguan. “Aku harus coba, Ka. kak Ahmad dan kak Arsad juga anak ibu dan ayah. Ini bukan cuma tanggung jawab kita.”

Raka menggeleng pelan. “Kamu tahu Kak Ahmad ada di luar pulau. Dia selalu bilang susah buat kirim uang karena keluarganya sendiri juga butuh. Kak Arsad? Dia nggak beda jauh. Kerjanya di perusahaan besar, tapi alasan ‘sibuk’ selalu jadi tameng.”

Nayla menghela napas, tapi tetap berdiri. “Aku tetap harus bicara, Ka. Aku nggak bisa menyerah sebelum mencoba.”

Raka hanya menatapnya dengan ragu, tapi ia tak mencoba menghentikan kakaknya. Nayla mengenakan tas kecil dan melangkah keluar rumah, bertekad memulai dari kak Arsad, yang tinggal di pinggiran kota.

Rumah Kak Arsad berdiri di kompleks perumahan sederhana yang cukup terawat. Sebuah mobil bekas terparkir di halaman depan, bukti bahwa kehidupan kak Arsad jauh lebih stabil daripada keluarganya. Ketika Nayla mengetuk pintu, wajah kak Arsad muncul dari celah jendela samping.

“Nay? Tumben ke sini,” sapa kak Arsad datar. Ia membuka pintu, mengenakan kemeja lusuh yang menunjukkan ia baru saja bangun tidur.

“Aku mau bicara soal ibu dan ayah,” jawab Nayla langsung.

kak Arsad mempersilakannya masuk, tapi hanya sebentar. Ia memilih duduk di sofa dengan tubuh bersandar santai, mendengarkan cerita Nayla tanpa menunjukkan banyak emosi.

“Kak,” ujar Nayla akhirnya, setelah menjelaskan situasi ibu yang makin lemah dan ayah yang tak mampu bekerja. “Aku tahu Kakak punya pekerjaan bagus di perusahaan itu. Aku nggak minta banyak. Kalau Kakak bisa bantu sebagian untuk obat ibu atau kebutuhan rumah, itu akan sangat membantu.”

kak Arsad tertawa kecil, suara yang terdengar tak sepantasnya dalam situasi itu. “Nay, kamu tahu kan kerja di perusahaan sawit itu nggak segampang yang kamu bayangkan. Gajinya memang lumayan, tapi aku juga ada cicilan motor, bayar kontrakan, dan kebutuhan lain. Lagian, aku cuma karyawan biasa, bukan bos.”

“Tapi ini soal ibu dan ayah, Kak,” Nayla mencoba menahan suaranya agar tak pecah. “Mereka juga yang dulu nyekolahin kita, termasuk Kakak, sampai bisa kerja di sini.”

“Aku tahu,” sahut kak Arsad, kali ini lebih serius. “Tapi keadaan sekarang beda, Nay. Aku juga punya hidup sendiri. Kamu pintar, Nayla. Kamu pasti bisa cari solusi tanpa harus bergantung ke orang lain.”

Jawaban itu seperti tamparan keras bagi Nayla. Ia menatap kakaknya, berharap menemukan sedikit rasa iba di wajahnya. Tapi kak Arsad tetap tak bergeming, pandangannya bahkan seolah mengusir Nayla pergi lebih cepat.

Dengan hati berat, Nayla akhirnya berdiri. “Terima kasih, Kak. Kalau Kakak berubah pikiran, aku harap Kakak tahu di mana harus mencari aku.”

Kak Arsad hanya mengangguk tanpa banyak reaksi. Nayla melangkah keluar dengan langkah berat, berusaha menahan air mata.

Dari rumah Kak Arsad, Nayla mencoba menelepon Kak Ahmad yang tinggal di luar pulau. Beberapa nada sambung terdengar sebelum suara Ahmad menjawab dari ujung telepon.

“Nayla? Ada apa?”

“Aku mau cerita soal ibu dan ayah, Kak,” Nayla mulai, berusaha terdengar tegar.

Ia menjelaskan semua kesulitan yang mereka hadapi, mulai dari kondisi ibu yang semakin memburuk, kebutuhan obat-obatan, hingga ayah yang tak mampu bekerja lagi. Di sisi lain, ia juga menekankan betapa ia dan Raka berusaha mati-matian untuk mengurus semuanya sendiri.

“ kak Ahmad,” Nayla akhirnya memohon, “Kalau Kakak bisa bantu sedikit, kami benar-benar butuh. Aku nggak bisa terus sendiri.”

Namun, seperti yang sudah ia takutkan, jawaban kak Ahmad membuat hatinya hancur.

“Nay, kamu tahu sendiri, aku udah pindah ke sini buat kerja. Keluarga aku juga butuh. Anak-anak harus sekolah, istri juga lagi nggak enak badan. Aku nggak ada uang lebih buat dikirim sekarang.”

“Tapi ini soal ibu, Kak,” desak Nayla. “Ibu yang dulu ngasih kita semua yang dia punya, termasuk buat Kakak.”

“Aku ngerti,” jawab Ahmad, meskipun terdengar terburu-buru. “Tapi aku cuma manusia biasa, Nay. Aku nggak bisa bantu kalian sekarang. Aku harus tutup telepon, aku ada urusan.”

Klik. Telepon terputus, meninggalkan Nayla berdiri di pinggir jalan, terkejut oleh keheningan yang tiba-tiba. Ia ingin menangis, tapi merasa terlalu lelah bahkan untuk air mata.

Ketika Nayla sampai di rumah, Raka menyambutnya di pintu. Melihat ekspresi kakaknya, Raka tak perlu bertanya apa pun.

“Mereka nggak peduli, kan?” katanya pelan.

Nayla hanya mengangguk, berusaha menelan kenyataan pahit itu. “Kita cuma punya diri kita sendiri, Ka,”

Malam itu, setelah semua tugas rumah selesai, Nayla kembali ke depan laptopnya. Tugas akhir yang belum selesai menatap balik padanya, seolah menantang. Meski hatinya penuh kekecewaan, ia tahu tak ada gunanya terus menunggu tangan yang tak akan pernah terulur.

Dalam hati, Nayla bersumpah. Ia akan menyelesaikan kuliahnya, bagaimanapun caranya. Ia akan menjadi pelita bagi keluarganya, meski harus menyalakan cahaya itu sendirian.

Terpopuler

Comments

Asseret Miralrio

Asseret Miralrio

Mantap nih cerita, semoga author terus semangat!

2024-11-22

0

lihat semua
Episodes
1 Keputusan yang Terpaksa
2 Tangan yang Tak Terulurkan
3 Keteguhan dalam Hujan
4 Kekuatan yang Tersembunyi
5 Langkah Ke Depan
6 Titik Balik
7 Keputusan yang Menanti
8 Cahaya di Tenga Awan
9 Harapan dalam Setiap Langkah
10 Kejutan yang Tak Terduga
11 Jalan yang Terus Terbuka
12 Langkah yang Berat
13 Dalam Senyap Ayah
14 Keteguhan yang Tersisa
15 Langkah-langkah kecil
16 Keteguhan dalam Kegelapan
17 Langkah Kecil yang Berat
18 Tak Pernah Ada Kata Menyerah
19 Melangkah Tanpa Henti
20 Berjuang Tanpa Henti
21 Jalan yang Harus di Tempuh
22 Koneksi yang Terputus
23 Keteguhan yang Tak Tergoyahkan
24 Jalan Terjal yang Harus di Tempuh
25 Ukuran Tangan dari Sahabat
26 Lingkaran Dukungan yang Menguatkan
27 Sebuah Ide Besar di Kedai Kopi
28 Sebuah Peluang dari Pelanggan Kedai
29 Langkah Baru yang Lebih Pasti
30 Pertemuan Tak Terduga
31 Niat dan Harapan
32 Janji yang Tertinggal
33 Sepenggal Asa di Tengah Rintangan
34 Cahaya Rezeki di Tengah Cobaan
35 Janji di Tengah Perjuangan
36 Jejak yang Tak Terlupakan
37 Komitmen di Antara Jarak
38 Langkah Menuju Masa Depan
39 Titik Balik Harapan
40 Harapan yang tak Pernah Padam
41 Langkah Baru Nayla
42 Dibalik Senja
43 Bayangan di Ujung Harapan
44 Kejutan di Tengah Cobaan
45 Keputusan di Tengah Persimpangan
46 Pilihan yang Berat
47 Menatap Hari Depan
48 Harapan di Ujung Jarak
49 Awal Baru yang Penuh Harapan
50 Menghadapi Tantangan Baru
51 Jejak Impian Baru
52 Cahaya di Tengah Perjalanan
53 Langkah Kecil
54 Langit yang Terang di Ujung Jalan
55 Menuju Impian
56 Kejutan yang Tak Terduga
57 Rumah untuk Orang Tua
58 Membangun Harapan Bersama
59 Hadiah untuk Raka
60 Pilihan Masa Depan
61 Lamaran Malam Penuh Harapan
62 Dua Minggu Menuju Hari Bahagia
63 Hari Pernikahan yang Penuh Cinta
64 Kehidupan Baru yang Dimulai
65 Melengkapi Rumah Impian
66 Episode 68: Cuti yang Berakhir
67 Pilihan dan Perasaan yang Terselubung
68 ujian iman
69 Menjaga Komitmen di Tengah Ujian
70 Menapaki Langkah Baru
71 Konflik di Tengah Keluarga
72 Ketegasan di Tengah Kekacauan
73 Langkah Baru di Sekolah Dasar
74 Harapan Baru untuk Raka
75 Langkah Baru Nayla Menuju PPPK
76 Langkah Baru Nayla Menuju PPPK
77 Awal Baru Bersama Status PPPK
78 Menapaki Jalan Bersama
79 Melangkah Menuju Mimpi Besar
80 Ujian Rumah Tangga
81 Tanggung Jawab Nayla
82 Ujian Kesetiaan
83 Di Antara Rintangan dan Kebahagiaan
84 Ujian Kesabaran
85 Menata Kembali Kedamaian
86 Penyesalan Arsad
87 Wajah Asli Arsad
88 Pengorbanan dan Ujian Kesabaran
89 Persiapan Menyambut Buah Hati
90 Awal Jebakan Sari
91 Serangan Bertubi-tubi dari Sari
92 Sari Semakin Menggila – Fitnah yang Membakar Emosi
93 Sari Kembali Berulah – Dendam yang Belum Padam
94 Acara 4 Bulanan – Doa dan Harapan untuk Sang Buah Hati
95 Kejutan Manis di Tengah Kebahagiaan
96 Perang Dingin yang Memanas
97 Ujian Baru dari Keluarga Ay
98 Badai Masih Berhembus
99 Badai Ujian yang Mengguncang Keluarga
100 Karma Tak Pernah Salah Alamat"
101 Pernikahan Sapril dan Riska"
102 Proses Kelahiran Nayla yang Penuh Haru
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Keputusan yang Terpaksa
2
Tangan yang Tak Terulurkan
3
Keteguhan dalam Hujan
4
Kekuatan yang Tersembunyi
5
Langkah Ke Depan
6
Titik Balik
7
Keputusan yang Menanti
8
Cahaya di Tenga Awan
9
Harapan dalam Setiap Langkah
10
Kejutan yang Tak Terduga
11
Jalan yang Terus Terbuka
12
Langkah yang Berat
13
Dalam Senyap Ayah
14
Keteguhan yang Tersisa
15
Langkah-langkah kecil
16
Keteguhan dalam Kegelapan
17
Langkah Kecil yang Berat
18
Tak Pernah Ada Kata Menyerah
19
Melangkah Tanpa Henti
20
Berjuang Tanpa Henti
21
Jalan yang Harus di Tempuh
22
Koneksi yang Terputus
23
Keteguhan yang Tak Tergoyahkan
24
Jalan Terjal yang Harus di Tempuh
25
Ukuran Tangan dari Sahabat
26
Lingkaran Dukungan yang Menguatkan
27
Sebuah Ide Besar di Kedai Kopi
28
Sebuah Peluang dari Pelanggan Kedai
29
Langkah Baru yang Lebih Pasti
30
Pertemuan Tak Terduga
31
Niat dan Harapan
32
Janji yang Tertinggal
33
Sepenggal Asa di Tengah Rintangan
34
Cahaya Rezeki di Tengah Cobaan
35
Janji di Tengah Perjuangan
36
Jejak yang Tak Terlupakan
37
Komitmen di Antara Jarak
38
Langkah Menuju Masa Depan
39
Titik Balik Harapan
40
Harapan yang tak Pernah Padam
41
Langkah Baru Nayla
42
Dibalik Senja
43
Bayangan di Ujung Harapan
44
Kejutan di Tengah Cobaan
45
Keputusan di Tengah Persimpangan
46
Pilihan yang Berat
47
Menatap Hari Depan
48
Harapan di Ujung Jarak
49
Awal Baru yang Penuh Harapan
50
Menghadapi Tantangan Baru
51
Jejak Impian Baru
52
Cahaya di Tengah Perjalanan
53
Langkah Kecil
54
Langit yang Terang di Ujung Jalan
55
Menuju Impian
56
Kejutan yang Tak Terduga
57
Rumah untuk Orang Tua
58
Membangun Harapan Bersama
59
Hadiah untuk Raka
60
Pilihan Masa Depan
61
Lamaran Malam Penuh Harapan
62
Dua Minggu Menuju Hari Bahagia
63
Hari Pernikahan yang Penuh Cinta
64
Kehidupan Baru yang Dimulai
65
Melengkapi Rumah Impian
66
Episode 68: Cuti yang Berakhir
67
Pilihan dan Perasaan yang Terselubung
68
ujian iman
69
Menjaga Komitmen di Tengah Ujian
70
Menapaki Langkah Baru
71
Konflik di Tengah Keluarga
72
Ketegasan di Tengah Kekacauan
73
Langkah Baru di Sekolah Dasar
74
Harapan Baru untuk Raka
75
Langkah Baru Nayla Menuju PPPK
76
Langkah Baru Nayla Menuju PPPK
77
Awal Baru Bersama Status PPPK
78
Menapaki Jalan Bersama
79
Melangkah Menuju Mimpi Besar
80
Ujian Rumah Tangga
81
Tanggung Jawab Nayla
82
Ujian Kesetiaan
83
Di Antara Rintangan dan Kebahagiaan
84
Ujian Kesabaran
85
Menata Kembali Kedamaian
86
Penyesalan Arsad
87
Wajah Asli Arsad
88
Pengorbanan dan Ujian Kesabaran
89
Persiapan Menyambut Buah Hati
90
Awal Jebakan Sari
91
Serangan Bertubi-tubi dari Sari
92
Sari Semakin Menggila – Fitnah yang Membakar Emosi
93
Sari Kembali Berulah – Dendam yang Belum Padam
94
Acara 4 Bulanan – Doa dan Harapan untuk Sang Buah Hati
95
Kejutan Manis di Tengah Kebahagiaan
96
Perang Dingin yang Memanas
97
Ujian Baru dari Keluarga Ay
98
Badai Masih Berhembus
99
Badai Ujian yang Mengguncang Keluarga
100
Karma Tak Pernah Salah Alamat"
101
Pernikahan Sapril dan Riska"
102
Proses Kelahiran Nayla yang Penuh Haru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!