NovelToon NovelToon

Belenggu Hasrat Sepupu

Bab. 1

SELAMAT' DATANG bagi yang sudah mampir ke novel ini. Mohon dukungannya yah dengan menekan suka, subscribe, vote dan berikan hadiah jika berkenan. Jangan lupa tinggalkan komentar kalian. terimakasih banyak atas partisipasinya.

********

Suasana pasar dipagi itu sangat ramai, begitu sesak dengan padatnya para pengunjung yang akan berbelanja. Suara para pedagang serta adegan tawar menawar terus bersahutan.

Sepasang kaki milik seorang wanita mengayun terburu-buru berniat akan menghampiri lapak jualan sang ibu yang memang adalah seorang pedagang sayur mayur di pasar tersebut.

Namanya Olivia, wanita berusia 25 tahun, wajahnya yang ayu khas gadis desa kulit nya kuning langsat serta rambut hitam nan panjang bergelombang menjadi daya tarik yang wanita itu miliki.

Ya, setiap hari wanita yang biasa disapa Oliv itu rutin membantu ibunya seorang pedagang sayur di pasar tradisional, sedangkan sang ayah hanyalah seorang petani serabutan.

"Maaf Bu, aku datangnya agak siangan soalnya aku tadi beres-beres rumah dulu, bekas tamu bapak semalam." Oliv beralasan, segera ia menghampiri ibunya yang sedang melayani pembeli 

"Iya nggak papa. Liv, seharusnya kalo kamu masih cape nggak perlu ke pasar. ibu juga bisa ko." Wita berujar sementara pandangan kedepan pada pembeli sambil menyerahkan sekantong belanjaannya.

"Kembaliannya lima belas ribu silahkan diterima, terimakasih." Oliv mengulas senyum ramah bersamaan memberi uang kembalian pada seorang pembeli. 

lapak sepi seketika. wita merapikan kembali dagangnya. biasanya pembeli akan mengacak-acak untuk memilih sayuran. maka dari itu wita rajin-rajin merapikan lagi sayur mayur serta beberapa dagangan lain.

"Gimana Liv, apa ada panggilan dari pihak sekolah?" Tanya Wita menegakan tubuh menatap anak perempuan semata wayang. Oliv menggeleng lesu bentuk respon.

"Belum ada Bu," Ungkap nya tak bersemangat 

Ya. Oliv adalah wanita dengan gelar jurusan pendidikan. Saat ini sibuk mencoba melamar sebagai pengajar disetiap sekolah yang berada di kota tempat tinggalnya. Namun, sepertinya Dewi Fortuna belum berpihak pada wanita cantik itu. Maka tak ayal Oliv harus selalu bersabar menanti kabar baik datang. itu juga alasan dirinya kerap kali datang ke pasar. hitung-hitung mengisi kegiatan membantu Wita di pasar.

Sebenarnya, banyak sekali lelaki yang berminat ingin melamarnya ataupun berniat menjadikan pasangan hidup. Mengingat Oliv adalah wanita yang sudah dewasa untuk ukuran orang desa. apa lagi dengan parasnya yang tergolong cantik. Tentu saja banyak pria berlomba-lomba ingin mendapatkan hati Oliv. 

Namun nampaknya tekat wanita itu sudah bulat. Oliv tidak ingin menikah sebelum sukses dengan caranya sendiri, dan tentunya Oliv juga ingin membahagiakan kedua orangtuanya. Walaupun saat ini dirinya belum mendapatkan pekerjaan Oliv tidak pantang menyerah.

"Halo mbak Oliv, gadis ayu. Kamu itu loh udah cukup umur apa nggak pengen gitu kaya teman sebaya mu yang udah pada nikah." suara pak Didi Purwadi datang menyergap Dimana dia adalah salah satu juragan yang ada di pasar tersebut.

orang-orang biasa menyebutnya juragan beras. Bukan rahasia umum lagi bahwasanya pria yang sudah hampir memasuki kepala lima itu mempunyai dua istri.

Dan nampaknya bandot tua itu seakan tidak puas dengan dua istri yang berada dirumahnya, didi kedapatan sudah berkali-kali mencoba mempersunting Oliv. Dengan semua kekayaan ala juragan Lelaki ber-kemaja lengan pendek itu terus menerus membujuk Oliv ataupun orang tuanya agar mau menikahkan dirinya dengan anak perempuannya yang terkenal cantik.

"Maaf pak juragan. saya masih pengen kerja, Lagi pula saya juga nggak terburu-buru untuk segera menikah." meskipun muak. Namun, Oliv berusaha agar menekan kekesalan nya. dia harus terlihat tetap sopan mengingat juragan Didi jauh lebih tua.

"Maka dari itu cah ayu, menikah saja sama saya. Biar semua urusan uang atau apapun itu jadi urusan saya. kamu hanya perlu menikah dan jadi istri ketiga saya. hanya itu, gampang kan?" lelaki itu tersenyum bangga usai mengatakan hal memuakan itu.

Olivia menarik dan membuang nafas bergantian. tersenyum hambar saat kembali menatap si juragan mata keranjang. "Tapi sekali lagi saya minta maaf. Saya belum berminat untuk menikah!" Ungkap wanita itu dirinya terpaksa harus berbicara dengan nada yang agak ketus. tak hanya itu Oliv juga berlagak sibuk membereskan barang dagangan agar terlihat seolah tidak minat mendengar ucapan yang juragan itu katakan. 

tanpa permisi lagi pria tua Bangka itu memutuskan melenggang pergi dari hadapan lapak jualan milik wita. Sejujurnya lelaki itu sangat kesal pada Oliv, beraninya dia telah menolak ajakannya terus menerus. Padahal diluar sana banyak orang tua yang mengantri rela anak gadis nya untuk dinikahkan dengan dirinya apa lagi alasannya kalau bukan uang dan harta.

Olivia sendiri adalah tipe wanita yang susah untuk jatuh cinta. Mungkin itu karena mengingat tekatnya yang lebih besar daripada keinginan nya untuk sekedar menjalin kasih bersama seorang laki-laki.

Karena yang ada di pikirannya hanyalah bekerja dan bekerja. Oliv sendiri bisa menghitung dengan jari saat kapan terakhir dirinya berpacaran. Mungkin dibilang waktu SMP dan SMA itu juga sebatas cinta monyet tidak serius.

Terik matahari sudah berada diatas puncak kepala. Ini waktunya para pedagang di pasar tradisional itu ada yang memutuskan untuk menutup lapaknya. Namun, tak sedikit pula yang tetap buka. Seperti yang dilakukan Oliv dan ibunya mereka sudah tampak bersiap akan segera menutup lapak.

Lagi pula semua sayur mayur yang dijual hari ini sudah habis. Mungkin hanya menyisakan beberapa ikat, tentu nya dengan sisa sayur itu bisa diolah sebagai hidangan makan untuk mereka nikmati.

Kedua pasangan anak dan ibu itu langsung berjalan setelah urusan lapak beres. Keduanya menuju parkiran karena Oliv tadi pagi ke pasar memakai motor. walaupun motor butut tapi lumayan hanya untuk sekedar mengantarkan kesana kemari. 

sesampainya mereka berdua dirumah. Terlihat bapak juga sudah pulang dari ladang. nampak sekali raut wajah pria paruh baya itu sangat lelah. Buru-buru Oliv Langsung menuju dapur untuk segera menyuguhkan segelas minuman untuk melepas dahaga sang bapak.

"Ini pak minum dulu biar seger." ujar Oliv sembari menaruh gelas berisi air. Oliv ikut duduk bersebrangan dengan bapak. "kenapa nggak fokus ikut jualan di lapak aja sih, pak. jadi bapak nggak perlu repot-repot ke ladang." Oliv tengah bernegosiasi.

"Kalo cuma mengandalkan jualan sayur. Ya nggak mungkin cukup toh Liv, kamu ini gimana," jawab bapak seraya mengunakan anyaman bambu untuk mengipasi tubuhnya gerah.

Ada helaan Nafas dari bibir Oliv. "Ya makanya pak doain aku biar cepat dapat kerjaan. Supaya bapak dan ibu nggak perlu lagi terlalu rekoso." 

"Bapak selalu doain kamu, mudah-mudahan kamu secepatnya dapat kerjaan yang enak." jawab Anto lembut . disertai mimik lelah pada guratan wajahnya.

Oliv sangat bangga memiliki sosok ayah seperti Anto. Laki-laki yang bertanggung jawab mengayomi dan sering memberikan wejangan untuk anak perempuan satu-satunya. Tak hanya itu Oliv sendiri sangat kagum pada kedua orangtuanya yang menurut dia tidak silau akan harta. Karena bisa dipastikan jikalau mereka adalah tipe yang mendewakan uang pastilah mereka sudah dari dulu menjodohkan atau mengawinkan anaknya pada seseorang yang dipikirkannya kaya.

Sudah banyak contohnya didesa tersebut dengan Berbondong-bondong para orang tua yang menikahkan anak perempuan nya demi harta dan kekayaan.

Baginya tugas seorang wanita itu menikah lalu kemudian tak jauh-jauh dari dapur. lalu untuk apa bersusah payah kerja kalau ada lelaki kaya yang ingin meminangnya, itu justru jauh lebih baik. Pikir mereka 

Seperti inilah kehidupan Oliv setiap harinya. dari pagi yang ke pasar untuk membantu sang ibu. Dan meladeni kedua orang tuanya untuk makan serta apapun yang dibutuhkan. Malam harinya wanita itu menghabiskan waktunya didalam kamar untuk sekedar mencari-cari lowongan sembari terus belajar.

Bersambung. . .

Bab. 2

Olivia mengucak cepat kedua netranya. Sesaat dirinya membaca sebuah pesan yang masuk melalui ponsel yang masih menancap pada carger. senyum sumringah langsung mencuat dari kedua sudut bibir.

Wanita itu langsung beranjak dari ranjang tempat tidur. sepasang kakinya mengayun berlarian ingin menemui kedua orangtuanya. beruntung mereka belum berangkat terlihat masih asik sarapan pagi. 

"Ibu, bapak, liat ini aku dapat panggilan dari salah satu sekolah," beritahu Oliv sangat antusias. bahkan tan segan berjingkrak-jingkrak. hal itu tentu saja membuat kedua pasangan paruh baya itu ikut senang mendengarnya.

Itu artinya anak perempuan mereka akan segera bekerja menjadi seorang pengajar sesuai dengan minat keinginan putri semata wayangnya itu.

"Syukur yah nduk, akhirnya apa yang kamu tunggu-tunggu membuahkan hasil." ucap Anto seiring bernafas lega. Namun, senyum Oliv harus menguap begitu saja kala mengingat dimana tempat yang harus ia datangi untuk wawancara.

"Tapi, pak, Bu, sekolah yang menerima lamaran aku bukan di kota ini. Melainkan di salah satu sekolah SMA yang ada di ibukota artinya aku harus berangkat ke Jakarta terus mau nggak mau aku harus meninggalkan ibu dan bapak," Oliv berujar penuh kekhawatiran.

nampaknya Oliv kurang mempertimbangkan atas apa yang ia rencanakan. pada akhirnya terlihat murung dan sedih. Pasalnya selama hidupnya wanita itu tidak pernah sekalipun pergi jauh meninggalkan kedua orangtuanya dalam jangka yang lama.

wanita bersurai panjang bergelombang itu menghela nafas sepenuh dada, kemudian membuangnya perlahan. Begitu juga dengan Anto dan Wita, sepasang suami-istri itu paham betul dengan kerisauan yang saat ini anaknya rasakan, maka dari itu sebisa mungkin keduanya menunjukkan sikap tenang seolah tidak mempermasalahkan dengan Oliv akan pergi merantau.

Setelah bertanya cukup detail dimana letak dan lokasi serta alamat nya dengan jelas. Wita langsung mengingat sesuatu. Karena ia merasa alamat sekolah yang akan Oliv datangi letak nya tak jauh dari rumah adik kandungnya yakni berarti Tante dari Oliv.

"Loh Liv, alamat itu 'kan dekat dengan rumah Tante mu. Masih ingat kan sama Tante Rima? waktu kamu sekolah dasar kita pernah bertandang kerumahnya di ibukota. nggak tahu kamu masih ingat atau nggak. itu loh Yang nikah sama orang Jakarta paman Teddy. Nanti ibu akan coba kabarin Lik Rima kasih tau kalau kamu akan ke kota. Biar kamu dikasih tumpangan. Dari pada kamu ngontrak mending kamu ikut sama Tante mu." jelas Wita panjang lebar disertai deru nafas lega.

Setelah berfikir lalu menimbang-nimbang. sepertinya usul dari sang ibu ada benarnya juga. Dari pada ia harus mengeluarkan uang untuk membayar kontrakan atau kos lebih baik untuk sementara dirinya tinggal dirumah tantenya saja, toh itu jauh lebih baik. Yah hitung-hitung mempererat tali silaturahmi agar hubungan persaudaraan diantara mereka tetap terjalin.

"Tante Rima bukannya punya anak cowok yah Bu, Seingat aku dulu terakhir ketemu waktu anak nya itu masih kecil banget umur satu tahunan deh." Oliv bertanya mengingat-ingat.

"Iya betul itu Liv. Nama anak pertamanya Galang. Mungkin sekarang sudah besar kali sudah SMA" Terang sang ibuk Oliv hanya manggut-manggut. 

****

Malam harinya Oliv tampak sangat sibuk membereskan barang pribadinya. apa saja yang sekiranya perlu ia bawa. Oliv begitu cekatan menyusun barang tersebut agar masuk kedam koper berukuran besar. sedangkan dia sendiri membawa ransel untuk memasukan dokumen penting serta sebuah laptop butut yang ia dapatkan pada saat seminar dulu. 

Pagi harinya Oliv sudah bersiap akan berangkat menuju terminal bus. Sesuai yang telah direncanakan hari ini adalah hari keberangkatan menuju ibukota. Sebelumnya Wita sang ibu sudah mengabarkan pihak adiknya yang berdomisili di Jakarta. Bermaksud menyampaikan niatan Oliv yang ingin menumpang di rumahnya untuk sementara waktu, Tentu saja hal itu langsung disambut baik oleh mereka.

Tak hanya itu. Rima dan Teddy sendiri lah yang akan menjemput Oliv saat dirinya sudah tiba di terminal yang berada di kota tersebut.

Setelah menunggu lama akhirnya bus yang akan membawa Oliv berangkat ke Jakarta nampak akan bersiap melaju dan detik itu juga perlahan armada panjang itu berjalan perlahan meninggalkan desa tersebut. Dengan kedua orang tua Oliv yang menatap sendu bercampur senang. Senang karena pada akhirnya anak perempuannya mendapatkan apa yang selama ini dicitakan.

Bus melaju lancar. sepanjang jalan Oliv tak henti merapal doa, meyakinkan serta memotivasi diri agar menjadi orang yang berhasil dalam menjalankan tugas. demi masa depan cerah sesuai harapan.

***

Usai menempuh jarak panjang cukup jauh. Akhirnya Oliv berhasil menginjakan kaki di kota Jakarta. retinanya mengedarkan pandangan kesekeliling. Mencari keberadaan tante dan pamannya yang dari awal merencanakan menjemputnya. benar saja, dari kejauhan dua orang pasangan suami-istri itu melambaikan tangan kearahnya. Oliv bisa memastikan kalau itu adalah orang yang ia cari-cari sedari tadi.

mereka saling berhadapan. Oliv Langsung menyalami tangan keduanya dan mencium punggung tangan mereka secara bergantian. Senyum sumringah tergambar jelas pada bibir kedua pasangan suami-istri tersebut.

"Ya ampun Oliv, Tante udah lama nggak ketemu kamu, ternyata kamu udah dewasa begini. Mana cantik banget lagi," Rima antusias sekaligus memuji keponakan yang sudah lama tak ia lihat. Olivia hanya tersenyum bentuk responnya.

"Ayo kita jalan sekarang." Rima menggaet tangan Oliv. sementara Teddy bergerak dibelakang nya sambil menarik koper Oliv.

Kendaraan roda empat yang ditumpangi tiga orang tersebut berhenti pada sebuah rumah cukup besar. Walau bukan termasuk golongan mewah. Namun, setidaknya sangat terlihat lebih baik dibandingkan dengan rumahnya yang didesa.

Suasana rumah saat itu terbilang sepi. Dan setelahnya Rima menuntun keponakannya itu untuk menuju salah satu kamar yang tidak terpakai. 

mengetahui keponakan nya akan datang. Maka sebabnya Rima menyiapkan kamar tersebut untuk Oliv tempati. tidak terlalu besar, tapi masih terkesan nyaman. dengan furniture yang memang sudah tersedia didalamnya seperti ranjang, lemari kayu berwarna putih susu. meja kerja juga meja rias.

"Liv, kamar kamu disini yah, maaf loh kalo kurang maksimal memberikan yang terbaik buat kamu.'' Ucap Rima 

"Ya ampun Tante. Aku udah diijinin untuk nempatin rumah ini aja aku udah seneng banget loh dan berterimakasih banget. Semoga kebaikan Tante Rima rejekinya makin lancar, sehat begitupun sama paman Teddy." Oliv berucap dengan terus mengembangkan senyum.

"Umur kamu sekarang berapa Liv?" tanya Rima. mengingat sudah sangat lama antara keduanya sudah lama tak bertemu.

"Aku 25 tahun, tan." jawabnya. 

"Oalah 25, ko kaya masih 20 tahunan kecil mungil cantik lagi." lagi-lagi Rima memuji keponakan nya. Tentu itu bukanlah pujian yang pertama kali seseorang lontarkan.

Pasalnya memang benar nyatanya usia Oliv sudah menginjak 25 tahun. Namun, secara fisik masih pantas jika harus disandingkan dengan anak SMA. 

"Ah Tante ini bisa saja. Oh iya tan, rumah ko keliatan sepi memangnya anak-anak pada kemana?" Tanya Oliv disatu sisi ingin mengalihkan pembicaraan agar Rima tidak over memuji dirinya dan tentunya Oliv juga heran dengan suasana sepi yang ada disitu.

"Oh anak-anak lagi pada ikut ekskul makannya sampai sore begini belum pulang." jelasnya sedangkan Oliv hanya ber oh ria sembari menganggukkan kepala.

Setelah sudah dirasa cukup bincang-bincang, Rima meminta agar Oliv mandi dan beristirahat. Dan benar saja, ketika dirinya hendak menuju kamar mandi terdengar suara anak remaja perempuan baru saja datang dan langsung menghampiri Rima. 

"Oliv ini kenalan dulu. Ini anak bungsu Tante namanya Nania, baru kelas 2 SMP." Rima menuntun Nania menghampiri Oliv selaku saudara sepupu. "Nania, kenalin. ini namanya mbak Oliv kalian ini sepupu. dia ini seorang pengajar loh nanti kamu bisa ikut belajar sama mbak Oliv yah." Rima panjang lebar menjabarkan. Antara Oliv dan Nania balas tersenyum.

"Benar itu, biar Nania nggak malas-malasan lagi kalo waktunya belajar. nanti mbak Oliv yang akan ngajarin kamu." Kali ini Teddy yang bersuara. Oliv masih mengulas senyum. 

Setelah perkenalan itu Oliv memutuskan beranjak kekamar mandi menuntaskan keinginannya yang sedari tadi terjeda.

Bersambung. .

Bab. 3

Gemercik air mengiringi sebuah aktifitas seseorang Didalam kamar mandi, Oliv tampak asik menggosok tubuhnya menggunakan sabun. Lalu setelahnya guyuran air langsung meluruh keseluruh tubuh. kulit kuning Langsat bersih tanpa noda terlihat molek bila dipandang mata kaum Adam dan itu tak bisa terbantahkan.

Satu tangannya meraih handuk untuk mengeringkan tubuhnya yang basah. jika biasanya kala dikampung setelah mandi ia akan memakai pakaian dikamar. Namun, tidak kali ini. dirinya sadar saat ini tidak lagi ada dirumahnya sendiri, tetapi sedang berada dirumah orang.

Maka sebabnya Oliv memutuskan untuk langsung berpakaian saja didalam kamar mandi.

Usai mengenakan pakaian. wanita itu keluar dengan rambut basah serta wajah terlihat segar serupa dedauna pagi hari terkena embun. ketika kakinya mengayun menuju kamar, sesuatu tak diduga dirinya malah berpapasan dengan seorang lelaki remaja mengenakan seragam SMA. 

Sebelumnya Oliv tak pernah melihat sorot mata yang begitu tajam dan tegas bak bilah pedang yang siap membidik dirinya. bahkan, tak hanya itu, sosok pemuda tersebut pula menatap dirinya dengan tatapan yang terbilang datar tak terbaca.

Sebenarnya Oliv sudah tahu sosok remaja laki-laki itu pasti anak pertama dari Tante Rima. anak sulung yang sempat menjadi pembahasan diawal.

"Hai kamu, Galang yah?" Tanya Oliv mencoba ramah.

Akan tetapi, bukannya menjawab pemuda itu justru memilih pergi tanpa sepatah kata dari hadapan Oliv. Melihat itu sontak Oliv menautkan alis bingung. Tak mau ambil pusing wanita itu langsung berjalan menuju kamarnya kembali.

Tok.. tok.. tok. Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar. Oliv yang memang sedang menyiapkan berkas untuk ia bawa esok pagi terpaksa harus menghentikan sejenak. bergegas menuju pintu untuk menguak. nampaklah Nania remaja perempuan yang masih duduk dibangku SMP itu. dimana dia juga sebagai sepupu nya.

"Mbak Oliv, disuruh Mama makan malam bareng-bareng sekarang," Beritahunya dan berlalu pergi.

Wanita itu hanya menghela nafas panjang dan membuangnya bergantian. Setelahnya ia langsung berjalan menuju meja makan. benar saja disana sudah ada keluarga Tante Rima beserta keluarganya duduk manis.

"Ayo Liv, sini kita makan bareng-bareng." Ajak Rima, Oliv tersenyum hangat seiring langkah kakinya mendekat kearah meja makan tersebut. Satu tangan menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya diatas sana.

"Ayo Liv, dimakan, seadanya yah." Tutur Rima seraya tersenyum ramah.

diperlakukan demikian tak ayal membuat Oliv tersenyum canggung. dia seperti putri raja yang kerap kali diistimewakan. "Iya tan, nanti biar aku ambil sendiri." Oliv merasa sungkan tatkala tantenya berupaya menjamu dengan cara mengambilkan nasi juga lauk-pauk nya.

"Gimana Liv besok, kamu udah langsung mulai datang ke sekolah untuk wawancara?" kali ini Teddy pamannya yang bertanya. 

"Iya Om, besok aku udah harus datang ke sekolah, minta doa nya aja. OM, Tante. semoga wawancara nya lancar." Ucap Olivia disertai senyum mengulas.

"Iya Liv, pasti kita selalu mendoakan langkah kamu, Sekarang kita makan dulu takut keburu dingin nggak enak nanti." Seloroh Rima, akhirnya semuanya diam untuk menikmati sajian makan malam yang sudah Rima hidangkan.

"Oh iya Liv, nanti Tante bakalan sering dinas keluar kota loh sama Om mu, nanti kalau Tante semisal ada dinas keluar kota Titip anak-anak yah, Titip rumah juga." Ujar wanita yang merupakan tantenya itu.

"Iya Tan, tenang aja," jawabnya, hal itu membuat Rima tersenyum lega. Kenapa demikian, pasalnya Rima dan Teddy adalah seorang PNS yang memang sering diberikan tugas sampai ke luar kota. masa dinas nya itu bisa memakan waktu sampai satu Minggu lamanya.

Biasanya Rima akan meminta Indun kakak dari Teddy untuk datang kerumahnya jika mereka berdua sedang ada urusan dinas. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kedua anaknya agar ada yang mengurusi.

Namun, sepertinya Sekarang Rima tak perlu lagi meminta kakak iparnya untuk datang kerumah. dikarenakan sudah ada Oliv yang akan siap menjaga anak-anak. Semua nampak diam saat sedang makan malam berlangsung hanya ada dentingan sendok yang beradu dengan piring.

Ketika Oliv tak sengaja hendak melihat kearah Galang, tanpa diduga netranya berserobok dengan tatapan remaja laki-laki itu. Galang menyorot begitu tajam dan dalam.

Entah kenapa Oliv merasa gugup ditatap dengan sorot mata milik Galang. Padahal Oliv sendiri tahu Galang itu masih remaja dan kenapa juga ia harus merasa gugup hanya sekedar ditatap olehnya. 

Setelah makan malam usai. Oliv tak segera masuk kamar. dia sadar diri menempatkan situasi. dia Langsung membereskan piring kemudian mencucinya.

Disaat tengah fokus mencuci piring. Oliv Terperanjat kaget manakala mendapati Galang sudah ada berdiri dibelakangnya menatap datar. dada Oliv bergemuruh seketika ia mengusap dada dengan.

"Ya ampun Galang kamu ngagetin aja. Ngapain kamu berdiri dibelakang mbak?" sergah Oliv. Lagi-lagi pemuda itu hanya diam dengan menunjukan tatapan nya kian menajam.

Kaki Galang bergerak maju. "Aku cuma mau naruh ini." jawabnya kemudian langsung berjalan menuju wastafel cucian piring lalu meletakkan piring kotor bekas ia makan barusan.

Namun sebelum dirinya benar-benar pergi dari hadapan Oliv. Galang sempat melirik kerah Kaka sepupunya itu. Tentu saja hal tersebut mebgakubatkan Oliv salah tingkah. lantas memutuskan tidak ingin membalas tatapan Galang, sejujurnya wanita itu bertanya- tanya, apa maksud dari Galang bersikap dingin padanya. Apa remaja itu tidak menyukainya karena ikut tinggal dirumah itu. 

Kenapa sedari awal mereka bertemu tidak ada raut wajah ramah yang Galang tunjukan. Justru terkesan mimik pemuda itu dingin serupa bongkahan es, Entahlah apa yang sebenarnya membuat remaja laki-laki itu demikian.

*****

Keesokan harinya Oliv nampak bersiap-siap, mengenakan celana bahan cream dengan atasan kemeja serta dibalut blazer hitam. Rambut panjangnya pun turut di ikat jadi satu menyerupai buntut kuda. Kedua sepupunya nampak rapi dengan balutan seragam masing-masing. Begitu pula paman juga Tante Rima sudah rapi mengenakan seragam dinas.

"Ayo Liv sarapan dulu." Rima tersenyum mendapati Oliv.

"Iya Tan. Oh iya nanti Tante sama Om berangkat bareng 'kan?" Tanya Oliv.

"Iya. Oh iya nanti kamu berangkat pakai ojek atau angkutan umum nggakpapa 'kan Liv? Soalnya motor satunya lagi rusak. Belum sempat dibawa ke bengkel." kali ini Teddy menjelaskan. 

"Nggakpapa Om, nggak masalah. Wong aku mah sudah terbiasa waktu dikampung sering naik angkutan umum jadi gak usah khawatir." jelasnya sembari tersenyum hingga gigi gingsul nya nampak jelas dan mempesona.

"Mbak Oliv cantik deh." kali ini Nania yang tiba-tiba berucap seperti itu.

"Kamu juga cantik. Nania," balas Oliv masih mengulas senyum. Sedangkan disisi lain Galang hanya menatap interaksi kedua perempuan itu dengan tatapan datar.

"Makanya Nania, kamu juga harus rajin belajar. Nanti kamu sama bang Galang tiap malam harus belajar yah biar mbak Oliv yang ngajarin." Remaja perempuan itu berotasi malas. namun tetap mengangguk.

"Lagian emang ada hubungannya cantik dama rajin belajar?" ujar Nania keoada sang ibu.

Rima mendengar disertai senyum penuh gelengan. "Ya ada dong. cantik itu bukan saja dari fisik. tapi menjadi wanita cerdas juga bakal buat kamu berkharisma." tuturnya. tapi Nampak Nania tak paus akan jawaban tersebut.

Setelah sarapan selesai. Mereka semua berangkat ketempat tujuan masing-masing. Begitu juga dengan Oliv yang langsung menaiki angkutan umum dan untuk menuju kesalah satu sekolah SMA unggulan yang berada di Jakarta.

Bersambung. .  

   

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!