Teriakan panjang memecah kesunyian malam. Suara benturan benda keras terdengar beberapa kali didalam bu marinah. Ryuka terbangun dan segera mencari asal suara yang ia yakini berasal dari kamar ibunya.
Bergegas ia menuju ke kamar ibunya. Seketika langkahnya terhenti saat tak sengaja kakinya menginjak benda cair hingga ia hampir terjatuh.
Hampir saja ia berteriak sebelum akhirnya sebuah tangan membungkam mulutnya dari belakang.
"Jangan berisik" bisik seseorang yang membungkam mulutnya.
Ryuka gemetar. Detak jantungnya kian memacu. Gadis berusia 20 tahun itu merasa sangat ketakutan. Bahkan ia tahu bahwa yang dia injak adalah bercak darah. Dan ia melihat bercak darah yang membentuk jejak kaki menuju arah kamar ibunya.
Ryuka berusaha melepaskan diri dari dekapan lelaki di belakangnya. Ia memukul perut lelaki itu dengan siku. Lelaki itu sedikit merenggangkan tanganya. Ryuka berbalik arah.
"Mas egi" Sedikit lega ketika ia dadah bahwa lelaki itu adalah saudara sepupunya.
"Cepat pergi dari sini, " Egi meraih tangan ryuka dan segera berlari menuruni tangga
"Apa yang terjadi? Bagaimana ibu? " Tanya ryuka dengan panik.
"Bibi sudah mati. Kita harus pergi dari sini! " Jawab Egi dengan bibir gemetar.
Ryuka menangis sambil terus berlari bersama Egi. Banyak pertanyaan yang ia pendam, juga rasa takut yang mendalam.
Sampai ditepi jalan, Egi melambaikan tangan pada sebuah bus yang melintas.
Ryuka hanya mengikuti Egi tanpa sepatah kata, meski ia tak tahu kemana tujuan mereka pergi.
Di dalam bus nampak beberapa penumpang. sunyi, tiada satu orang pun yang berbicara
Egi dan ryuka duduk di kursi paling belakang.
"Apa yang sebenarnya terjadi mas?" Tanya ryuka sambil masih terisak dalam tangisnya.
"Mereka datang untuk membunuh kita semua. Bibi marinah, paman Seto,kamu dan juga aku". Egi tertunduk dan menahan air mata yang hampir tumpah.
" Mereka siapa? Dan kenapa? "Ryuka sedikit meninggikan nada bicaranya sehingga membuat para penumpang lain menoleh kebelakang.
" Ssstttt..... Jangan keras keras" Bisik Egi
"Ini semua karena paman Seto, dia berurusan dengan para penjahat itu sehingga mereka marah marah, sekarang ibumu menjadi korban pembunuhan mereka dan kita jadi buronan mereka. Aku tidak tahu dengan pasti, tapi yang jelas kita tidak aman jika berada disini dan berdiam diri, yang ada kita juga ikut dibunuh nanti kalau ketahuan" Jelasnya.
"Lebih baik aku mati mas, daripada kehilangan ibu dan menjadi buronan oleh mereka."
Apa kamu yakin jika mereka Akan langsung membunuhmu? Kamu wanita muda. Sudah pasti mereka akan mempermainkanmu atau menyiksamu, bapakmu menyuruhku membawamu pergi. Dia menitipkan selembar kertas yang berisi tulisan alamat yang aku tak tahu pasti."
Egi mengeluarkan secarik kertas yang berisi tulisan.
"Mbah sutijah desa kembangan?"
"Iya ryuka. Paman hanya bilang agar aku menaiki bus saat malam yang akan mengantar kita ke desa kembangan. Dan kita harus menemui mbah sutijah."
Sesaat kemudian bus berhenti.
Mereka berjalan menuju pintu ke depan. Menoleh kanan-kiri sudah tidak ada penumpang, mereka terheran. Kapan para penumpang bus itu turun, sementara bus itu hanya berhenti satu kali saja.
Meraka turun dari bus itu dan bus kembali melaju kencang. Perlahan terlihat cahaya kekuningan dari arah timur, menandakan malah telah berganti dengan pagi.
Pepohonan rindang diiringi rumput-rumput liar dan ilalang tumbuh ditepian jalan. Mereka berjalan menuju satu-satunya jalan setapak yang ada di kanan jalan raya. Hanya ada jalan kecil berbatu diantara rerumputan.
"Apakah ini jalan yang menuju ke desa kembangan itu?"Ryuka sedikit ragu. Karena disana hanya nampak seperti hutan tanpamu adanya pemukiman.
" Kita iikuti jalan ini saja dulu. Menurut paman Seto, kita hanya perlu mengikuti jalan yang ada ketika bus berhenti." Meski sedikit ragu, Egi mencoba untuk yakin.
Mereka terus berjalan menyusuri jalan setapak di tengah-tengah rimbunan pohon jati. Hampir satu jam berjalan tetapi suasana masih saja sama. Belum nampak adanya tanda-tanda adanya perkampungan disana. Ketika hampir putus asa, akhirnya dari kejauhan mereka melihat rangkaian rangkaian bambu berbentuk pintu besar dengan tulisan diatasnya "SUGENG RAWUH DATHENG DESA KEMBANGAN".
Ryuka tak sabar ingin cepat sampai dan segera beristirahat disana. Ia sangat lelah berjalan dan memikirkan bagaimana nasibnya nanti. Egi pun bersemangat mempercepat langkahnya. Namun ssecepat dan sebanyak apapun langkah mereka rasanya gapura itu tidak juga semakin dekat, seperti sama saja dengan pertama kali mereka lihat. Seakan mereka hanya berjalan ditempat saja, tidak bergerak maju.
"Mas kenapa rasanya kita tidak sampai- sampai, padahal tadi sudah terlihat dekat gapura desa itu?." Ryuka yang semakin sngat kelelahan itu merasakan kejanggalan dengan tempat itu.
"Sebentar lagi ryuka, kita hanya perlu berjalan sedikit lagi," Egi mencoba untuk menenangkannya.
Tak lama kemudian, tercengang suara gamelan diiringi alunan lagu tembang jawa yang membuat bulu kuduk merinding. Wangi kembang melati semerbak mengganggu indra penciuman, membuat mereka semakin merasa ngeri.
Lantunan tembang Jawa terdengar semakin mendekat ketika langkah kaki mereka terhenti tepat didepan gapura desa yang terbuat dari rangkaian bambu kuning tertata rapi membentuk sebuah pintu besar.
"Kenapa gapura desa ada pintunya? Bagaimana warga desa keluar-masuk desa. Apa harus membuka dan metup pintu? ," Tanya ryuka penasaran.
"Coba kita ketuk saja" Ucap Egi seraya mengetuk pintu bambu itu.
Tiga ketukan dan pintu berhasil terbuka dengan sendirinya. Aroma kembang melati kian menyengat, tidak ada suara gamelan dan nyanyian lagi.
"apa aku tadi salah dengar. " Batin ryuka
"Sugeng rawuh datheng desa kembangan, sinten mlebet mboten saget medhal," Seorang wanita cantik dengan kebaya putih serta rambut disanggul menyambut mereka dengan senyum ramah.
(Selamat datang didesa kembangan, siapa masuk tidak dapat keluar).
BRAKKK! Pintu tertutup dengan sendirinya. Mereka kaget dan menoleh kebelakang.
"Mari ikut saya mbak ayu serta den mas bagus. " Ajak wanita cantik bersanggul itu dengan senyum dan suara lembut.
"Kami datang mencari rumah mbah sutijah, " Ucap Egi dengan menegaskan maksud kedatangan mereka.
Wanita cantik itu tersenyum manis. Ryuka yang memperhatikan wanita itu sempat keheranan. Darimana datangnya wanita itu, kenapa tiba-tiba dia ada disana dan menyambut kedatangan mereka.
Dari penampilannya yang tidak biasa. Memakai kebaya dan berjarik, rambut bersanggul dan dihiasi beberapa melati dibagian atas dan ada satu bunga mawar dibagian atas telinga kanan. Paras ayu, kulit putih, tubuh ideal.
"Tugas saya adalah menjemput tamu dan mengantarkan ke balai tamu, den mas, setelah kalian bertemu Nyai, baru Nyai yang akan memutuskan, " Tegasnya.
"Tapi mbak, kami ingin segera bertemu dengan mbah sutijah, " Ryuka sedikit kesal. Memang dia sudah sangat lelah.
"Iya mbak ayu, sabarlah sebentar. Kalian bisa beristirahat dulu nanti sebelum melanjutkan perjalanan. Perjalanan masih panjang.Tentunya kalian lelah, biarkan kami yang sebagai warga desa menjamu dan menyambut kedatangan kalian terlebih dahulu."
"Maafkan adik saya mbak, kami tidak bermaksud tidak sopan. Dia hanya kelelahan karena perjalanan panjang, " Ucap Egi
Mereka berjalan mengikuti wanita itu. Hingga sampai tiba di rumah besar dan memiliki halaman yang sangat luas. Bunga-bunga tertata rapi, dengan hiasan baru kerikil mengitari taman. Ada air mancur ditengahnya. Dibawah air mancur terdapat genangan air yang jernih serta tumpukan batu kecil disekelilingnya.
Ryuka tampak takjub dengan pemandangan indah dihalaman rumah itu. Rumah itu terubat sari kayu, seperti rumah zaman dulu, dengan banyak ukiran di tiang dan pintu rumah.
Seorang wanita cantik dan anggun berjalan mendekat ke arah mereka. Wanita itu berpakaian layaknya pengantin Jawa. Kemben berwarna hitam dengan jarik, lengkap dengan selendangnya. Rambut Bersanggul besar. Tiga cunduk menthul diatasnya, dan rangkaian bunga melati memanjang dibagian kiri.
Riasan wajah tidak terlalu mencolok, hanya bedak tipis dan lipstik berwarna merah hati. Senyum manis mengembang di bibirnya, langkah pelan nan anggun bak Puteri keraton tanah Jawa. Dengan hati hati duduk di hadapan mereka.
Egi sampai terpana melihat kecantikannya.
Wanita cantik didepannya seolah meluluhkan hati EgiEgi, hingga tiada kata yang dapat keluar dari mulutnya.
"Selamat datang dirumahku cah ayu"suara lembut keluar dari bibir merahnya.
"Siapa namamu?. "Tanya wanita itu.
"Saya Ryuka mbak"jawab ryuka.
" Panggil saya Nyai Gandari! ". Tegasnya.
"I-iya,maaf Nyai, " Ucap ryuka dengan gugup
Nyai Gandari kembali tersenyum
"Dan kamu cah bagus? "Nyai Gandari menoleh ke arah egi yang masih terdiam.
Melihat Egi yang tak langsung menjawab, ryuka menyenggol lengan Egi, Egi seketika kaget dan tersadar dari lamunannya.
" Siapa namamu? " Nyai Gandari mengulang pertanyaan nya.
"Ss-saya Egi" Jawab Egi dengan gugup.
Nyai gandari menepuk tangan tiga kali. Seketika beberapa pelayan datang membawa nampan penuh dengan makanan. Para pelayan wanita memakai pakaian yang sama. Kebaya berwarna kuning dan rambut digelung rapi.
Mereka serempak menata makanan diatas meja dengan piring rotan beralaskan daun pisang yang berisi berbagai macam jamuan. Ada nasi, daging, buah, sayur serta teko yang berisi teh panas.
Seorang pelayan menuang teh pada tiga cangkir yang tersedia, setelah semua makanan tertata rapi diatas mejameja, para pelayan berjalan mundur seraya membungkukkan badan, dan berlalu pergi.
"Minum dulu teh nya. Kalian pasti haus dan lelah" Ucap nyai Gandari seraya mengambil secangkir teh dan meminumnya.
"Terima kasih, nyai" Ucap mereka serempak.
Kemudian mereka meminum dan memakan jamuan yang ada. Terasa lezat sekali semua makanan yang di sajikan. Mereka memg sangat lapar dan haus.
Ryuja sedikit melupakan masalah yang baru saja ia hadapi.
Setelah mereka selesai makan, para pelayan membereskan peralatan makan. Kemudian datang seorang pelayan membawa nampan berisi dua potongan bambu kecil di tangannya.Potongan bambu itu berbentuk gelas dan berisi sebuah ramuan.
Nyai Gandari menyentuh gelas bambu itu dan mengucap mantra yang tidak bisa didengar oleh ryuka dan Egi . Ryuka memperhatikan mulut nyai Gandari dengan perasaan gelisah.
"Apa yang sedang ia lakukan? "Pikir ryuka.
" Minumlah!" Perintah nyai Gangandari.
"Apa itu, nyai? " Tanya ryuka penasaran
"Itu jamu, nduk. Supaya kalian nanti tidak lelah saat perjalanan. Kalian akan menemui mbah sutijah kan? Rumahnya masih jauh dari sini" Jelasnya.
Tanpa banyak pertanyaan lagi, Egi langsung mengambil gelas itu dan menenggak isinya sampai habis . Ryuka memperhatikan Egi dengan seksama.
Nyai Gandari tersenyum lalu menangguk kan kepala kepada ryuka. Seakan mengisyaratkan agar ryuka segera meminum ramuan itu.
Ryuka mengambil gelas bambu itu dengan tangan gemetar. Perlahan mendekatkan gelas pada mulutnya. Ketika ia hendak meminum ramuan itu tiba tiba ia mencium bau anyir yang membuatnya ingin muntah. Sontak ia menutup mulutnya.
"Hoekkk... "
"Tutup sja hidungmu jika tak tahan dengan bau nya , nduk"
Ryuka menoleh ke arah nyai Gandari, merasa aneh. Kenapa wanita itu seperti ingin sekali ia segera meminum ramuan itu.
Apa lagi Egi hanya diam tak berkomentar apapun lagi. Membuat ryuka sedikit kesal.
"Maafkan saya Nyai Gandari , saya tidak bisa minum ramuan ini," Ucap ryuka.
"Jika kamu tidak minum ramuan ini maka kau tidak akan kuat melanjutkan perjalanan! " Bentak Nyai Gandari .
Raut wajahnya seketika berubah tegang. Wajah yang semula cantik dan anggun sekarang berubah menjadi menyeramkan.
"Minum saja, jangan buat Nyai Gandari marah". Kata Egi.
Ryuka tidak bisa berbuat apa -apa lagi. Dengan menahan air mata yang sudah kembung di kelopak mata mata, ia segera meneguk cairan berwarna hitam pekat dan kental ifu. Ryuka membekap mulutnya menahan sara mual ketika menelan cairan itu. Rasa pahit yang masih mengganggu tenggorokannya membuat oerutnya tidak terasa nyaman.
Setelah minum air putih, rasa pahit berangsur hilang. Tapi kini ia merasa sangat ngantuk.
"Kalian istirahat dulu saja, nanti sore baru lanjutkan perjalanan, " Nyai Gandari bangkit dari tempat duduknya.
Dua orang pelayan mengantar mereka ke kamar masing masing. Kali ini ryuka tidak menolak, yang ia pikirkan segera tidur karena matanya terasa sangat lelah .
"Monggo mbak ayu" Pelayan membukakan pintu kamar sembari mempersilahkan ryuka masuk kedalam kamar.
Sementara Egi memasuki kamar di sebelahnya.
Ryuka masuk dan menutup pintu kamar.
Diperhatikan setiap sudut ruangan.
Lampu minyak berukuran kecil berdiri dipapan kayu yang berada di sudut ruangan satu lagi lampu berada disamping kiri tempat tidur tercantel di sebuah paku. Dia lampu cukup untuk menerangi ruangan kamar yang berukuran 3x3 meter itu.
Di sebelah ranjang ada meja dengan laci kecil dibawahnya . Juga lemari kayu yang cukup besar di Samping nya.
Ryuka merebahkan tubuhnya di ranjang kecil yang tertutup kain putih . Matanya terasa semakin berat, seketika ia memejamkan matanya.
"Sopo mlebu ora bakal biso metu"
(Siapa masuk tidak akan bisa keluar)
Suara itu lirih terdengar samar ditelinga.
Ryuka membuka mata. Entah berapa lama ia ter tidur . Mencari asal suara namun tak ada siapapun di sana.
Ryuka tertarik dengan lemari besar dihadapannya. Ia membuka lemari tingkat tiga itu, bagian atas kosong. Ditengah ada beberapa lembar kain jarik, dan atasan kebaya sederhana. Dan paling bawah ada beberapa tumpukan buku tebal.
Ia mengambil satu buku dan membukanya. Buku usang yang berdebu juga banyak terdapat jaring Laba-laba. Bagian tepi buku sudah rusak bekas gigitan rayap.
Ryuka mengusap sampul buku dengan tangannya, pada sampul buku tertulis "SILSILAH DESA KEMBANGAN" Ryuka tertarik membaca buku itu. Tapi ia juga tertarik untuk melihat buku lain . Lalu ia mengambil satu buku lagi dengan judul "SUSUK GANDUNG KATRESNAN".
Baru ia membuka satu halaman, Tiba-tiba ia merasakan heembusan napas kasar
"Sopo mlebu ora bakal biso metu" Suara itu kembali terdengar sangat lirih ditelinga.
("Siapa masuk tidak akan bisa keluar")
Sontak ryuka menoleh. Tidak ada siapapun disana. Ryuka menoleh ke segala arah mencari asal suara.
Tok... Tokk... Tokk. ..
Suara ketukan pintu kembali mengagetkan ryuka, ia bergegas mengembalikan buki itu ke tempat asal semulanya kemudian membuka pintu.
"Sudah saatnya kamu pergi, " Ucap seorang pelayan wanita.
"Gantilah pakaianmu dengan kebaya dan jarik yang ada di dalam lemari itu. Lalu kembali ke balai tamu,"lanjutnya.
Tanpa banyak bicara ryuka segera mengikuti perintah,segera ia ganti pakaiannya dengan pakaian yang ada di dalam lemari itu.
Setelah itu ryuka keluar kamar. Tak sengaja ia melihat seseorang yang mirip dengan Nyai Gandari keluar dari kamar yang di tempati Egi , ryuka bersembunyi di balik pintu untuk memastikan apakah benar wanita itu adalah Nyai Gandari.
Wanita itu berlalu pergi. Ryuka yakin bahwa dia adalah Nyai Gandari.
Tak lama kemudian Egi keluar dari kamar, tanpa bicara sepatah kata apapun mereka kemudian berjalan menuju ke balai tamu.
Banyak pertanyaan yang ryuka simpan, tapi ia tahan sampai mereka pergi keluar dari rumah itu.
Sesampai di balai tamu, seseorang telah menunggu kedatangan mereka dan langsung e menyambutnya.
"Perkenalkan, saya Aditama. Saya Abdi yang bertugas mengantar tamu sampai ke pemukiman warga desa, " Lelaki bertubuh tinggi dan kekar itu memperkenalkan diri.
"Dimana Nyai Gandari? Kami belum berpamitan, " Tanya ryuka dengan basa basi
Sebenarnya ryuka hanya penasaran dengan keberadaan Nyai Gandari setelah ia melihat keluar dari kamar Egi tadi.
Lelaki tampan dengan pakaian khas Jawa kuno itu menjelaskan bahwa Nyai Gandari saat ini sedang istirahat dan tidak boleh di ganggu.
"Nyai Gandari berpesan agar aku mengantar kalian. Tidak perlu berpamitan, Nyai Gandari sudah mengatur waktu kepergian kalian dari persinggahannya ini, " Ucap aditama.
Kemudian mereka melangkah keluar rumah. Berjalan melalui halaman yang luas, aditama berjalan didepan ryuka serta Egi.
Ryuka masih bungkam, tak ingin banyak bicara pada Egi sampai sekarang. Ia masih kesal dengan Egi, sejak Egi tak membantunya menolak meminum ramuan aneh itu saat kemarin.
Tak jauh dari tempat berjalan mereka, seseorang duduk dibangku halaman rumah dengan pandangan kosong mengarah pada mereka. Ryuka sempat memperhatikannya sejenak.
Sosok wanita herkebaya merah, rambut ikal terurai kesamping dengan hiasa ronde melati sepanjang pinggul. Tidak ada warna mata hitamnya, hanya putih polos tanpa bola mata, ada dua taring panjang hingga dagu di mulutnya. Ryuka sampai bergidik ngeri.
Entah apakah hanya Ryuka yang melihatnya atau Egi dan aditama ridak memperhatikan saja. Ingin ia bertanya tapi ia masih enggan membuka mulut.
Ryuka mencoba untuk tidak peduli dan kembali memandang lurus. Tapi rasa penasarannya membuat ia ingin menoleh kembali ke belakang.
Wanita itu masih disana dengan tatapan mata yang kosong, sesekali Ryuka mengucek b matanya, memastikan apa yang ia lihat itu nyata. Namun ketika ia kembali membuka mata, wanita itu justru terlihat sedang melambaikan tangan ke arahnya.
"Ryuka, ada apa?" Egi memanggilnya karena Ryuka tertinggal beberapa langkah di belakangya.
Ryuka tidak menjawab dan kembali melanjutkan langkahnya. Egi menyadari perbedaan sikap ryuka padanya. Membuat hatinya bertanya-tanya apakah ia berbuat salah sehingga ryuka membuat ryuka marah.
Hari sudah hampir gelap, aditama menyalakan obor. Satu dia pegang dan stu lagi dia serahkan pada Egi. Mereka melintasi jalan tanah yang sempit di tengar rumput rumput liar yang rimbun setinggi lutut orang dewasa.
Ryuka yang sedikit kesusahan berjalan dengan memakai jarik yang sempit dan memanjang hingga mata kaki.
Beberapa kali ia hampir terpeleset dikarenakan jalanan yang licin dan sempit. Egi yang berjalan paling belakang memegang tangan ryuka, ia tahu ryuka masih marah dengannya dan ia kesusahan , tapi ryuka segera melepasnya dan berjalan sedikit lebih cepat menyusul Aditama di
"Aditama apakah kita bisa jalan sedikit lebih lambat, aku sangat lelah sekali mengikuti langkahmu itu, " Gerutu ryuka.
"Kita harus sampai di pemukiman sebelum dini hari," Jawabnya singkat.
"Apa? Sebelum dini hari?, memangnya sejauh apa perjalanan kita? Dengan langkah cepat pun kita masih harus mengejar wktu?"
"Hari sudah semakin gelap, dan kita baru setengah perjalananperjalanan"kali ini aditama menoleh ke belakang.
Kini ia baru menyadari bahwa ryuka memang benar benar terlihat sangat lelah. Ia lupa bahwa ryuka hanyalah seorang wanita lemah yang berlajan di kegelapan malam.
Lalu aditama tersenyum lebar hingga terlihat lesung pipinya, ia membuka ikat kepalanya dan mengelap keringat didahulukan ryuka. Membuat ryuka melotot karena kaget.
Ryuka mundur selangkah sampai tak sengaja menginjak kaki Egi.
"Bawa obornya, " Aditama menyerahkan obor yang dia bawa pada Egi.
Tanpa banyak bertanya Egi menerimanya saja.
"Aku akan menggendongmu agar lebih cepat" Ucap aditama seraya membopong tubuh mungil ryuka ryuka.
Terlihat enteng sekali tangan kekarnya meraih tubuh ryuka yang kecil ituitu.
"Turunkan aku, aku masih bisa jalan!" Teriak ryuka sambil memukul dada aditama.
Aditama tidak peduli dan terus berjalan.
"Aditama! turunkan dia!" Perintah egi.
Egi terlihat marah dengan perlakuan aditama terhadap ryuka.
Aditama mengalah dan menurunkan rubuh ryuka.
"Bukankah tugasmu hanya mengantar kami! Bukan membuat kekacauan!" Bentak Egi.
Aditama terkekeh "aku hanya bercanda, agar prjalanan kita tidak sunyi,"
"Kurang ajar kau! Apa kau anggap ryuka sebaga bahan candaan!" Egi hampir sja melempar obor ke arah aditama.
"Sudahkah, kita jalan lagi", ryuka menengahi meski masih terasa dongkol dengan ke dua pria itu.
Dua jam sudah perjalan yang mereka lalui. Hawa dingin menyelimuti tubuh hingga merasuk ke pori-pori. Tiba-tiba angin berhembus kencang hingga menerbangkan ranting-ranting dan dedaunan.
Semerbak aroma melati menyeruak dan begitu menyengat hingga ke tenggorokan, mwmbuat ryuka hingga terbatuk beberapa kali.
"Apapun yang terjadi jangan menoleh ke belakang, " Suara aditama memecah keheningan.
Egi yang berjalan paling belakang mulai tampak gelisah, ryuka juga tak kalah tegang. Kakinya gemetar antara lelah dan takut bercampur aduk menjadi satu.
Di depan tumpukan batu yang membentuk sebuah bangunan seperti candi, tidak terlalu tinggi, di tengahnya seperti terowongan.
"Kita harus melewati lorong itu!," Tunjuk aditama ke arah tumpukan batu yang membentuk terowongan itu.
"A-apa tidak ada jalan lain? Bukankah kita bisa lewat samping bangunan itu saja!" Tanya ryuka yang tak yakin.
"Ikuti saja!", jawabnya singkat.
Mereka memasuki lorong sempit yang hanya se tinggi satu meter itu, mereka harus berjalan dengan merunduk.
Lantunan nyanyian tembang Jawa mulai terngiang di telinga . Nampak seorang wanita sedang menari-nari diujung lorong .
Disana terlihat cahaya yang sangat terang, berbeda dengan suasana didalam malam yang seharusnya gelap gulita.
Ryuka semakin ketakutan, detak jatung kian memacu. Kakinya terasa berat melangkah , hingga tak sadar ia meraih tangan aditama.
"Siapa wanita itu? Kenapa dia menari di malam hari? " Bisik ryuka di telinga aditama.
"Lewati saja! Dan jangan menoleh ke belakang" Jelasnya.
Mereka keluar lorong. Melewati wanita yang masih menari itu. Alunan nyanyian tembang Jawa dan musik masih saja terngiang di
telinga.
Setelag beberapa langkah, Egi merasa penasaran dengan penari itu. Ia pun kembali menoleh kebelakang arah wanita itu.
"Aaaaa....!!!! " Egi berteriak kaget melihat wanita yang semula cantik berubah menjadi menyeramkan.
Wanita dengan kain hijau dan selendang kuning terikat di pinggulnya itu wajahnya berlumut darah dan matanya melotot keluar hingga hampir terjatuh.
Ia melempar selendang yang kian memanjang hingga melilit tubuh Egi dan menariknya.
Ryuka mendengar teriakan Egi pun ikut menoleh. Aditama langsung berlari ke arah wanita itu.
Dengan sigap wanita itu mengelebatkan satu selendang lagi ke arah aditama hingga menyambar tubuhnya.
"Lepaskan dia! " Gertak aditama tanpa rasa takut sedikit pun.
" Dia milikku!! Wanita itu melilitkan selendang pada tubuh Egi hingga Egi kesulitan bergerak.
Wanita itu melayang di atas udara, bersiap untuk meninggalkan mereka dengan membawa Egi.
Namun aditama segera melompat dan menarik kakinya. Terjadilah pertarungan sengit di antara keduanya.
Wanita itu terus memainkan selendangnya, namun aditama sigap menghindar. beberapa kali terjatuh namun aditama tak juga menyerah. hingga pada akhirnya ia mempunyai kesempatan untuk mengambil bunga mawar yang menghias rambut wanita itu. kemudian ia meremas dan mengucapkan pada ke dua mata wanita itu.
seketika wanita itu mengerang kesakitan.
"Aaaaaa!!! " Perlahan ia menghilang.
tubuh Egi tergeletak di atas tanah . sambil terbatuk-batuk , ia mencoba mengatur napas, dadanya masih terasa sesak. perlahan ia bangkit, menoleh ke sekeliling dan mencari keberadaan ryuka, namun ia tak mendapati ryuka disana.
"Dimana Ryuka! " Ucapnya panik.
Aditama pun tak menyadari jika ryuka tidak ada disana, sekelebat bayangan hitam hilang di balik pohon.
Aditama mengejar bayangan hitam yang hilang di balik pohon besar.melihat sekeliling hanya ada kegelapan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!