Jalanan setapak di tengah hutan rimbun terasa sangat mencekam,ketika tetesan air hujan turun semakin deras,hujan deras diikuti kabut tebal membuat hutan terlihat seram dan menakutkan.
Seseorang menyeret tubuh manusia yang sudah tak bergerak di tengah gelapnya malam di bawah guyuran hujan. Langkahnya kian cepat agar tidak ada seorang pun yang melihatnya.
Tubuh yang terbalut kain hitam,di penuhi darah yang terus keluar dari tiap luka menganga yang di dapat.
Tanpa disadari bahwa ada seseorang yang tengah melihat dengan jelas perbuatan keji yang di lakukan oleh pelaku pembunuhan tersebut.
Raeba—gadis dengan pakaian jubah tudung hitam dengan cadar tipis menutupi sebagian wajahnya. Diam-diam mengikuti kemana seseorang itu membawa tubuh yang tengah di seret, hingga akhirnya berhenti di sebuah jurang dalam yang tidak tersentuh oleh tangan manusia.
Raeba—gadis iris mata berwarna hijau kekuningan dan pupilnya berwarna hitam pekat,tak ubahnya dari sebuah permata yang bersinar terang saat terpapar sinar matahari.
Demi melindungi diri gadis itu bersembunyi di balik pohon besar yang berjarak 10 meter dari tempat seseorang membuang tubuh tak berdaya itu.
Tidak terfokus pada apa yang terjadi di depan sana, karena Raeba merasa belum aman, mungkin saja orang itu mempunyai komplotan lainnya.
Untuk tetap berjaga-jaga. Raeba, menajamkan indera pendengarannya. Peridotnya yang terus bergerak liar menandakan bahwa dirinya juga takut akan ketahuan.
Setelah kepergian seseorang tersebut. Raeba, keluar dari persembunyiannya dan berjalan menuju pinggiran jurang.
"Tuhan, tolong jaga aku!" Pintanya dengan terus mengedarkan pandangannya.
Raeba,dengan rasa takutnya menghampiri manusia yang tergeletak di pinggiran dasar jurang, untungnya belum terlalu ke dasar utama,jika hal itu terjadi,sudah di pastikan seseorang itu akan hanyut terbawa arus sungai yang mengalir deras.
Sebelum memeriksa lebih detail, Raeba, terlebih dahulu memeriksa denyut nadi dan napas orang tersebut.
"Cukup memprihatinkan." lirih Raeba setelah selesai memeriksa kondisinya.
Sebagai anak dari seorang tabib tentu saja Raeba tidak melupakan obat-obatan,dan alat medis,jika keluar dari kediamannya. Hal ini sudah biasa ia lakukan semenjak berusia 8 tahun.
Ia, yang sangat penasaran dengan dunia luar,ingin sekali merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang pengembara. Hingga membuat gadis berkulit putih itu diam-diam keluar dari kediaman di saat malam tiba.
Tanpa menunda waktu, gadis dengan tanda lahir di pipi itu segera menjahit luka sayatan yang menganga,ada lima luka yang cukup serius, tapi jauh lebih serius luka yang di dapat pada mata bagian sebelah kirinya.
"Pasti sangat sakit,kau bertahanlah sebentar,jangan mati dulu. Jika kau sembuh mungkin kau bisa membalas orang yang sudah menganiayamu." Raeba, berbicara pelan di dekat telinga seseorang tersebut.
"Untung tidak mengenai bagian vital mu,kau lelaki yang kuat dan tangguh,aku yakin kau akan selamat dari masa kritis ini."
Raeba, bangkit dari duduknya setelah selesai mengobati luka pemuda itu. Obat yang di berikan oleh Raeba adalah obat yang dapat menyembuhkan dalam waktu cepat,dan juga mengurangi bekas luka-luka yang di dapatkan pemuda tersebut.
Karena Hujannya turun semakin kuat. Raeba mencari dedaunan yang dapat menutupi tubuh pemuda itu,agar obat yang baru saja di berikannya menyerap dengan sempurna.
Malam pekat bukan berarti peridotnya tak dapat bekerja dengan baik. Raeba, adalah gadis keras kepala yang sangat akut, semenjak beberapa tahun yang lalu ia belajar ilmu bela diri dengan Hul Dasegton—seorang kakek tua yang tinggal di hutan Weliya. Hutan yang terletak tidak jauh dari kediaman,Raeba.
Hul dasegton selalu mengajarkan Raeba banyak hal setiap malamnya,tidak ada absen sehari pun bagi,Raeba. Meski tengah sakit gadis itu tetap datang ke hutan untuk latihan,dan belajar banyak dari kakek,Hul.
Takut akan ada orang lain yang diam-diam mengawasi, Raeba, segera pergi dari tempat tersebut. Masih ada hal yang harus di kerjakan oleh gadis itu.
Turun sangat mudah, saat naik ke atas permukaan jurang Raeba mengalami sedikit kesulitan. Tanah yang basah terasa licin saat di pijak,alhasil membuat gadis itu gagal untuk naik ke atas beberapa kali.
"Hah,aku harus cepat pergi sebelum matahari terbit." batinnya,dan berjalan menuju tempat kudanya di letakkan.
Menunggangi kuda dengan kecepatan penuh hingga kini ia sampai di sebuah pohon besar yang rimbun. Banyak pohon besar di sekelilingnya. Ia, mengikatkan kuda pada sebuah pohon kecil yang cukup tersembunyi.
"Semoga aku tidak salah tempat." ucapnya membatin seraya melangkahkan kakinya menuju sebuah Gua yang terdapat di tengah hutan,Bageo.
Di pandangnya Gua itu dari jarak tiga meter, jika orang biasa yang melihat tidak ada tanda-tanda akan adanya manusia yang tinggal di dalamnya. Namun, sesuai prediksi insting gadis itu ia merasakan adanya orang yang tinggal dan menginap di dalam Gua tersebut.
Berjalan pelan dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap situasi. Sayup-sayup terdengar suara dari dalam Gua setelah ia masuk beberapa meter ke dalamnya.
"Banyak racun yang bisa kita gunakan untuk membunuh mereka secara perlahan. Tapi, tidak sekarang."
"Kenapa,Ayah?"
"Kita belum memiliki kesempatan untuk menyusup ke dalam kediamannya. Oia,jangan sampai ada siapapun yang mengetahui keberadaan Gua ini, karena semua racun yang sudah Ayah racik,di sembunyikan di sini. Kau jagalah Ibumu dan adikmu,Ayah akan berjaga di sini sampai minggu depan."
"Apa Ayah tidak takut berjaga,seorang diri?"
"Tidak perlu khawatir, tempat ini sangat aman. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Ayah dan kau. Kembalilah sebelum matahari terbit!"
"Baik, Ayah."
Raeba, jongkok di balik batu-batu yang terletak di dalam Gua. Mempermudah gadis itu untuk bersembunyi dari seorang Ayah dan Anak laki-lakinya yang tengah berbicara hal di balik batu sana. Di atas batu yang di jadikan sebagai kursi.
"Ternyata,aku tidak salah orang. Dia adalah lelaki yang tadi aku lihat." ucap Raeba membatin.
Sebelum anak lelaki itu keluar dari dalam Gua, Raeba lebih dulu keluar. Malam yang sebentar lagi berakhir membuatnya harus sedikit lebih cepat.
"Aku akan kembali besok." lirihnya setelah keluar dari mulut Gua.
Tidak terburu-buru menuju dimana kudanya berada, Raeba, memastikan terlebih dahulu bahwa anak laki-laki itu benar-benar keluar dan pergi dari tempat tersebut.
Setelah kepergian lelaki itu barulah Raeba mengambil kudanya dan mengambil jalan yang berlawanan dengan lelaki itu.
Membutuhkan waktu dua jam lebih dari hutan Bageo ke hutan Weliya, jika menunggangi kuda dengan kecepatan tinggi.
Untungnya tidak ada hambatan selama di perjalanan. Memudahkan Raeba untuk kembali ke kediaman. Ia, segera mengandangkan kuda.
"Kamu baru kembali?" Tanya,kakek Hul yang terbangun saat mendengar suara di belakang rumah kecilnya.
"Kakek,Hul? I—iya, karena malam ini perjalanannya cukup jauh." jawabnya sambil berjalan mendekat ke arah kakek Hul.
"Kembalilah ke kediaman sekarang. Jangan membuat orang tuamu kembali memarahimu!" nasihat Kakek Hul dengan lembut, namun ada penekanan pada ujung kalimatnya.
"Baik, Kakek Hul. Terimakasih kudanya, besok malam aku akan kembali,dan mungkin akan lebih lama." Ucapnya, sebelum benar-benar pergi.
Kakek Hul hanya menggelengkan kepalanya, tidak tau harus merespon apa. Karena gadis itu memiliki tingkat penasaran yang sangat tinggi. Jangankan Kakek Hul, orang tuanya sendiri sering menjadi target kebohongan,Raeba.
Kilauan bias matahari menghangatkan suasana di pagi hari. Aya—pelayan pribadi Raeba masuk ke dalam kamarnya,membawakan poci teh dan air minum mineral untuk,Raeba.
Melihat junjungannya yang masih tertidur pulas, membuat Aya sungkan untuk membangunkannya. Biarlah sebentar lagi, dekat waktu sarapan pagi bersama seperti biasanya juga tidak apa 'pikir Aya'.
"Aya?"
Aya, yang di panggil langsung berbalik badan dan menatap ke arah sumber suara. Dilihatnya Raeba mungil tengah menggeliat seraya menutup mulutnya yang menguap.
"Nona, Raeba. Anda sudah bangun?" tanyanya dengan sedikit pelan, karena cukup terkejut melihat Raeba yang bangun sendiri tanpa di bangunkan terlebih dahulu.
"Aya, aku haus. Bisakah kau mengambilkan aku minum?" Lirihnya dengan suara serak.
Sudah dua tahun berlalu, Nona Raeba-nya masih saja seperti ini. Manja,tapi juga suka membuat ulah. Badannya yang mungil tidak meyakinkan bahwa umurnya kian bertambah.
"Ah,tentu saja,Nona. Saya akan mengambilkannya untukmu." cepat-cepat Aya melangkah mendekati meja bundar dimana ia menaruh air sebelumnya.
"Apa Ibu sudah datang mencari,ku? Katakan padanya bahwa aku akan segera menemuinya di meja makan." Tanya Raeba segera turun dari ranjang tidurnya.
"Belum,Nona. Kebetulan sekali pagi ini Nona Raeba, bangun lebih awal dari biasanya." jawab Aya apa adanya.
"Benarkah? Tapi rasanya aku sudah terlambat." sahutnya di ambang pintu kamar mandi.
Aya, hanya tersenyum menanggapi, lalu ia menyiapkan pakaian ganti untuk sang junjungannya. Tangannya dengan cekatan bergerak mencari gaun yang akan di pakai oleh Raeba pagi ini.
"Nona Raebaku, bangun lebih awal. Ini suatu hal yang mengejutkan. Apakah Nona bermimpi sehingga bisa bangun sepagi ini?" batin,Aya. Ia meletakkan pakaian ganti di atas kasur, Raeba.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Raeba, keluar dari dalam kamar bersama,Aya. Di sepanjang perjalanan menuju ruangan makan banyak pelayan yang berpapasan dengan keduanya.
"Benarkah itu, Nona Raeba? Tidak biasanya beliau bangun lebih awal."
"Mungkin pengaruh umur. Bukankah kita dulu juga seperti itu? Sangat malas bangun lebih awal karena rasa kantuk,tapi terpaksa harus bangun lebih awal karena urusan pekerjaan."
"Iya,aku setuju denganmu."
Pelayan merasa lega melihat nonanya yang bangun lebih awal. Jika seperti ini setiap hari, tidak akan ada lagi drama teriak-berteriak setiap pagi hari.
Sesampainya di ruangan makan Raeba di sambut oleh empat pasang mata keterkejutan. Saking bahagianya Grand Duchess Gilia sampai lupa caranya menutup mulutnya.
"Jangan melihatku seperti itu!" Kesal Raeba yang berjalan menuju kursi yang sudah di sediakan Aya untuknya.
"Tidak biasanya anak Ibu bangun sepagi ini? Biasanya harus—"
"—Hanya kebetulan." Potong Raeba,jengah menjadi buah bibir sang Ibu setiap hari.
"Syukurlah,Tuhan. Putri Ayah sudah semakin dewasa, semoga semakin lebih baik kedepannya." Ucap Grand Duke Riyu,dengan penuh rasa syukurnya.
"Ayah.." Sahut Raeba dengan nada rengekan.
"Ayo,makan. Hari ini ada pesta teh di kediaman Duke Jazer Lagion dan Duchess Lamuna Valica Lagion,di kota Kilba. Atas keberhasilan putrinya dari pembelajarannya di sekolah." Ajak Grand Duchess Gilia dengan suara lembut yang menenangkan.
"Kalian harus berangkat setelah sarapan,agar tidak terlambat datang ke acaranya." Imbuh sang Grand Duke dengan tersenyum tipis.
Jarak kota 'Yute' kota di bawah pimpinan Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia,ke kota Kilba menghabiskan setengah hari perjalanan,jika tidak ada hambatan di tengah perjalanan mereka akan sampai di waktu siang, bertepatan dengan acaranya di mulai.
"Raeba?"
Raeba, yang sedang berjalan menuju kamarnya menghentikan langkahnya saat ada seseorang yang memanggil namanya dari arah samping.
Ruyika Natala Riyuna—kakak pertama Raeba yang terlahir dua tahun sebelum kelahirannya. Berparas cantik bak seorang Dewi. Wajahnya yang sempurna dengan iris mata berwarna hijau kebiruan dan pupilnya berwarna hitam kehijauan. Turunan dari warna mata sang Ayah. Rambutnya berwarna kuning keemasan,dengan gelombang tipis di bagian ujungnya, benar-benar seperti titisan seorang Dewi.
"Ada, apa?" Tanya Raeba setelah kakaknya berdiri di sampingnya.
"Apakah kamu akan ikut ke kota Kilba untuk menghadiri pesta teh, hari ini?" Tanya Ruyika tersenyum manis menatap wajah sang adik.
Raeba mengangguk 'Tentu saja ia harus ikut serta dalam acara yang membosankan,bagi Raeba. Pesta teh,dihadiri banyak Nona bangsawan,dan Ibu mereka,hal itu akan menguras energi dan tenaga karena akan adanya isu-isu baru yang di munculkan,dan di bahas para ibu-ibu'.
"Andai aku bisa membelah jadi dua aku pasti tidak akan ikut, tapi sayang sekali di jaman ini tidak ada hal di luar nalar seperti itu." Jeda Raeba.
"Apa kakak Ruyika lupa bahwa ada singa tidur yang akan mengamuk jika di bangunkan?" Lanjutnya, cemberut.
Ruyika Natala Riyuna, terkekeh pelan. "Ternyata kamu masih takut dengan,Ibu. Yah,aku juga akan bertindak sepertimu jika memiliki keberanian lebih, sayangnya aku tidak punya." Ucap Ruyika tersenyum manis.
Ruyika gadis yang lemah lembut, setiap gerakannya akan menghipnotis mata yang memandang ke arahnya. Begitu sempurna jika di bandingkan dengan,Raeba. Tapi Raeba jauh lebih baik dari kakaknya jika ia dalam mode serius, sayangnya gadis itu jarang sekali berada dalam mode serius.
"Kakak tunggu di halaman,ya." Lirih Ruyika lembut, seraya mengusap lembut pucuk kepala adiknya.
"Hem." Sahut Raeba tersenyum tipis.
Raeba, segera pergi menuju kamarnya, diikuti oleh Aya di belakangnya. Raeba menghempaskan tubuhnya sejenak seraya memejamkan mata, setelah sampai di kamarnya.
"Aya? Bisakah kau berubah wujud menjadi,aku? Rasanya aku begitu malas untuk menghadiri acara seperti ini. Aku ingin berpetualang di luar sana, mengelilingi dunia dengan bebas." menghayal dalam keadaan matanya yang terpejam.
Aya, terkekeh kecil. "Jika saya bisa,sudah sedari dulu saya lakukan untuk Anda,Nona. Tapi sayang sekali semua itu hanya keinginan yang tidak akan pernah bisa saya lakukan." Seru Aya dengan suara manis.
"Aya, jangan pernah berubah! Hanya kamu satu-satunya rumah tempat aku kembali,tanpa kamu mungkin aku tidak akan sampai di titik ini." Raeba berucap dengan hati bersedih,selama ini tidak ada yang mengerti dengan dirinya.
Kedua orang tuanya hanya memintanya untuk menjadi gadis baik seperti Ruyika, gadis lemah lembut, seperti putri bangsawan yang sesungguhnya. Namun, tanpa di sadari ternyata ucapan mereka membuat gadis bermata hijau kekuningan itu merasa terguncang.
"Saya berjanji untuk Anda,Nona Raeba. Apapun yang terjadi saya akan tetap menjadi cangkang bagi,Nona. Ucap Aya bersungguh-sungguh, tidak ada sedikitpun keraguan dalam hatinya.
Perempuan 26 tahun yang sudah bekerja cukup lama dengan keluarga Riyu—Ayana Rusti. Perempuan berparas cantik meskipun berstatus seorang pelayan, jiwanya yang penuh keibuan membuat Raeba nyaman berada di dekatnya.
"Jangan lupa, janjimu,Aya!"
•••
Kereta kuda menjauh dari kediaman keluarga besar,Riyu. Raeba, duduk bersebelahan dengan adiknya,Raega. Raega—pemuda berusia 14 tahun dengan tinggi badan 163cm, kulit putih, iris mata berwarna hijau kebiruan dengan pupilnya berwarna hitam kehijauan, Turunan Ayahnya, rahangnya tegas meskipun umurnya masih belia.
Adik bungsu Raeba itu lebih suka di kelas ilmu bela diri dan berpedang, potensi berkudanya pun tidak perlu di ragukan lagi. Sama halnya dengan Raeba, Raega,juga memiliki watak yang cukup gigih dan suka berpetualang, sesekali mereka berdua keluar secara diam-diam di saat malam tiba.
"Raeba,jangan membuat Ibu dan kakakmu malu di acara pesta teh nanti." Ucap Grand Duchess Gilia dengan suara lembut namun tegas.
Raeba,mendengus. Lagi-lagi ia akan menjadi boneka sang Ibu, yang harus berpura-pura menjadi wanita anggun di hadapan para bangsawan. Menciptakan sebuah Boomerang seindah pelangi,demi menarik simpati para nyonya -nyonya bangsawan.
'Jangan sampai Raeba menikah dengan gelandangan akibat kebodohan nya'. Itu yang selalu di khawatirkan oleh Grand Duchess Gilia, terhadap putri keduanya.
"Baik, Nyonya Riyu." Jawab Raeba dengan tersenyum pura-pura.
"Ingat pesan,Ibu! Jangan membuat kami malu." sekali lagi Grand Duchess Gilia mengulangi ucapannya,agar Raeba benar-benar memahami, Ibunya.
Kereta kuda berhenti di sebuah bangunan tua tempat kelas-kelas pembelajaran. Raega, segera turun dari dalam kereta kuda, karena Dia akan menimba pelajaran pagi ini,anak laki-laki tidak diikut sertakan dalam acara pesta teh, jadi Raega tidak perlu repot-repot menghadiri acara tersebut.
"Enak jika aku terlahir sebagai, seorang lelaki, tidak perlu repot-repot menghadiri acara membosankan seperti ini." Lirih Raeba pelan, namun masih di tangkap oleh pendengaran Grand Duchess Gilia dan Ruyika.
"Shut! Raeba?" Tegur sang kakak agar Ibu mereka tidak kembali berbicara sepanjang perjalanan.
"Selamat menikmati pesta teh nya, kakak kedua. Semoga menyenangkan." Ucap Raega pelan melewati celah-celah kereta kuda, setelah mengucapkan kalimat tersebut Raega berlari sekuat tenaga menjauh dari kereta kuda. Sebelumnya Raega sudah berpamitan kepada Ibu dan kakak pertamanya.
"Raega!!" pekik Raeba, yang mendapatkan cubitan kecil dari Grand Duchess Gilia.
Raeba, mengusap bekas cubitan Grand Duchess Gilia. Rasanya cukup sakit,namun Grand Duchess Gilia tidak melihatkan respon apapun pada putri keduanya itu.
"Ibu,ini terasa lebih sakit dari pada jepitan kepiting." Ucap Raeba dengan bibir mengerucut.
"Itu kesalahan kamu sendiri,berteriak tanpa melihat terlebih dahulu dimana tempatnya. Apa kamu selalu seperti ini, ketika berada jauh dari, Ibu?" Jawab Grand Duchess Gilia,penuh intimidasi terhadap putri tompelnya.
Raeba, tersenyum kikuk, Grand Duchess Gilia, hanya tidak mengetahui seperti apa putri keduanya ini jika berada di luar kendalinya. Mata indahnya yang kini terlihat begitu bersinar meredupkan hati yang gelisah,berubah menjadi mata iblis yang menakutkan 'Hanya sebagai perumpamaan '.
"Tentu saja tidak,Ibu. Aku juga gadis lemah lembut seperti kakak,Ruyika." pujinya menyombongkan diri sendiri,dengan dadanya yang membusung.
Ruyika, yang tidak banyak bicara hanya tersenyum lembut menanggapi pemandangan di sekitarnya. Keributan yang terjadi di mana-mana,baik di rumah maupun dalam kereta kuda, Ruyika sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Cukup mengalihkan pandangan ke arah luar jendela kereta kuda, hatinya jauh lebih baik dan tenang.
•••
Pesta teh yang berlangsung ternyata di luar ekspektasi,Raeba. Gadis itu mengedarkan peridotnya dengan liar, melihat banyaknya tamu undangan pesta teh, membuat hatinya semakin sesak.
"Sangat di sayangkan ini bukanlah hutan, rasanya aku ingin pulang,malas sekali berada di tempat acara seperti ini!" Lirihnya, kecewa.
Hidup biasa menjadi anak seorang tabib istana jauh lebih baik,dari pada menjadi putri dari seorang bangsawan. Raeba, hanya tidak pandai bersyukur dalam hal ini, banyak gadis di luaran sana yang memimpikan terlahir dari keluarga seorang bangsawan,namun lihatlah gadis tompel kita,ia justru merasa terbebani hidup dalam lingkungan keluarga bangsawan.
"Hai, Ruyika. Bagaimana kabarmu? Sudah lama tidak bertemu." Sapa Zevalia Almora Lagion, setelah berdiri di samping Ruyika.
"Baik. Bagaimana denganmu?" sahut Ruyika dengan nada lembut dan bibirnya yang selalu tersenyum manis.
"Aku sangat baik. Kenapa seorang diri,kemana adikmu, Raeba?" pertanyaan itu Zevalia layangkan karena tidak melihat keberadaan Raeba sedari tadi.
"Seperti biasanya,Raeba,akan berkeliling menyapa Nona yang lainnya." Bohong Ruyika sebagai pembelaan pada adiknya, buktinya tidak ada yang berteman dengan Raeba, karena gadis itu akan selalu menghilang dan memisahkan diri dari Kakak dan Ibunya, lalu mencari tempat paling sepi setiap kali mengikuti acara pesta teh.
"Apakah Ibumu tidak marah jika keluar rumah saat tengah menyambut tamu undangan?" penasaran Ruyika, karena jika itu Ibunya pasti ia akan di cari dan mendapatkan pelototan tajam dari sang Ibu,'Jaga attitude mu Ruyika!' begitulah setiap ia membuat sedikit saja kesalahan.
"Ah, tentu saja tidak, Ruyika. Bukankah sudah ada Ibunda yang menyambut,aku juga bebas untuk menyambut teman-teman yang lain." Serunya,dan memasukkan sepotong roti kering ke dalam mulutnya.
Acara yang digelar keluarga Duke Jazer Lagion dan Duchess Lamuna Valica Lagion cukup meriah, meskipun tidak terlalu mewah dalam dekorasinya,tapi ini jauh lebih cukup dari pesta teh pada biasanya.
Penyambutan tamu undangan di lakukan di dalam sebuah ruangan,namun untuk para Nona-nona bangsawan di buatkan khusus di halaman kediaman, tempat untuk berkumpul dan bersantai. Memudahkan mereka untuk bergaul dan mencari teman.
Sekitar tiga puluh meja bundar yang di siapkan di halaman kediaman tersebut,dan semuanya penuh diisi oleh semua Nona yang datang.
Jika Ruyika cukup pandai bergaul, Raeba tengah sibuk dengan gaunnya yang begitu berat.
"Apakah masih lama? Sungguh sangat membosankan,aku capek. Bisakah aku kembali lebih dulu." Keluhnya seraya menyibakkan gaunnya yang menghambat langkahnya.
Tujuan Raeba saat ini adalah taman, karena tempat itu yang cukup sepi. Tapi harapannya seakan buyar setelah kedatangan seorang gadis cantik dengan balutan gaun berwarna merah muda.
"Hai,aku Cintea Maglio boleh aku tau siapa namamu? Mungkin kita bisa berteman setelah ini." Serunya sambil tersenyum manis seraya mengulurkan tangannya.
Raeba, memaksakan tersenyum. Meski sangat tidak nyaman tetap ia lakukan. Mengamit tangan Cintea Maglio dan menyebutkan namanya. "Aku, Raeba." jawabnya kaku.
"Hanya,Raeba?" Cintea Maglio sedikit terkejut, namun rasa keterkejutannya bisa di kendalikan dengan baik.
"Raeba Danala Riyuna. Itu nama lengkap,ku." Raeba, menggerutu dalam hatinya. Kenapa harus mengungkapkan nama Riyuna, pasti gadis di depannya akan sama dengan gadis bangsawan yang ia temui tempo hari. Mencari simpati demi bisa dekat dengannya.
"Wah, ternyata kamu anaknya Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia,itu artinya kamu adiknya kakak Ruyika,ya?" Cintea berseru ria.
Ternyata orang yang ingin dikenalnya adalah seorang putri bangsawan yang terkemuka di kerajaan Magthur. Bangsawan yang sangat di segani banyak orang,mulai dari kekayaan, kekuasaan, sampai kebaikan mereka. Tidak heran juga banyak yang iri hati dengan keluarganya.
"Hem." angguknya tidak bersemangat.
"Tidak masalah,aku hanya ingin berteman denganmu, beberapa bulan yang lalu aku pernah mendengar namamu yang berhasil memenangkan pertandingan pacuan kuda dan memanah,selamat,ya." Tulus Cintea Maglio, gadis itu cukup takjub dengan bakat teman barunya.
"I—itu, hanya kebetulan saja. Oia apakah kamu tidak menikmati pesta teh?" Penasaran,Raeba,seraya mengalihkan pembicaraan barusan.
"Seperti yang kamu lihat,aku datang kesini hanya terpaksa. Lagi pula juga tidak ada yang ingin berteman denganku, karena aku tidak seanggun mereka, apalagi keluargaku hanya seorang Baron, jadi mereka lebih sering abai terhadapku." Tutur Cintea Maglio sedikit menunduk.
"Mungkin karena aku tidak sekaya mereka." Lanjutnya, kemudian tersenyum kembali.
Raeba, bingung harus menjawab apa, ucapan gadis di depannya seakan tengah merasa kesepian. Tapi jauh di lubuk hatinya sekarang tengah gelisah,kenapa gadis yang baru ia temui hari ini, mengetahui rahasia besarnya.
"Jangan berpikir begitu. Mungkin mereka tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Berpikirlah positif!" Ucap Raeba dengan kata-kata menenangkan. Mengurangi rasa gelisah hatinya.
"Terimakasih, atas sarannya."
Acara pesta teh kembali berlangsung dengan baik,dua jam telah berlalu,semua tamu undangan mulai meninggalkan kediaman keluarga,Lagion.
Begitu juga dengan Raeba,Ibu,dan kakaknya. Mereka telah masuk ke dalam kereta kuda,siap untuk segera melakukan perjalanan kembali ke kediaman.
Di perjalanan Raeba tertidur pulas,dengan kepalanya menyender di bahu,Aya. Grand Duchess Gilia yang melihat tingkah putrinya hanya bisa menghirup napas panjang.
"Anak keduaku benar-benar sudah jauh sekali dari attitude dan tata krama,bahkan ia bisa tidur dengan kakinya yang tak beraturan." Lirih Grand Duchess Gilia,pelan. Namum masih terdengar jelas di telinga Ruyika,Vena,dan Aya.
Aya, tersenyum tipis, mendengar ucapan junjungannya. Beginilah yang Aya rasakan setiap hari, mengurus gadis mungil yang memiliki keaktifan luar biasa,kabur di waktu malam hari dan kembali setelah matahari hendak menampakkan kilaunya,lalu tertidur pulas di waktu siang tiba, sampai melupakan makan siang dan malamnya.
Sedangkan di lorong panjang bangunan tua yang berada di bagian sisi paling belakang, tempat dimana pemuda-pemuda angkuh berdiam diri setelah selesai pembelajaran.
Raega,ingin segera pergi dari tempat kumuh tersebut,namun tubuhnya yang di ikat ke tiang bangunan membuatnya urung melakukan sebuah tindakan.
"Kita akan menonton anak manja Grand Duke Riyu dengan senang hati. Bagaimana Dia meronta minta tolong, setelah kita telanja**i. Haha.."
"Biarkan aku yang membuka pakaiannya!"
"Anak manja sepertinya tidak pantas berada di kelas kita,lagi pula Dia anak baru, harusnya Dia melewati terlebih dahulu kelas bawah, barulah sampai di bagian kelas kedua."
Banyak dari mereka yang tidak terima, apalagi Raega yang baru saja menempuh pembelajaran di bangunan tua itu,tentu membuat para pemuda angkuh itu,besar kepala.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!