NovelToon NovelToon

PELANGI CINTA BAGASKARA

PERGI KE BANDUNG

Bagaskara keluar asrama sambil menenteng koper hitam yang berisi oleh-oleh titipan kakak dan adiknya dengan wajah lesu.

Jika bukan karena kakaknya akan bertunangan, Bagaskara enggan rasanya untuk pulang kerumah karena banyaknya tugas yang menunggunya disini.

“Ren, anterin ke stasiun kereta cepat halim dong”, ujar Bagaskara sambil melemparkan kunci mobil miliknya kepada bawahan sekaligus teman seperjuangannya itu.

“Siap komandan”, jawabnya dengan sikap hormat dan langsung bergegas masuk kedalam mobil.

Semua orang dimarkas tahu jika Bagaskara lebih senang pulang ke Bandung dengan menggunakan kereta, selain lebih santai dia juga malas jika harus bermacet-macetan dijalan raya.

Apalagi dalam kondisi weekend seperti ini, bisa dipastikan kondisi jalan raya akan padat merayap.

Sementara itu, dibandar udara Halim tampak seorang gadis muda turun dari pesawat dengan senyum lebar “Akhirnya, sampai juga”, ucapnya penuh semangat.

Bayangan keberadaan ketiga sahabatnya menyambut kedatangannya di lobi apartemen dan langsung berebut oleh-oleh yang dibawanya membuat Audry senyum-senyum sendiri.

“Ah, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mereka”, ujarnya sambil melangkah keluar dari dalam bandara dengan hati riang.

Audry yang ingin menghubungi ketiga sahabatnya segera mengeluarkan ponsel dari saku blazernya dan segera mengaktifkannya untuk memberikan kabar jika dia sudah ada dibandara dan tiga puluh menit lagi akan sampai di apartemen, waktu yang pas bagi mereka pulang dari kantor.

Drttttt......

Baru saja ponsel diaktivkan,  panggilan dari bu Maya kepala HRD langsung masuk, membuat Audry menghentikan langkah kakinya sambil menghela nafas panjang sebelum mengangkatnya.

"Halo bu", jawab Audry sopan.

"Posisi? ", tanya bu Maya to the point.

Mendengar pertanyaan bu Maya,  Audry yang merasakan feeling buruk pun menjawab ragu "Loby bandara bu",

"Bagus.  Kamu sekarang segera meluncur ke stasiun kereta cepat halim untuk pergi ke Bandung. Tiket kereta sudah ibu email ", ucapnya datar.

Audry hanya bisa membulatkan kedua mata dengan mulut sedikit terbuka karena terkejut akan perintah dadakan dari kantornya itu.

"Tapi bu... ", Audry yang ingin melayangkan protes segera dihentikan oleh Maya yang kembali bersuara dengan tegas.

"Audry,  no debat", ucapnya dan langsung menutup telepon sepihak.

Audry  hanya bisa mengeram marah sambil membuka email yang baru saja masuk dari kepala HRD nya tersebut.

“Ya Tuhan, apalagi ini....”, gumannya penuh keluhan melihat banyaknya notifikasi pesan dan email yang masuk kedalam ponselnya.

Audry fokus pada email dari bu Maya untuk melihat jadwal kereta cepat yang dipesankan untuknya.

“Oh s***t! ini....”\,meski merasa kesal namun melihat jadwal keberangkatan kereta di tiket yang baru saja dia unduh dari emailnya\, membuat Audry bergegas keluar untuk mencari taxi yang akan membawanya ke stasiun kereta cepat halim.

“Sial! Seenaknya saja memberi perintah mentang-mentang punya kuasa”, Audry berjalan cepat ke parkiran dimana taxi bandara berada sambil mengomel tanpa henti.

Setelah mendapatkan taxi, Audry bergegas memasukkan kopernya kedalam bagasi sebelum masuk kedalam mobil.

Didalam taxi,  Audry menghempaskan tubuhnya ke jok mobil sambil menghembuskan nafas dengan kasar.

Drttt....

Ponselnya kembali bergetar menampilkan serangkaian pesan masuk terus menerus dari group divisi keuangan tanpa henti membuat Audry memijit celah diantara alisnya secara perlahan karena tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut.

"Apalagi ini ya Tuhan....kenapa kerjaan seakan tak ada habisnya ", gumannya mengelu.

Diapun hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar, menatap layar ponsel yang terus berkedip tanpa henti.

Baru saja turun dari pesawat setelah sepekan mengaudit perusahaan cabang yang ada di Makassar, dia sudah kembali mendapatkan perintah untuk meluncur ke Bandung.

Dan sekarang, direktur keuangan membutuhkan beberapa data darinya sehingga Audrypun terpaksa membuka laptop untuk mengirimkan data yang diminta karena sebentar lagi pimpinan divisinya itu akan melakukan rapat dengan para pemegang saham.

Audry rasanya tak diberi waktu untuk bernafas barang sejenak, namun apalah daya dia hanyalah budak korporat yang harus nurut dan patuh apa kata atasan jika tak ingin ditendang.

Setelah selesai mengirimkan email untuk direktur keuangannya, Audry mulai membalas satu persatu pesan dan email yang masuk karena takut ada permasalahan penting yang terlewatkan.

Melihat beberapa pesan di group keuangan tentang adanya kecurangan di proyek yang baru saja perusahaan kerjakan yang ada di Palembang membuat kepala Audry berdenyut kencang.

Jika sudah begini, sebagai ketua tim audit diperusahaannya dia harus turun langsung untuk meninjau laporan keuangan disana tiga hari lagi, membuat kepala Audry seakan mau meledak karena overload.

Ingin rasanya Audry menangis, merasa sangat lelah dengan semua pekerjaan yang seakan tiada habisnya ini.

“Sabar Audry, sabar..... Kamu tidak boleh menyerah sekarang. Bukankah ini sudah menjadi keputusanmu untuk hidup mandiri seperti ini”,Audry pun mensugesti pemikirannya agar semangatnya tak menjadi kendor.

Ya, Audry memilih keluar dari rumah dan bekerja di Jakarta setelah lulus kuliah karena ingin membuktikan jika dirinya mampu berdiri dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa bantuan dan nama besar keluarganya.

Dan hal itu telah dibuktikannya selama tiga setengah tahun ini, dimana usaha kerasnya dengan mengandalkan kecerdasan otak serta keuletannya bisa berada diposisi manager keuangan.

Sebuah posisi yang hingga kini masih menimbulkan pro dan kontra diperusahaannya karena dengan usia yang baru menginjak 22 tahun serta masa kerja yang sebentar dia bisa menduduki posisi tinggi tersebut.

Banyak rumor buruk berkembang mengenai dirinya yang naik jabatan dengan cepat akibat koneksi orang dalam.

Audry yang memang cuek orangnya tak terlalu menanggapi rumor yang menyudutkannya tersebut.

Yang dilakukannya hanyalah bekerja keras dan membungkam mulut semua orang yang selama ini meremehkan dan meragukan kinerjanya dengan prestasi.

Dan keberhasilan dirinya menangani berbagai macam kasus, khususnya yang berkaitan dengan penggelapan dana perusahaan hingga membuat atasannya semakin bangga padanya karena para koruptor diperusahaan bisa dibasmi dengan cepat sebelum menimbulkan kerugian yang lebih besar dimasa depan.

Meski sangat lelah, namun sebagai professional Audry pun mengabaikan kondisi tersebut dan jemari lentiknya terus bergerak cepat, membalas satu persatu pesan yang masuk sambil sesekali menggigit roti yang ada ditangannya untuk menganjal perutnya yang sudah mulai berdemo karena sejak pagi belum terisi.

Setelah sepuluh menit menempuh perjalanan,  Audry pun sampai di stasiun kereta cepat halim yang akan membawanya ke kota kembang.

Audry masuk kedalam stasiun dengan membawa koper ukuran sedang berwarna hitam dan sebuah backpack berisi laptop serta beberapa berkas pekerjaan berwarna senada yang bergelayut manja dipundaknya.

Melihat kereta yang akan dia naiki telah tiba, tanpa membuang waktu Audrypun segera memasuki gerbong kereta dan bergegas mencari nomor kursinya agar bisa cepat beristirahat,  meski hanya sejenak.

"Ini dia.. ", gumannya dan langsung meletakkan koper dikompartemen atas sebelum duduk di dekat jendela sesuai nomor yang ada di tiketnya.

Audry bernafas sejenak sambil menyeruput air mineral dari botol yang dibawanya sebelum dia mengeluarkan laptop dari dalam tasnya dan segera membuka email yang dikirim oleh bu Maya mengenai materi yang akan dia presentasikan besok agar bisa dia pelajari selama perjalanan.

LOVE AT FIRST SIGHT

Entah apa yang menyebabkan bu Maya menugaskannya ke Bandung untuk menemani bigbosnya bertemu dengan investor asing padahal sudah ada dua sekretaris yang mendampinginya.

Audry yang merasa bingung akan keputusan tersebut berusaha untuk tak terlalu memikirkannya dan berniat menjalankannya seperti biasa agar tak tertekan.

“Ah sudahlah. Tak perlu terlalu dipikirkan lagipula aku hanyalah karyawan yang harus patuh dengan perintah atasan jika tak ingin dipecat”, gumannya berusaha cuek.

Setelah selesai mempelajari proposal bisnis yang ternyata isinya tak jauh beda dari proposal bisnis yang biasa dia baca, Audrypun segera mematikan laptop dipangkuannya dan menyimpannya kembali ke dalam backpack hitam yang dia letakkan disamping tubuhnya dan segera menyandarkan kepalanya di kursi.

Baru saja hendak memejamkan mata, suara berisik para penumpang membuat kedua mata Audry kembali terbuka.

“Ada apa sih, berisik sekali”, gumannya dengan wajah kesal.

Teriakan histeris beberapa wanita muda yang duduk tak jauh dari tempatnya membuat Audry yang kembali ingin menutup matapun pada akhirnya  merasa penasaran dan menoleh untuk melihat siapa orang yang telah membuat suasana didalam kereta menjadi ricuh.

Di lorong kereta, tampak seorang lelaki tampan dengan rambut cepak dan berkulit sedikit kecoklatan berjalan menuju tempatnya berada.

Badannya yang tinggi dan tegap serta kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya semakin menunjang penampilan maskulin pria tersebut dan membuat tubuh wanita meleleh dibuatnya.

Namun hal itu tak berlaku pada Audry yang sudah biasa melihat lelaki tampan seperti itu dalam kesehariannya karena jujur saja semua karyawan ditempatnya bekerja semuanya good looking sehingga diapun sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu.

Apalagi melihat potongan lelaki yang mirip seorang abdi negara membuat Audry sama sekali tak berminat karena cukup tahu jika orang-orang seperti itu biasanya akan mencari seorang nakes, entah itu dokter, perawat atau bidan sebagai pasangan mereka.

Jika tidak, sebagian dari mereka biasanya sudah dijodohkan oleh keluarganya dan jikapun mereka menjalin hubungan dengan seseorang biasanya hanya digunakan untuk sekedar mengisi waktu senggang saja.

Meski tak semuanya, namun sebagian besar seperti itu jadi bagi Audry yang memang masih belum ingin menjalin hubungan special dengan lawan jenis pun mengabaikannya.

Bagaskara yang acuh akan teriakan histeris dan tatapan penuh pemujaan dari beberapa wanita yang bangkunya dia lewati tan sengaja kedua matanya bertatapan dengan Audry.

“Cantiknya...”, batin Bagaskara terpesona.

Kedua mata mereka yang tak sengaja bertatapan, membuat jantung Bagaskara berdetak dengan cepat dan seolah waktu berhenti sejenak.

Kedua mata Audry yang bulat cerah seperti magnet yang seakan menghipnotis Bagaskara agar tak mengalihkan pandangannya ke tempat lain membuat musim dingin didalam hatinya berubah menjadi musim semi penuh warna.

Bagaskara merasakan banyak kupu-kupu terbang didalam perutnya ketika senyum manis Audry dilayangkan kepadanya dengan tatapan penuh cinta, membuat wajah Bagaskara memerah seketika karena malu.

Untung saja Bagaskara memakai kacamata hitam sehingga perubahan ekpresi wajahnya yang hanya seperkian detik tak terlihat.

Tapi apa yang Bagaskara lihat tadi semua hanyalah angan dalam benaknya saja karena faktanya Audry hanya menatapnya datar dan segera memalingkan muka dengan cepat.

Tatapan penuh kekaguman yang diterimanya sepanjang lorong menuju tempat duduknya tak Bagaskara hiraukan karena kini tatapan matanya terkunci hanya pada gadis cantik yang telah membuat hatinya bergetar tersebut.

Bunga musim semi dihati Bagaskara mulai tumbuh dengan cepat dan hatinya bersorak kegirangan melihat jika dia mendapatkan tempat duduk disamping gadis yang sedari tadi mencuri perhatiannya itu.

Berusaha untuk jaim, Bagaskarapun kembali menormalkan ekpresinya dengan memasang wajah datar andalannya,.

k\Ketika Bagaskara hendak memasukkan kopernya kekompartemen atas, lengan kekarnya yang terbalut kaos hitam press body membuat beberapa kaum hawa kembali histeris membayangkan tubuh tegap tersebut memeluk erat dan menghangatkan tubuh mereka.

Teriakan para penumpang wnaita tersebut membuat Audry hanya bisa berdecak kesal sambil menatap lelaki yang menjadi biang keributan tersebut dengan wajah kesal.

"Dasar kaum hallo dek, sukanya cari perhatian", batinnya penuh cibiran.

Bagaskara yang menyadari jika Audry sedang memperhatikannya merasa salah tingkah sehingga diapun berusaha menyapa dengan ramah.

“Permisi...”, ujarya basa-basi.

“Silahkan...”, jawab Audry ramah, menampilkan senyum palsu yang tak sesuai dengan isi hatinya yang meruntuki lelaki tampan yang telah membuat keributan dan mengganggu waktunya untuk beristirahat.

Audry yang melihat lelaki tampan itu duduk disampingnya bersikap acuh dan mulai memasang earphonenya agar memperoleh ketenangan karena dia perlu mengembalikan moodnya yang kembali berantakan akibat suara berisik para penumpang akibat kedatangan lelaki yang duduk disampingnya dengan mendengarkan lagu favoritnya.

Setelah mendengarkan lagu dari group idol favoritnya, mood Audry yang semula terpuruk kembali bangkit sehingga diapun berusaha menutup mata untuk merileks kan tubuh dan pikirannya barang sejenak.

Bagaskara yang melihat Audry menutup kedua matanya merasa agak kecewa karena harapannya untuk bisa ngobrol dan berkenalan dengan gadis itu kandas sebelum dimulai.

“Sabar...masih banyak waktu”, gumannya dalam hati.

Bagaskara pun mencoba menghibur hatinya yang sedikit kecewa dengan membaca sebuah buku yang dia ambil dari dalam tas selempang yang bertengger manis dibadannya.

Beberapa wanita muda yang duduk tak jauh dari Bagaskara menatapkan tatapan membunuh melihat Audry tampak cuek padahal gadis itu sangat beruntung bisa duduk dengan lelaki tampan yang sedari mencuri banyak perhatian kaum hawa didalam kereta.

Sementara Bagaskara yang tak menyadari tatapan tajam yang para wanita arahkan terhadap Audry tampak beberapa kali  melirik gadis disebelahnya yang sayangnya tetap setiap menutup kedua matanya padahal Bagaskara sangat berhadap ada pergerakan dari gadis tersebut sehingga bagaskara memiliki kesempatan untuk menyapa.

Sepuluh menit telah berlalu semenjak kereta telah berjalan namun  gadis disampingnya tak juga kunjung bangun hingga suara getaran ponsel membuat hatinya tersenyum ceria.

"Yess ! akhirnya ada kesempatan", batinnya girang.

Drttt.....

Pada awalnya Audry mengabaikannya, tapi ponselnya terus bergetar membuatnya terpaksa membuka mata dengan enggan, membuat Bagaskara yang sedari memperhatikannya dalam diam tersadar dan langsung kembali keposisinya semula, bersikap serius membaca buku yang ada ditangannya.

Dengan kedua mata setengah dibuka,  Audry mengambil ponsel yang ada disaku blazernya.

"Mr. Josh! ",gumannya terkejut.

Kedua mata Audry langsung terbuka sempurna begitu pimpinan perusahaan cabang Makasar yang baru saja dia audit menghubunginya.

Setelah merapikan pakaian dan rambutnya, Audry segera mengangkat sambungan video call yang ternyata melibatkan beberapa petinggi perusahaan tersebut.

Bagaskara melirik kagum akan kepiawaian Gadis itu dalam memberikan jawaban atas pertanyaan kliennya serta kemahirannya dalam berbahasa asing karena mendengar Audry menggunakan bahasa berbeda untuk menjelaskan beberapa pertanyaan dari kliennya yang tampaknya tak semuanya bisa berbahasa inggris.

"Cantik, smart and sexy ",batin Bagaskara penuh kekaguman.

Baru kali ini Bagaskara bertemu dengan gadis yang bukan hanya cantik namun juga cerdas serta tak terpengaruh oleh ketampanan wajahnya yang selama ini sering membuat kaum hawa histeris.

Bahkan beberapa wanita muda yang duduk tak jauh dari tempatnya berada sedari tadi tampak berusaha mencuri perhatianya dan tidak sedikit yang terlihat curi-curi pandang kepadanya.

Ada juga tadi yang berani meminta nomor ponselnya secara langsung,  tapi tak dia tanggapi.

Sementara gadis cantik yang ada disampingnya justru adem ayem dan terlihat sibuk dengan dunianya sendiri.

Bagi Audry, jika sedang fokus bekerja maka dia akan sedikit abai  pada sekitarnya, seperti saat ini.

Setelah usai berbincang dengan kliennya,  Audry yang melihat jika dia masih memiliki waktu untuk beristirahat sebelum sampai ketempat tujuanpun berusaha kembali menutup mata untuk mengisi energinya karena dia tak tahu kejutan apa lagi yang akan diterimanya sesampainya di Bandung.

Melihat gadis cantik disebelahnya telah terlelap diam-diam Bagaskara mengambil gambarnya dan tersenyum tipis.

“Imutnya”, batinnya puas melihat hasil jepretannya.

Foto Audry pun dijadikan wallpaper ponselnya agar dia bisa memandangi wajah gadis cantik yang tidak diketahui namanya itu setiap waktu.

GOSIP

Tampaknya Audry benar-benar tak boleh beristirahat, meski kedua matanya terasa sangat berat namun ponselnya kembali bergetar, membuat gadis itu mendengus kesal.

"Oh Tuhan...kenapa mereka seakan tak membiarkanku untuk beristirahat barang sejenak", gumannya sedikit kesal.

Bagaskara yang melihat mulut Audry mengerucut merasa terhibur dan diapun merasa gemas ingin sekali mencubit pipi bakpao yang mengembung tersebut.

"Duch...kenapa gadis ini sangat mengemaskan. Aku rasanya ingin menggigit pipinya yang bulat seperti bakpao itu karena gemas", batin Bagaskara meracau.

Karena ponselnya tak kunjung berhenti bergetar, Audry pun terpaksa mengangkatnya dengan malas.

Melihat jika panggilan yang masuk adalah panggilan video dari bestie-bestienya, Audry pun perlahan mulai menegakkan badan dan membuka mata dengan semangat.

Dilayar ponselnya sudah terlihat ketiga sahabatnya tampak tersenyum lebar melihatnya bergabung.

Jika dilihat dilayar, semua sahabatnya itu tampak sedang berada diruang kerja mereka kecuali Selvi yang sepertinya sedang berada di mall karena terlihat stand pameran dan banyak pengunjung berlalu lalang disana.

Amel : Halooo bestie - bestieku yang cantik... (sapanya centil). Hey, Audry...kamu sudah mendarat kah ? mana oleh-olehnya ? kamu tak lupa dengan pesananku bukan ? awas saja jika sampai kamu lupa, akan aku buat perkedel kamu nanti (ucapnya dengan kedua mata melotot dan pipi mengembung seperti ikan koki yang sedang marah).

Audry hanya tersenyum tipis melihat sahabatnya yang centil ini memberondongnya dengan berbagai macam pertanyaan dalam satu kali tarikan nafas dengan wajah cemberut seperti itu, membuat rasa kantuknya hilang seketika.

Audry : pesananmu sudah ada dikoperku tapi sayangnya tidak bisa kamu ambil sekarang karena tiba-tiba aku mendapatkan tugas ke Bandung. Dan lihatlah,aku sudah berada didalam kereta sekarang (ucapnya sambil mengarahkan kamera untuk meyakinkan teman-temannya jika dia sedang berada didalam kereta, bukan sengaja berbohong untuk mengusili ketiganya).

Gina : Whattt ! Bandung ! Gagal kumpul dong kita nanti....

Bukan hanya Gina, tapi Amel dan Selvi juga terlihat terkejut mendengar jika Audry langsung ke Bandung setelah mendarat.

Amel : Oh...bestieku yang malang. Kamu pasti capek ya beb....

Audry hanya mengangguk pelan dan kembali menampilkan wajah sedih serta lelahnya kepada ketiga sahabatnya.

Keheningan tercipta sesaat karena Selvi tampak sedang berbincang dengan salah satu pengunjung stand pameran yang menghampirinya.

Sementara ketiganya kembali berbincang untuk mencari tahu kenapa sahabat mereka bisa tiba-tiba ditugaskan ke Bandung untuk menemani bigbos mereka disana.

Stelah selesai memberi penjelasan mengenai unit apartemen yang mereka lounching, Selvipun kembali bergabung bersama sahabatnya yang masih sibuk menerka alasan yang membuat bu Maya tiba-tiba menyuruh Audry bergegas ke Bandung,

Selvi : Jangan- jangan kamu ke Bandung untuk menemani big bos presentasi besok ya...(ucapnya dengan wajah penuh selidik)

Amel : Lho lho lho....kenapa harus Audry yang menemani bigbos. Bukannya sudah ada pak Toni sama mbak Alya. Masak dua sekretaris itu tak bisa menghandel presentasi tersebut sehingga harus merepotkan Audryku (ucap Amel dengan nada protes).

Audry : Aku juga berpikirnya seperti itu. Tapi surat tugas dari bu Maya sudah turun dan mau tidak mau akupun terpaksa harus pergi.

Amel : Ini tidak adil. Apa bu Maya nggak kasihan sama kamu yang pasti sangat capek setelah melakukan audit di Makasar. Apalagi yang aku dengar permasalah disana sangat berat sehingga Alim dan Nesti langsung ijin cuti pulang begitu selesai tugas.

Audry : Jika tahu akan begini jadinya mungkin aku juga akan mengajukan cuti seperti Alim dan Nesti sehingga bisa beristirahat barang sejenak (ucapnya dengan nada lesu).

Audry benar-benar menyesal tak mengikuti saran kedua rekannya yang menyuruhnya mengambil cuti dua hari seperti mereka setelah tugas di Makasar selesai.

Gina : Ya mau gimana lagi. Surat tugas sudah turun jadi harus dijalankan...

Meski sedih akan nasib malang yang menimpa sahabatnya itu namun mereka tetap memberi semangat agar sahabatnya itu kuat menghadapi semuanya.

Selvi yang sedari tadi diam menyimak sambil sesekali mengawasi anak buahnya yang sedang menjelaskan produk mereka di stand pameran pada akhirnya buka suara.

Selvi : Kurasa kepergian Audry ke Bandung ini pasti ada hubungannya dengan mbak Alya karena aku dengar gosipnya dia membuat malu bigbos disana hingga hampir membuat pertemuan yang sudah di tunggu selama enam bulan ini terancam batal.

Amel : Lho lho...iya ta....

Gina : Emang, apa aja yang kamu tau...

Selvipun menceritakan gossip yang beredar di divisi marketing siang ini mengenai bagaimana Alya, sekretaris bigbos yang arogan dan sombong karena orang tuanya dekat dengan keluarga bos besar mereka, keluarga Handoyo melakukan kesalahan dengan sikap sombongnya tersebut yang secara tidak langsung menyinggung klien mereka.

Bukan hanya karena atitudenya yang jelek, semua orang pada akhirnya juga tahu jika ternyata Alya sama sekali tak menguasai bahasa Spanyol seperti yang selama ini dia gembar-gemborkan jika pernah tinggal di negara matador tersebut.

Audry : Benarkah....(ucapnya dengan ekpresi terkejut)

Gina : Jadi semua cerita mengenai mbak Alya pernah tinggal lama di Spanyol itu bohong dong...

Selvi : Lah itu dia, semua orang juga berpikir sama sepertimu. Bukan hanya tidak bisa bahasa Spanyol tapi bahasa Inggrisnya pun juga belepotan sehingga pak Melvin sampai menahan malu dibuatnya. Apalagi sikapnya yang sombong dan tak mau disalahkan itu membuat pak Melvin murka. Mungkin jika tidak mengingat pertemanan dua keluarga yang terjalin lama, mbak Alya sudah pasti langsung ditendang dari perusahaan, bukan dimutasi ke divisi umum seperti saat ini.

Semua orang pun kembali terdiam karena sama sekali tak menyangka jika seorang lulusan luar negeri tak bisa berbahasa Inggris, padahal bahasa itu lah yang mereka gunakan sehari-hari selama kuliah disana tentunya.

Gina : Jangan-jangan ijazah yang dimiliki mbak Alya aspal (asli tapi palsu)...

Semua orang tampak setuju dengan ucapan Gina karena sangat tidak mungkin lulusan dari luar negeri tidak bisa menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar.

Mereka saja yang berasal dari kampus swasta di dalam negeri saja menguasai bahasa Inggris dan sekarang karena tuntutan pekerjaan mereka pun terpaksa harus menguasai bahasa mandarin agar bisa komunikasi mereka dengan klien bisa lancar.

Keempat sahabat tersebut terus membicarakan mengenai Alya dan semua tingkah laku menyebalkannya selama ini dengan penuh semangat.

Maklumlah, gossip panas seperti ini seolah menjadi santapan yang bisa membuat mood seseorang membaik seketika.

Selain bergosip, ketiganya pun membahas hal-hal random yang ada dikantor beberapa hari ini sambil tertawa cekikikan.

Jika ketiga sahabatnya bisa tertawa lepas lain dengan Audry yang sedari tadi hanya mengulum senyum tipis mengingat jika dirinya berada didalam kereta sehingga tak bisa berekpresi lepas seperti ketiga sahabatnya karena tak ingin dianggap mengganggu ketenangan penumpang yang lainnya.

Amel, Gina dan Selvi yang melihat gurat kelelahan diwajah sang sahabat pun mulai memberi semangat pada gadis yang usianya paling muda diantara mereka berempat sehingga sangat disayang.

Selvi : Tenang ya beb...dua hari lagi bonus cair jadi kamu harus semangat

Amel : benar itu beb,  aku lihat tadi bonusmu bulan ini cair banyak (ucap Amel memberi bocoran)

Gina : ganbate bebebku sayang....

Audry yang mendapatkan semangat dari ketiga rekannya merasa sangat bahagia dan hampir menitikkan air mata jika dia tidak ingat sedang berada didalam kereta.

Merasa tubuhnya sangat lelah,  Audry pun segera mengakhiri video call bersama teman-temannya sambil melambaikan tangan sebagai salam perpisahan.

Audry yang capek fisk dan psikisnya pun langsung terlelap dengan earphone masih menempel ditelinganya begitu kepalanya kembali disandarkan.

Bagaskara yang melihat handphone gadis disebelahnya hampir jatuh segera menyelamatkannya sebelum menyentuh lantai.

"Dasar ceroboh ",batinnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Setelah meletakkan ponsel disaku blazer hitam yang dipakai oleh gadis yang duduk disebelahnya tersebut, pandangan Bagaskara terkunci sejenak.

Wajah oval dengan bulu mata yang panjang dan lentik serta kedua alis dengan bulu asli yang membingkai indah,  hidung munggil dan sedikit mancung serta bibir berwarna merah mudah yang sedikit basah dan terbuka membuat nalurinya sebagai lelaki normal bereaksi.

"Bibir itu,  pasti rasanya manis jika aku hisap",batinnya penuh nafsu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!