Hari ini adalah hari yang mengejutkan bagi Aiko Haruka, karena setelah libur semester ia harus pergi meninggalkan jepang. Gadis berkebangsaan jepang yang berusia 16 tahun itu harus pergi meninggalkan negaranya karena urusan pribadi keluarganya. Meskipun begitu Aiko harus ikut bersama orang tuanya karena masih membutuhkan naungan.
Tapi kepergian ini terlalu mendadak sekali dan bahkan Aiko tidak sempat untuk mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya. Semua barang sudah di bereskan dan di masukan ke dalam bagasi mobil. Keluarga Haruka akan bersiap-siap untuk berangkat ke bandara sebentar lagi.
"Mamah, aku masih tidak mengerti kenapa kita mendadak pindah?" ucap Aiko sambil mengenakan sepatunya.
Sementara mamahnya yang masih sibuk berdandan berkata, "Bapakmu kena PHK nak, dan Indonesia adalah tempat terbaik karena biaya hidupnya yang murah."
Aiko menghela nafas dengan berat dan ia beranjak dan segera masuk mobil. Ibunya Aiko bernama Yuki Haruka merupakan orang berkebangsaan jepang dan ayahnya, Damar Syahdan merupakan berkebangsaan Indonesia. Karena hal itulah yang membuat keluarga Haruka memutuskan untuk pindah ke Indonesia.
Yuki berjalan keluar rumah setelah berjam-jam berdandan dan segera masuk ke dalam mobil. "Sayang kenapa kamu lama sekali" ucap suaminya, Damar yang sudah siap sedari tadi dan berada di dalam mobil selama 1 jam.
Tiba-tiba Yuki mencium pipi ayahnya sambil tersenyum manis dan berkata, "Aku tampil cantik untukmu sayang, bagaimana penampilanku?" ucap Yuki sambil membelai rambutnya.
Damar terlihat malu-malu hingga wajahnya memerah dan memujinya, "Kau terlihat semakin cantik semakin lama."
"Bisakah kita berangkat sekarang?" ucap Aiko yang sudah malas melihat kemesraan kedua orang tuanya.
Kedua orang tuanya tertawa melihat reaksi anaknya, Aiko yang terlihat cemberut. Akhirnya ayahnya menancapkan gas dan mereka segera pergi menuju bandara untuk keberangkatan mereka ke Indonesia. Damar terlihat sangat bersemangat sekali untuk melihat tempat lahirnya untuk waktu yang lama.
Selama perjalanan Aiko hanya diam dan tidak banyak bicara, di wajahnya terlihat bahwa dia sedang memikirkan banyak hal. Yah tentu saja, Aiko masih bingung memikirkan bagaimana cara mengatakan kepada teman-temannya bahwa ia pergi secara mendadak tanpa sepatah katapun. Hal itu membuat Aiko resah dan jadi sedikit takut teman-temannya tidak mau berteman dengannya lagi.
Bahkan Aiko tidak berani untuk membuka ponselnya selama perjalanan menuju Indonesia. Selama di pesawat Aiko tertidur sambil menggenggam ponselnya yang masih menyala menunjukkan banyak pesan dari temannya. Waktu terus berlalu hingga akhirnya keluarga Haruka sampai di bandara Soekarno-Hatta.
"Aiko bangun sayang, kita sudah sampai." ucap ibunya Yuki sambil mencubit pipinya Aiko agar segera bangun.
Aiko terbangun dan segera melihat keluar jendela pesawat. Melihat tempat yang begitu asing baginya, Aiko telah memastikan bahwa dirinya sudah sampai di negeri asing. Setelahnya keluarga Haruka turun dari pesawat dan segera pergi mengambil barang bawaan mereka.
"Oh iya sayang, karena terlalu mendadak sekali. Malam ini kita akan tinggal di mana?" ucap Yuki yang sedang duduk di atas koper yang menjadi alasnya.
"Kita akan tinggal di rumahku sayang, tidak perlu khawatir." ucap Damar yang sedang sibuk mencari driver online di ponselnya.
Tentang mobil yang dipakai sebelumnya untuk menuju bandara saat di jepang. Mobil itu sudah terjual, sebelumnya jauh-jauh hari ayah sudah sepakat untuk menjual mobilnya. Waktu dan tempatnya sudah ditentukan, yaitu di bandara Haneda pada pagi hari pukul jam 9.
Aiko dan Yuki merasa sangat asing sekali dengan negara ini. Karena sebelumnya mereka belum pernah mampir atau pergi ke Indonesia, jadi ini adalah pertama kalinya mereka tiba di Indonesia. Melihat orang-orang yang begitu ramai, dan lalu lintas yang padat, benar-benar berbeda sekali dengan kehidupan mereka di jepang.
"Ehem ohayo, hanyonghaseo..." ucap driver mobil yang terlihat sangat gugup sekali untuk berbicara.
Damar tertawa terbahak-bahak sembari berkata, "Santai saja pak, kami bisa berbahasa Indonesia, dan saya kebetulan orang Indonesia." ucap ayah sambil menepuk-nepuk pundak driver tersebut.
"Oalah, syukurlah. Tadi saya gugup sekali karena sepertinya kalian dari luar negeri."
Setelahnya sepanjang perjalanan kami, ayah terus mengobrol dan bercerita bersama dengan driver itu. Sementara itu Aiko dan mamahnya Yuki hanya diam saja melihat obrolan mereka berdua yang terlihat sangat asik. Aiko dan Yuki tidak ikut mengobrol karena belum pernah berbicara langsung dengan orang Indonesia.
Meskipun mereka berdua bisa berbahasa Indonesia karena Yuki adalah istrinya, dan karena Aiko adalah anak ayahnya yang berasal dari Indonesia. Tapi melihat pembicaraan orang Indonesia asli, membuat mereka berdua sedikit kesulitan untuk memahaminya karena tempo berbicara yang cepat. Yuki ingin sekali bergabung ke dalam obrolan mereka, tapi ia mengurungkan niatnya.
Pada akhirnya setelah berjam-jam berlalu, perjalanan keluarga Haruka berhenti sampai mereka berdiri di depan rumah tua. Rumah itu terlihat sudah lama tidak dipakai dan jendelanya penuh dengan debu yang tebal. Rumput-rumput halamannya menjulang tinggi dan terlihat sama sekali tidak layak huni.
Aiko menggeleng-gelengkan kepalanya sembati berkata, "Papah, apakah papah yakin kita akan tinggal di sini?"
Wajah Damar terlihat biasa saja dan dengan yakin ia masuk duluan ke rumahnya. "Baiklah ayo kita masuk, kita hanya perlu melakukan sedikit perubahan."
Saat Damar mencoba membuka pintu rumahnya, tiba-tiba pintu rumahnya ambruk dan debu-debu berterbangan. Aiko dan Yuki yang melihat kejadian itu benar-benar terkejut dan terdiam tidak bisa berkata-kata. Dari wajah mereka terlihat sangat jelas sampai-sampai mulut mereka menganga lebar.
Kemudian Damar mengangkat pintu itu dan membuangnya di tempat sampah. "Kalian tidak perlu khawatir, pintunya memang jelek, kita akan membeli pintu baru nanti."
Ayahnya terlihat sangat optimis dan berpikir positif. Bahkan ia tidak ragu memasuki rumah yang seperti rumah hantu itu. Rumah itu sudah lama tidak ditinggali sejak Damar pergi ke jepang dan melamar Yuki hingga sampai Aiko lahir dan berusia 16 tahun. Artinya rumah ini sudah tidak dipakai lagi selama kurang lebih 17 tahun lamanya.
Tapi mau tak mau keluarga Haruka harus berpikir optimis dan positif seperti Damar. Pada akhirnya mereka mengenakan masker dan kaca mata anti debu untuk melindungi diri. Kemudian mereka bertiga segera bersih-bersih besar-besaran agar rumah ini menjadi rumah layak huni kembali.
Aiko terus mengomel sembari membersihkan debu-debu di rumah barunya. "Aiko kerjakan saja apa yang mamah dan papahmu suruh." ucap Yuki sambil menyapu lantai yang penuh dengan debu keluar.
Sementara itu di luar rumah sangat berisik sekali karena Damar sedang memotong rumput yang menjulang tinggi di halaman rumahnya. Semua anggota keluarga Haruka berperan dalam perannya masing-masing dan berusaha dengan keras untuk membersihkan rumah lama Damar. Mereka tidak akan beristirahat sebelum menyelesaikan semua ini.
Aiko terlihat sedang sibuk membersihkan debu-debu di meja dengan kemocengnya. Sampai akhirnya ia berhenti ketika melihat sebuah foto terpajang di meja yang sedang ia bersihkan. Fotonya penuh dengan debu, jadi Aiko membersihkan fotonya.
Aiko memegang foto itu dan menunjukkannya kepada ibunya. "Mamah, apakah ini foto papah saat masih kecil?"
Yuki langsung merebut foto yang dipegang Aiko dan menatapnya dengan tajam. "Kyaaa! papahmu imut sekali saat masih kecil."
Yuki terlihat senang sambil terus menatap foto itu berlama-lama. Foto itu menunjukkan gambar ayahnya bersama dengan anak-anak lain dan beberapa pengasuh. Damar merupakan seorang yatim piatu sejak lahir, orang tuanya sudah lama meninggal ketika Damar masih berusia 1,5 tahun karena suatu tragedi.
Berjam-jam sudah berlalu dan hari sebentar lagi akan gelap karena matahari akan segera terbenam. Warna jingga yang dipancarkan oleh matahari terasa sangat hangat dan menenangkan. Siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir bahwa dirinya sedang berada di dunia fantasi, itulah yang dipikirkan oleh Aiko saat sedang santai menikmati senja.
Saat Aiko sedang bersantai, tiba-tiba ayahnya datang dan memberikan teh hijau yang dibawa dari jepang. "Maafkan papah ya nak."
Mendengar ucapan ayahnya yang tiba-tiba meminta maaf membuat Aiko terkejut. Aiko membalas perkataan ayahnya, "Tidak apa-apa papah, aku akan segera terbiasa tinggal di sini kedepannya." ucap Aiko sambil menyeruput teh hijau yang panas itu.
"Dahulu papah juga meninggalkan panti asuhan tanpa satu katapun." ucap ayahnya yang membuat Aiko mengerti kenapa ayahnya tiba-tiba meminta maaf.
Ternyata permintaan maaf itu bukan karena harus tinggal di Indonesia. Akan tetapi permintaan ayahnya adalah karena sangat paham dengan anaknya, Aiko yang belum sempat mengabarkan bahwa dirinya akan pergi kepada teman-temannya. Hati dan pikiran Aiko mulai tercerahkan setelah mendengar perkataan ayahnya yang bijak.
kemudian tiba-tiba sebuah mobil barang datang membawa dua kasur besar yang baru. Satu kasur untuk double bed untuk sepasang pasutri, dan satu lagi single bed yang pastinya untuk Aiko. Ayahnya segera beranjak untuk membantu memindahkan kasur barunya.
Sebelum itu ayah mengatakan sesuatu pada Aiko, "Lebih baik kau segera membalas pesan teman-temanmu."
Perkataan ayahnya terlihat sangat mendalam dan terasa seperti ingin menyampaikan sesuatu melalui kata-kata yang tersirat. Aiko menuruti perkataan ayah karena Aiko memang harus membalas semua pesan teman-temannya daripada Aiko diam saja berpura-pura tidak membaca pesan mereka. Satu-persatu Aiko membalas pesan dari teman-temannya yang menanyakan keberadaan Aiko.
Malam hari sudah tiba dan Aiko sudah siap untuk tidur dan berbaring di kasur barunya yang super empuk. Bantal-bantal dan beberapa properti yang ada di kamarnya juga banyak yang baru karena pesanan barang terus berdatangan satu persatu. Pikiran Aiko juga lebih tenang setelah membalas pesan teman-temannya yang dari jepang.
Aiko merasa sangat senang dan tenang sampai akhirnya ia mengetahui fakta bahwa besok harus bersekolah. Padahal jika Aiko sekolah di jepang, masih ada waktu beberapa Minggu sampai akhirnya mulai kembali bersekolah. Aiko merasa sangat gugup bukan karena menantikannya, karena ia harus berkomunikasi dengan orang asing baginya nanti.
Ini adalah hari pertama dan akan menjadi hal yang baru bagi Aiko. Karena ini adalah pertama kalinya ia tinggal dan melanjutkan pendidikannya di Indonesia. Ia melanjutkan pendidikannya yang belum selesai saat di jepang, oleh karena itu meskipun sangat tanggung sekali, ia harus melanjutkan pendidikannya kelas 3 SMA nya di SMA Rubinium.
Buk guru masuk ke dalam kelas bersama dengan Aiko. Karena Aiko belum memiliki seragam sekolahnya di Indonesia, alhasil ia menggunakan seragam sekolahnya saat di jepang. Orang-orang di kelas menatapnya dengan tajam, dan sepertinya bukan tatapan yang baik bagi Aiko.
"Siapa gadis cantik itu? apakah dia adalah murid baru?"
"Sepertinya dia orang luar ya, dan kenapa dia pindah saat kenaikan kelas 3?"
"Hei lihat paha gadis itu, hehe sangat mulus dan putih."
Murid-murid di kelas terutama para laki-laki sedang membicarakan seorang gadis jepang cantik yang akan menjadi teman satu kelas mereka. Aiko merasa tidak enak dengan tatapan dan pembicaraan orang-orang mengenai dirinya, mungkin ini karena masih sangat asing baginya karena itu ia merasa agak risih. Terutama ada satu orang yang terus menatapnya dengan wajah mesum.
Kemudian buk guru mempersilahkan Aiko untuk memperkenalkan diri di depan kelas sebelah akhirnya ia pergi duduk di bangku kosong. Aiko memperkenalkan dirinya di depan kelas dengan singkat karena suasana hatinya yang tidak nyaman dengan suasana kelas ini. Perasaannya mengenai sekolah barunya benar-benar berbeda dari sekolah lamanya.
Setiap kali Aiko berjalan, semua orang menatapnya dan fokus kepada dirinya dengan wajah yang tidak mengenakan baginya. Tapi Aiko tidak peduli dan mencoba untuk bersikap tenang dan seolah-olah baik-baik saja. Aiko duduk di kursi belakang yang kosong sambil memejamkan matanya.
Sampai akhirnya teman yang duduk di sebelahnya mendekati dirinya. "Hei cantik apa kau datang ke sini karena mendengar tentangku?" ucap seorang murid laki-laki di sampingnya yang memiliki wajah mesum.
"Sialan! si mesum itu memanfaatkan momen ini, aku jadi kasihan pada gadis cantik itu."
"Kita harus menjauhkan dia dari si mesum itu."
Bisik orang-orang yang sedang membicarakan orang yang duduk di samping Aiko. Mereka terlihat sangat kesal, terlihat jelas di mata mereka bahwa orang yang duduk di sampingnya sangat dibenci oleh seluruh murid di kelas ini. Tentu saja Aiko juga merasa sangat kesal dan benci dengan kelakuannya.
Orang itu mencoba menggeser meja dan kursinya agar duduk bersebelahan dengan Aiko. Aiko merasa risih dan geram, ia ingin sekali memukul wajah orang itu karena wajahnya benar-benar menyebalkan. Aiko menahan amarahnya yang akan meledak, tapi ia tidak tahan lagi.
"Bisakah kau pergi dariku!" ucap Aiko sambil menggerakkan giginya karena kesal.
Orang itu tersenyum dan berkata, "Apakah kau ada waktu hari ini?"
"Arya! duduk di tempatmu dan menjauhlah darinya!" ucap buk guru yang tiba-tiba marah melihat Arya yang sedang mengganggu Aiko.
Orang yang menggangu itu bernama Arya. Setelah dimarahi oleh buk guru karena tidak fokus belajar dan malah mengganggu orang lain, akhirnya Arya kembali ke tempatnya. Aiko merasa lega dan menghembuskan nafasnya dalam-dalam dengan perasaan tenang dan damai.
Itu adalah pertama kalinya Aiko mengetahui orang yang bernama Arya. Hari demi hari sejak Aiko mulai bersekolah di SMA barunya, ia perlahan-lahan mulai terbiasa dengan pergaulan orang-orang di sekolahnya. Meskipun belum menemukan teman yang tepat, Aiko tidak pernah merasa sedih dan ia selalu pergi sendirian.
Lalu saat jam istirahat tiba, salah murid di kelasnya melihat Aiko di kantin. "Itu ada Aiko, dia sedang makan sendiri. Ayo kita temani"
Mereka datang sambil membeli makanan sebelumnya lalu duduk bersebelahan dengan Aiko. Lagi-lagi Aiko merasa tidak nyaman, namun ia tidak mempedulikan para laki-laki yang duduk disampingnya dan hanya fokus makan. Hari pertama Aiko sekolah di sini telah banyak memberikan kesan buruk baginya
Sampai akhirnya salah satu dari mereka berkata, "Aiko, kenapa kau tidak mau membaur dengan kami?"
Mau tak mau Aiko harus membalas perkataan mereka, "Aku ... masih belum fasih ... berbahasa Indonesia."
Aiko membohongi mereka dengan alasan tersebut, yang padahal sebenarnya ia sangat fasih sekali berbahasa asing. Saat tinggal di jepang, Aiko terkenal dengan kepintarannya, yang sering memenangkan banyak lomba dan olimpiade. Bahkan Aiko bisa menguasai beberapa bahasa dengan cukup fasih.
"Jadi begitu ... ngomong-ngomong, kau harus menjauhi Arya saat ia mengajakmu berbicara."
Lalu temannya yang satu lagi melanjutkannya, "Benar, tapi sebenarnya bukan hanya Arya, tetapi Angga dan juga Toni."
Arya di kenal sebagai murid yang sangat buruk dan bodoh oleh seluruh murid yang bersekolah di sini. Begitu juga dengan kedua temannya yang selalu bersama dengannya, Angga dan Toni. Mereka bertiga telah lama bersama dan di cap buruk oleh banyak orang.
Mendengar rumor dari mereka dan melihat sifat Arya yang seperti itu. Membuat Aiko setuju dengan perkataan buruk orang-orang tentang Arya dan kedua temannya. Hal itu membuat Aiko semakin benci dengan Arya dan harus menjauhinya.
Lalu tiba-tiba salah satu dari mereka bertanya, "Anu Aiko, kira-kira seperti apa tipe laki-laki yang kau idamkan?"
Tiba-tiba saja mereka berdua menjadi malu dan menggaruk-garuk kepala mereka karena salting. Sebenarnya Aiko malas menanggapinya tapi ia harus menjawabnya, "Aku belum terpikirkan, aku hanya fokus untuk belajar sejak dulu"
Setelah itu Aiko segera pergi meninggalkan mereka berdua untuk mengembalikan piring ke kantin. Setelah Aiko segera kembali ke kelas dan mulai belajar kembali. Kedua orang itu terlihat kecewa dan akhirnya mereka putus asa untuk menggapai Aiko.
Hari-hari yang lelah telah berlalu, dan akhirnya waktu sekolah hari ini sudah berakhir. Aiko bergegas merapikan semua barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Karena jika terlalu lama, Aiko harus menanggapi banyak orang yang mencoba mendekatinya.
Sesampainya di rumah, kedua orangtuanya menyambut kedatangan Aiko, "Selamat datang Aiko, bagaimana sekolahmu? apakah menyenangkan lagi!"
Ibunya Aiko, Yuki terlalu bersemangat melihat anaknya Aiko yang baru saja pulang sekolah. Akhir-akhir ini semenjak ibu tinggal di Indonesia, ibu terlihat sangat bersemangat dan sangat berbeda dari biasanya. Mungkin karena ibu suka sekali bergosip dengan tetangganya yang lama, dan tetangga orang Indonesia adalah yang terbaik untuk menggosip.
"Yah, seperti biasa ibu. Aku mau ke kamar dulu untuk belajar." ucap Aiko sambil jalan melewati ruang keluarga.
Aiko mengeluarkan buku-buku yang akan ia pelajari, tapi sepertinya ada sesuatu yang Aiko lupakan. Yaitu tempat pensilnya, Aiko melupakan tempat pensilnya yang masih ada di loker meja. Aiko ingin mengambilnya besok, tapi tanggung sekali karena ia masih memakai seragamnya.
Jadi Aiko memutuskan untuk kembali ke sekolah untuk mengambil tempat pensilnya. "Aiko kau mau pergi kemana lagi?" ucap ibunya yang baru saja ingin menyiapkan makanan untuknya.
Aiko terus berjalan dengan terburu-buru. "Maaf ibu, aku akan pergi sebentar."
Hari sudah sore dan matahari mulai terbenam, langit senja yang berwarna oranye terlihat sangat indah seperti biasanya hari ini. Sesampainya Aiko di sekolah, sekolah sudah sepi sekali dan sepertinya semua murid sudah pulang. Dunia terasa damai dan menenangkan bagi Aiko yang mencintai ketenangan.
Aiko merasa sangat lega karena kali ini tidak ada seorangpun yang dapat mengganggunya. Aiko masuk dan pergi mencari kelasnya berjalan di koridor sekolah. Sesampainya ia di depan kelasnya, Aiko segera masuk dan ia cukup terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini.
"Ah tidak! sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi! aku akan keluar sebentar lagi!" suara dalam vidio yang Arya tonton.
Aiko tidak sengaja melihat teman sekelasnya yaitu, Arya yang sedang memegang ponselnya di dalam kelas sendirian sambil menonton film dewasa. Arya terlihat sangat serius saat menonton vidio itu terlihat dari wajah seriusnya. Aiko yang melihat itu berpura-pura tidak melihat dan ia hanya pergi untuk mengambil tempat pensilnya.
Lalu tiba-tiba saja Arya yang sedang asik menonton datang menghampiri Aiko. Arya tersenyum menyeramkan sambil menatap Aiko Plak! Aiko segera menampar Arya dan mendorongnya hingga terjatuh. Aiko semakin kesal dan marah dengan kelakuan Arya yang sudah keterlaluan.
"Dasar menjijikan, jangan dekati aku dan biarkan aku pergi!"
Aiko merasa sedikit takut tapi ia berusaha untuk tenang. Ini adalah hal pertama kalinya dalam hidup Aiko diperlakukan seperti ini oleh orang lain. Arya tersenyum dengan wajah mesumnya dan mencoba untuk mendekati Aiko dengan wajahnya yang seperti merencanakan sesuatu.
Aiko mundur ke belakang hingga ia terpojok di tembok. "Hei! ini tidak lucu, apa yang akan kau lakukan padaku?"
Arya mendekatinya dengan berjalan perlahan-lahan . "Sepertinya kau tidak punya pacar, apa kau ingin menjadi pacarku?"
Arya memegang kedua pundak Aiko dan Aiko merasa sangat takut hingga ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi ... saat itu ada seseorang yang melihat kejadian itu, dan orang itu merekam mereka berdua tanpa sepengetahuan Arya dan Aiko. Arya terus menggoda. Aiko semakin takut dan ingin menangis, tapi ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang di situasi seperti ini.
Malam hari terasa sangat dingin dan hawa dingin menusuk kulit. Bintang-bintang yang jauh bersinar gemerlap di langit malam bersama dengan rembulan yang menggantikan peran mentari. Di bawah sinar rembulan, duduklah seorang gadis di depan jendela yang terbuka.
Aiko sedang melamun di meja belajarnya yang berada di depan jendela. Aiko melamun sembari menatap langit malam yang dihiasi oleh bintang-bintang. Pikirannya sangat kacau dan benar-benar tidak bisa berpikir jernih.
Aiko terus memikirkan kejadian yang menimpa dirinya pada sore hari ketika ia datang hanya untuk mengambil tempat pensilnya yang tertinggal. Aiko tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana perlakuan Arya tadi sore kepadanya. Tapi beruntung Aiko bisa lepas dari kejadian itu karena satu hal. Ini adalah momen buruk yang tidak akan terlupakan bagi gadis seperti Aiko.
***
"Huwaaaaaaaa! huhu!"
Aiko menangis dengan kencang dan itu membuat Arya panik. "Hei! hei! tenanglah, jangan menangis..."
Bagaimana bisa Aiko merasa tenang sementara di depannya ada seorang laki-laki jahat dan bejat sepertinya. Aiko menangis semakin kencang dan hanya bisa berharap bahwa ia bisa kabur. Aiko semakin pasrah dan sudah tidak tahu lagi untuk melakukan apa agar keluar dari situasi ini.
Melihat Aiko yang menangis dengan kencang, hal itu membuat hati Arya merasa sangat bersalah. Kemudian Arya membantu membereskan barang-barang Aiko yang terjatuh dan setelah itu pergi menenangkan Aiko yang masih menangis di pojokan. Aiko terus menangis dan tangisannya menjadi semakin kencang.
"Aiko ... kau boleh pergi sekarang, aku tidak akan melakukan apapun padamu" ucap Arya dengan wajahnya yang penuh penyesalan.
Kemudian Aiko yang mendengarnya segera berlari meninggalkan Arya sambil menangis. Setelah itu Arya membereskan barang-barangnya lalu pulang dengan perasaan bersalah. Begitulah yang terjadi hari ini pada Aiko, pada akhirnya Aiko baik-baik saja tapi mental dan pikirannya menjadi sedikit kacau.
Bahkan malam ini Aiko kesulitan untuk tidur karena pikirannya terus membayangkan hal tadi sore. Aiko mencoba untuk tetap berpikir positif dan ia menyetel lagu di ponselnya agar lebih tenang. Kemudian perlahan-lahan pikiran Aiko menjadi lebih tenang dan Aiko bisa tertidur dengan pulas.
Pagi hari telah tiba namun Aiko masih tertidur. Akhirnya ibunya datang dan membangunkan Aiko. "Aiko sayang, bangun ... mau sampai kapan kau tidur terus"
Ibunya terus menggoyang-goyangkan tubuh Aiko sampai akhirnya ia terbangun. Matanya terlihat sedikit merah dan kulit matanya agak menghitam. Aiko tidak bisa tidur dengan nyenyak tadi malam karena kejadian yang terjadi padanya.
Aiko menggosok-gosok matanya sambil melihat jam dinding di kamarnya. "Astaga sudah jam segini!? kenapa ibu tidak membangunkan lebih awal!"
Ibunya menghela nafas dalam-dalam sembari berkata, "Tidak biasanya dan bahkan ini pertama kalinya kau bangun kesiangan. Apa ada sesuatu yang membebani pikiranmu?"
Mendengar ibunya bertanya begitu, Aiko langsung mengalihkan perhatiannya. "Aku bisa telat, jadi nanti saja kita bicarakan hal ini ibu"
Aiko segera berlari ke kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Bahkan saat di kamar mandi, Aiko malah membayangkan kejadian yang terjadi padanya kemarin. Wajah Aiko memerah membayangkan Arya melakukan sesuatu yang bejat kepadanya.
"Kyaaaaaaaaaa!"
Ibunya terkejut mendengar suara Aiko dan segera menghampiri Aiko yang sedang mandi. "Aiko ada apa?! apa kau baik-baik saja nak?!"
Ibunya terlihat sangat panik sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi. "A... Aku baik-baik saja kok Bu."
Ibunya menghembuskan nafasnya dalam-dalam. "Kau jangan mengagetkan ibu nak, ibu mudah sekali khawatir padamu"
Setelah selesai mandi Aiko siap-siap memakai seragamnya. Aiko masih menggunakan seragam sekolah lamanya saat di jepang, karena masih belum mendapatkan ukuran yang cocok untuk seragam barunya. Setelahnya Aiko pamit kepada ibunya dan segera berangkat sekolah dengan tergesa-gesa.
Karena Aiko tidak sempat sarapan, ibunya berinisiatif membawa dua bekal untuk Aiko agar bisa sarapan. Aiko berlari kencang ke sekolahnya dan tubuhnya penuh dengan keringat. Anak laki-laki yang melihatnya langsung berpikir macam-macam tentang Aiko. Lagi-lagi Aiko mendapatkan perlakuan buruk dari orang-orang sekitarnya.
Aiko segera masuk ke kelasnya dan langsung duduk tengkurap di mejanya karena kelelahan. Nafasnya tersengal-sengal namun untungnya hari ini Aiko tidak telat. Tapi entah kenapa Aiko merasa ada yang aneh dengan teman-teman sekelasnya.
"Itu Aiko ... aku tidak pernah menyangka ia akan melakukan hal itu"
"Aku mengira Aiko adalah gadis baik dan polos, tapi tidak ku sangka dia ternyata seperti itu"
"Benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa Arya menikmati barang mewah!"
Orang-orang terus membicarakan Aiko dan Arya dengan kata-kata mereka yang berisik itu. Aiko merasa ada yang janggal dan hal ini membuat Aiko merasa resah. Aiko terus berpikir apa yang dimaksud mereka, kenapa mereka membicarakannya seolah-olah dirinya telah melakukan kesalahan.
Sampai akhirnya satu-satunya orang yang cukup dekat dengan Aiko datang dan bertanya kepadanya, "Aiko ... maaf, aku ingin bertanya satu hal padamu dan kau harus menjawab dengan jujur"
Aiko terlihat kebingungan melihat Temannya, Rika bertanya dengan wajah serius.
"Aiko, apakah kemarin sore saat semua orang sudah pulang. Apakah kau datang kembali ke sekolah?"
Aiko terkejut dan benar-benar terdiam tidak bisa berkata apapun untuk mencari alasan. Terlebih lagi semua orang di kelasnya berkumpul untuk melihat jawaban dari Aiko. Suasana di kelas terasa sangat sesak dan menekan Aiko.
Kemudian Aiko menjawabnya dengan terbata-bata, "Iya ..."
Seketika semua orang langsung terkejut dan tidak menyangka dengan perkataan Aiko. Satu kelas menjadi rusuh dan berbagai pertanyaan mulai menyelimuti Aiko. Aiko merasa panik dan mencoba menjawab pertanyaan mereka dengan tenang tapi karena saking paniknya Aiko tidak bisa menjawab pertanyaan mereka.
Aiko menangis sambil berkata, "Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa dengannya! aku hanya datang untuk mengambil tempat pensilku yang tertinggal karena aku ingin belajar! Lalu tiba-tiba si mesum itu datang dan menakutiku. Huwaaaaaaaa!"
Namun satu kelas tidak ada yang mempercayainya dan pada akhirnya Aiko di cap buruk oleh orang-orang. Perlahan-lahan dalam waktu yang singkat dalam satu hari itu, berita tentang Aiko yang berhubungan seks dengan Arya mulai tersebar meluas. Aiko hanya bisa menangis dan tak bisa mencari pembelaan.
Terlebih lagi pada hari itu Arya tidak datang ke sekolah entah karena apa. Orang-orang berpikir bahwa Arya tidak mau bertanggung jawab, oleh karena itu Arya tidak masuk ke sekolah hari ini. Hati dan pikiran Aiko benar-benar hancur saat ini dan perasaan benci kepada Arya semakin menjadi-jadi.
Sesampainya di rumah, Aiko kedatangan seorang tamu. "Aiko ... silahkan duduk"
Aiko merasa sangat takut melihat ibu dan ayahnya yang berwajah serius. Terlebih lagi siapa orang-orang dewasa ini?! dua laki-laki dan satu wanita datang ke rumahnya. Berbagai pertanyaan muncul di kepala Aiko hingga Aiko hanya terdiam mendengar obrolan mereka.
"Jadi begitu ... hal ini merupakan hal yang lumrah di negara ini ya" ucap ibunya sambil memegang kepalanya.
Ayah Aiko juga terlihat sangat pusing dengan apa yang terjadi. "Hah ... aku benar-benar tidak menyangka akan terjadi hal ini. Padahal belum ada sebulan sejak kami datang ke sini"
Kemudian salah satu tamu pria bertanya kepada Aiko, "Nak Aiko ... maafkan anakku ya. Meskipun kenyataannya kalian tak melakukan apapun"
Jadi pria yang berseragam dan berpakaian rapih ini adalah ayahnya Arya. Lalu wanita yang berpakaian mewah ini pasti istrinya atau ibunya Arya. Lalu siapa pria yang satu lagi yang terlihat memakai pakaian yang biasa-biasa saja.
Kemudian pria yang satu lagi berbicara, "Demi kebaikan kampung ini, meskipun kalian tidak melakukan hal buruk. Kalian harus menikah agar tidak menjadi perbincangan warga-warga sekitar"
mendengar ucapan pria itu membuat Aiko sangat terkejut dan heran. "Apa?! kenapa tiba-tiba aku harus menikah dengan Arya!
Aiko ingin sekali menyangkalnya dan berusaha untuk keluar dari situasi ini. Tapi sayangnya Aiko tidak tahu apa-apa tentang tradisi daerah ini. Karena bagi siapapun yang belum menikah telah melakukan hubungan seksual, maka kedua belah pihak harus menikah. Hal ini benar-benar membuat Aiko heran dan merasa aneh dengan tempat tinggalnya.
Pada akhirnya Aiko tidak bisa melakukan apapun di depan kenyataan ini. Meskipun Aiko sudah menangis dengan begitu kencang, dan memohon sekalipun. Tidak ada yang bisa menghindari kejadian ini, ayah dan ibunya juga tidak bisa membantunya.
Aiko hanya bisa pasrah menerima kenyataan dan ia terus menangis di kamarnya. Membayangkan dirinya akan menikah dengan seseorang yang sangat ia benci. Aiko benar-benar putus asa dan tidak tahu lagi harus berbuat apa agar ia tidak menikah dengan Arya.
pernikahan itu akan disegerakan dalam waktu 2 hari lagi. Aiko sangat kesal sekali dengan keputusan pak RT dan ia menjadi membencinya juga. Bahkan Aiko membenci semua orang termasuk ayah dan ibunya yang tidak bisa membantunya keluar dari situasi ini. Aiko benar-benar terjebak dalam situasi entah berantah ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!