NovelToon NovelToon

Ingin Di Cintai Oleh Dua Hati

Bab 1 _ Awal Cerita

AWAL

...----------------...

Kota Yogyakarta selalu punya cara untuk membuat setiap orang jatuh cinta, dan Amara adalah salah satu yang terpesona. Saat matahari mulai terbenam, sinar oranye keemasan menyapu jalan-jalan kecil yang dikelilingi oleh warung-warung kopi dan galeri seni. Udara segar yang khas Yogyakarta membuatnya merasa bebas. Di sinilah dia, di tengah-tengah keindahan dan seni, sebagai guru seni di salah satu sekolah menengah yang cukup terkenal.

Pagi itu, Amara terbangun dengan semangat. Hari ini adalah hari pameran seni di sekolahnya, dan semua siswanya sangat antusias. Dengan cepat, dia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, mengenakan kaos putih sederhana yang dipadukan dengan jeans robek, lalu melangkah keluar rumah.

"Let's go, Mara! Hari ini kita bikin karya seni kita bersinar!" ujarnya pada dirinya sendiri, sambil tersenyum.

Sesampainya di sekolah, suasana sudah ramai. Siswa-siswa berlalu lalang dengan karya seni mereka yang dibawa, mulai dari lukisan, patung, hingga instalasi seni yang unik. Amara tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Dia menatap siswa-siswanya, yang penuh semangat, seolah-olah dunia ada di tangan mereka.

Ketika dia berjalan ke ruang pameran, matanya tak bisa lepas dari Rian, sahabatnya yang sudah bertahun-tahun bersamanya. Rian sedang duduk di sudut, bermain gitar sambil menyanyikan lagu yang familiar bagi Amara. Suara lembutnya mengalun, membuatnya merasa nyaman. Dia mendekati Rian dan melingkarkan lengan di bahunya.

"Hey, kamu lagi ngapain di sini? Belum siap untuk pameran?" tanya Amara sambil tertawa.

Rian mengangkat wajahnya, memperlihatkan senyumnya yang menawan.

"Gak, kok! Aku lagi nungguin kamu. Siap-siap, ya? Pamerannya harus bikin semua orang terkesan," jawabnya sambil menyentuh senar gitar dengan lincah.

Amara mengangguk, merasa bersyukur memiliki Rian di sisinya. Dia selalu bisa mengandalkan Rian untuk mendukungnya, baik di dalam maupun di luar kelas. "Iya, kita harus bikin pameran ini jadi momen yang tak terlupakan!"

Pameran seni pun dimulai, dan semua siswa menampilkan karya mereka dengan penuh percaya diri. Amara berkeliling, mengagumi hasil karya siswa-siswanya. Setiap lukisan, patung, dan instalasi memiliki cerita sendiri. Di tengah keramaian itu, matanya tertuju pada satu sudut ruangan di mana seseorang tampak berbeda.

Darren. Seniman baru yang baru pindah dari Jakarta. Amara mendengar namanya dari siswa-siswa lain yang membicarakannya. Darren berdiri di depan kanvas besarnya, penuh konsentrasi. Amara merasa jantungnya berdegup lebih kencang saat melihatnya. Dia terlihat begitu tenang dan berbakat. Dengan rambutnya yang acak-acakan dan tatapan penuh semangat, Darren seperti magnet yang menarik perhatian banyak orang.

"Eh, Mara! Lagi ngapain?" Rian tiba-tiba menyadarkan Amara dari lamunannya.

Amara cepat-cepat berpaling. "Oh, gak, cuma... lagi liat karya Darren," jawabnya, berusaha tidak terlihat tertarik lebih dari yang seharusnya.

Rian melihat ke arah Darren. "Oh, dia! Iya, banyak yang bilang dia jagoan. Tapi ya, semua orang juga bisa jago asal mau berusaha, kan?"

Amara hanya tersenyum. Rian memang punya cara sendiri dalam menanggapi hal-hal, termasuk tentang Darren. "Iya, bener juga. Tapi dia punya aura yang beda, ya? Bikin penasaran."

Ketika acara pameran berlanjut, Amara merasakan ada ketegangan di udara. Dia tidak tahu kenapa, tetapi ada dorongan untuk mendekati Darren. Setelah beberapa saat, dia memberanikan diri untuk mendekat.

"Hey, keren banget lukisanmu! Ini terinspirasi dari apa?" tanya Amara, berusaha terdengar santai.

Darren menoleh dan tersenyum. "Oh, terima kasih! Ini terinspirasi dari pengalaman saat aku tinggal di Jakarta. Banyak cerita yang bisa diambil dari sana," jawabnya dengan suara yang dalam dan memikat.

Amara merasa jantungnya berdebar. "Wah, keren! Aku selalu pengen bisa mengekspresikan diri seperti itu."

Darren mengangguk. "Kalau kamu mau, kita bisa berbagi ide. Mungkin bisa bikin proyek seni bareng?"

Amara merasa seperti terbang. "Serius? Itu ide yang bagus!"

Di saat yang sama, Rian mengamati dari kejauhan, merasakan ada sesuatu yang berbeda. Dia tahu bahwa Amara sangat tertarik dengan Darren, dan meskipun hatinya sakit, dia tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya bisa tersenyum pahit.

Acara pameran berakhir dengan sukses, dan semua orang bersorak-sorai. Amara merasa bangga melihat karyanya dan siswa-siswanya diakui. Saat semua orang mulai pulang, dia melihat Darren berdiri sendiri, merapikan peralatannya.

Tanpa pikir panjang, Amara mendekatinya. "Hey, Darren! Aku senang kita bisa ngobrol hari ini. Kapan kita bisa mulai proyek seni itu?"

Darren menatapnya dengan senyum lebar. "Bagaimana kalau besok? Kita bisa ketemuan di kafe dekat sini. Aku tahu tempat yang asik."

Amara merasa senang. "Oke, deal! Aku tunggu ya!"

Setelah itu, mereka berpisah. Amara berjalan pulang dengan perasaan campur aduk. Dia senang karena bisa dekat dengan Darren, tapi di sisi lain, dia juga tahu Rian akan merasakan sakitnya. Perasaannya semakin rumit.

Malam itu, saat Amara terbaring di tempat tidur, pikirannya dipenuhi dengan gambar wajah Rian dan Darren. Rian, yang selalu setia dan perhatian, serta Darren, yang membawa nuansa baru dalam hidupnya. Dia meraba dadanya, merasa seperti hatinya terbelah antara dua dunia.

"Amara, kamu harus memilih dengan hati," bisiknya pada diri sendiri.

Keesokan harinya, Amara bangun dengan semangat baru. Dia sudah memutuskan untuk menikmati pertemanannya dengan Darren tanpa terburu-buru. Namun, saat dia bersiap untuk pergi ke kafe, dia mendengar suara Rian memanggilnya dari luar.

"Mara! Kamu siap?" teriak Rian, berdiri di depan pintu dengan senyum lebar.

Amara membuka pintu dan tersenyum kembali. "Iya, aku siap! Kita pergi, ya?"

Di dalam hatinya, Amara merasakan ketegangan antara dua pria yang mencintainya dengan cara yang berbeda. Dia tahu perjalanan ini baru saja dimulai, dan dia harus siap menghadapi segala konsekuensi dari pilihannya.

Dalam perjalanan menuju kafe, Amara berusaha untuk tidak memikirkan perasaannya yang rumit. Dia ingin menikmati hari itu, berbagi tawa dengan Rian, dan membiarkan takdir membawanya ke arah yang seharusnya. Karena satu hal yang dia sadari: cinta tidak pernah mudah, dan terkadang, memilih satu hati bisa menyakiti hati yang lain.

Dengan semua pikiran itu, Amara melangkah maju, siap menghadapi dunia yang penuh warna ini. Dan entah bagaimana, dia berharap bisa menemukan jalan yang benar untuk cintanya, yang mungkin akan membawa dua hati yang berbeda menjadi satu.

...----------------...

Ok Guys Jadi Itulah Bab Pertama nya😅😅 Semoga Terhibur ya Guys, Itu adalah Karya yang saya dapat karena gabut banget makanya dapat judul yang begituan Karena Lewat di otak, Dan Itu Juga Yang terjadi Pada Salah satu sahabat ku....

Ok Next Part Guys.....

Bab 2 _Pertemuan Yang Tak Terduga

Hari itu, Amara melangkah penuh semangat menuju kafe tempat dia dan Darren janjian. Dengan hati yang berdebar-debar, dia berharap bisa mendapatkan ide baru untuk proyek seni mereka. Kafe itu terletak di sudut jalan kecil, dikelilingi tanaman hijau yang rimbun. Suasana di sana selalu bikin betah, apalagi kalau ada musik akustik yang mengalun lembut.

Sesampainya di kafe, Amara melihat Darren sudah menunggu di meja dekat jendela, mengaduk kopi sambil memandangi pemandangan luar. Wajahnya tampak serius, tapi begitu dia melihat Amara, senyum lebar langsung menghiasi wajahnya. "Hey, datang juga akhirnya!" ucap Darren sambil melambaikan tangan.

"Maaf, ada sedikit urusan yang harus diselesaikan. Gak enak juga kalau telat, kan?" jawab Amara sambil mengatur napas. Dia segera duduk di depan Darren.

"Enggak apa-apa, santai aja. Yang penting kita bisa brainstorming untuk proyek ini!" Darren berkata dengan semangat. Dia mengarahkan jari telunjuknya ke tumpukan kertas dan pensil warna yang ada di meja. "Aku udah punya beberapa ide yang bisa kita diskusikan."

Mata Amara berbinar mendengar itu. "Wah, penasaran banget! Ide apa yang kamu punya?"

Darren mulai menjelaskan konsepnya, dan Amara tak bisa menahan diri untuk terlibat dalam obrolan. Mereka berbicara dan tertawa, menggali ide-ide kreatif untuk proyek seni mereka. Di tengah-tengah pembicaraan, Amara menyadari betapa mudahnya mereka berkomunikasi. Seolah-olah mereka sudah kenal lama, meski baru bertemu beberapa kali.

"Nah, kita bisa bikin instalasi yang menggambarkan perjalanan hidup, dengan menggabungkan gambar dan objek yang merepresentasikan momen-momen penting," kata Darren, sambil melukis sketsa di kertas.

Amara mengangguk setuju. "Keren! Itu bisa jadi sesuatu yang unik. Kita bisa minta bantuan siswa juga, supaya lebih banyak yang terlibat."

Saat mereka semakin asyik, Amara tidak bisa menghilangkan pikiran tentang Rian. Dia tahu sahabatnya itu pasti merasa aneh melihat Amara begitu dekat dengan Darren. Rian selalu jadi orang pertama yang mendukungnya, dan sekarang dia merasakan ketegangan yang aneh. Namun, di sisi lain, dia juga tidak bisa mengabaikan ketertarikan yang tumbuh dalam dirinya terhadap Darren.

"Eh, Mara! Kamu udah siap buat pertemuan berikutnya?" tanya Darren tiba-tiba, mengeluarkan Amara dari lamunannya.

"Pertemuan? Oh iya! Kapan kita rencanakan?" Amara bertanya, mencoba fokus kembali.

"Bagaimana kalau kita ajak beberapa teman untuk brainstorming di taman? Suasananya bakal lebih asik," Darren menjawab, matanya bersinar penuh semangat.

"Ide yang bagus! Kita bisa ajak Rian juga, dia pasti senang," Amara berkata, namun di dalam hatinya, dia merasakan sedikit kegugupan. Bagaimana kalau Rian merasa tersisih?

Setelah beberapa jam yang penuh dengan obrolan dan tawa, mereka pun menyelesaikan rencana untuk pertemuan di taman. Amara beranjak untuk pulang, meninggalkan kafe dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa hubungan ini bisa jadi lebih rumit dari yang dia duga.

---

Keesokan harinya, Amara mengundang Rian untuk ikut dalam pertemuan di taman. Dia berusaha menjaga suasana tetap ceria. "Rian, kita mau ngadain brainstorming di taman besok. Aku, kamu, dan Darren!" ungkapnya semangat.

Rian mengangkat alisnya. "Darren? Oh, jadi kamu udah deket sama dia ya?" tanyanya, nada suaranya terasa sedikit mengintimidasi.

Amara merasakan tekanan. "Gak gitu, Ri. Kita cuma kerja bareng untuk proyek seni," jawabnya, berusaha meyakinkan. "Kamu juga pasti bakal senang, kan? Kita bisa jadi tim yang solid."

"Ya, ya. Oke deh, aku ikut," jawab Rian, meski wajahnya tampak sedikit ragu. Amara merasa sedikit lega, tapi di satu sisi, dia tahu Rian pasti merasa tidak nyaman.

Hari pertemuan pun tiba, dan Amara merasa gugup. Dia ingin semuanya berjalan lancar. Di taman, suara burung berkicau dan angin sepoi-sepoi membuat suasana semakin segar. Amara datang lebih awal untuk mempersiapkan semuanya, berharap bisa menciptakan suasana yang nyaman.

Tak lama setelah itu, Darren datang, membawa sketsa dan beberapa alat gambar. "Hey, Mara! Keren banget taman ini!" serunya saat melihat sekeliling.

Amara tersenyum. "Iya, kan? Tempatnya asik buat brainstorming."

Setelah beberapa menit, Rian pun tiba. "Sorry, telat. Ada sedikit macet di jalan," ujarnya sambil tersenyum canggung.

Mereka bertiga duduk di bawah pohon rindang, dan Darren mulai menjelaskan ide-ide yang sudah dia siapkan. Amara melihat Rian yang mendengarkan dengan serius, meski dia merasakan ketegangan di udara. Rian tampak berusaha tersenyum, tetapi Amara bisa merasakan ketidaknyamanan di antara mereka.

"Jadi, kita bisa bikin instalasi yang menggambarkan pengalaman hidup dengan visual yang kuat. Mungkin bisa ada elemen interaktif juga," jelas Darren dengan bersemangat.

Rian mengangguk, tapi wajahnya terlihat tegang. "Itu ide yang bagus. Tapi kita harus pastikan semua orang terlibat. Jangan sampai ada yang merasa terpinggirkan," katanya dengan nada serius.

Amara merasa sedikit tertekan. Dia ingin semuanya berjalan baik, tetapi ketegangan antara Rian dan Darren semakin terasa. "Iya, betul. Kita bisa bagi tugas, jadi semua orang punya peran dalam proyek ini," ujarnya mencoba meredakan suasana.

Darren terlihat sedikit bingung, tetapi dia tetap bersikap profesional. "Oke, mari kita bikin daftar tugas. Kita bisa bagi menjadi beberapa bagian, seperti sketsa, desain, dan pembuatan instalasi," katanya sambil mencatat di kertas.

Semua berjalan lancar hingga mereka mulai membahas detail-detailnya. Amara merasa sedikit lebih lega saat melihat Rian mulai berpartisipasi lebih aktif. Mungkin, ini adalah kesempatan bagi mereka bertiga untuk saling mengenal lebih baik.

Setelah berjam-jam brainstorming, suasana mulai membaik. Tawa dan canda pun muncul kembali, dan Amara merasa senang bisa menghabiskan waktu dengan keduanya. Namun, dia juga merasakan dorongan hati yang aneh. Dia mencintai dua orang yang sangat berbeda, dan ini akan menjadi dilema tersendiri.

Saat matahari mulai terbenam, mereka memutuskan untuk pulang. Rian terlihat lebih ceria dan tidak setegang sebelumnya. Amara merasa lega, tapi dia juga tidak bisa menghilangkan pikiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ketika mereka berjalan kembali, Amara memutuskan untuk sedikit mengubah suasana. "Eh, guys! Kenapa kita tidak mampir ke warung kopi dekat sini? Aku traktir," tawarnya, berusaha membangun semangat.

Darren tersenyum lebar. "Wah, seru! Aku setuju!"

Rian mengangguk setuju meski wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran. "Oke deh, aku ikut."

Di warung kopi, suasana semakin santai. Mereka tertawa, berbagi cerita, dan saling mengenal lebih dekat. Amara merasa senang bisa bersama keduanya, tetapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini hanya awal dari perjalanan yang lebih rumit.

Akhirnya, saat malam tiba, mereka berpisah dengan janji untuk bertemu lagi. Amara pulang dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa cinta bisa jadi indah, tetapi juga penuh dengan komplikasi. Dan, di hadapan dua hati yang mencintainya, dia harus menemukan cara untuk memilih tanpa menyakiti salah satunya.

Dengan tekad baru, Amara mengingat satu hal: cinta tidak selalu harus dalam bentuk satu hati. Terkadang, mencintai dua hati bisa jadi pilihan yang lebih sulit, tetapi mungkin juga menjadi perjalanan yang tak terlupakan.

...----------------Happy reading--------------- ...

Nah guys Menyimpang Hatinya, Atau kerap kali Kita sebut "Sasimo" iya ngak😅😅

Buat kalian yang baca Cukup Satu aja Ya!!

Jangan Seperti Amara Dalam Kisah Ini!!

#Jangan ya dek ya!

Ok Next part........

Bab 3 _ Pesta Kejutan dan Pilihan yang Sulit

Pagi Itu Amara terbangun dengan semangat baru. Dia sudah mempersiapkan semuanya untuk pesta kejutan Rian yang berulang tahun. Teman-teman sekelasnya sudah setuju untuk ikut, dan Amara pun merasa ini bisa menjadi kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Rian, sekaligus menunjukkan bahwa Darren juga peduli.

Amara cepat-cepat menyiapkan semuanya. Dia menghubungi beberapa teman untuk membantu menyiapkan dekorasi dan kue. "Geng, kita ketemuan di rumahku jam 3 ya! Semua sudah siap? Kue dan balon udah ada?" tanyanya melalui grup chat.

"Siap, Mara! Bakal seru banget!" balas Lila, sahabatnya yang paling antusias. "Aku bawa kue cokelat yang Rian suka!"

Setelah mengkonfirmasi semua, Amara merasa senang. Dia juga mengajak Darren untuk datang. "Darren, mau ikut bantuin kita untuk pesta kejutan Rian? Dia pasti bakal seneng banget," ungkap Amara saat mereka bertemu di kafe.

"Duh, seru! Aku pasti datang! Kita bikin pesta ini jadi spesial," jawab Darren dengan senyuman yang bikin hati Amara berdegup kencang. “Aku bisa bawa balon, ya?”

"Jadi, kita udah siap!" Amara berkata sambil tertawa, merasa suasana semakin ceria.

Jam menunjukkan pukul 3 sore saat semuanya mulai berkumpul di rumah Amara. Suasana penuh dengan keceriaan dan tawa. Mereka menghias ruangan dengan balon warna-warni dan banner selamat ulang tahun. Amara bahkan menyiapkan playlist lagu-lagu favorit Rian.

"Eh, Mara! Ini semua keren banget!" Lila berseru, mengagumi dekorasi yang mereka buat. "Rian pasti terkejut."

"Harusnya gitu! Dia udah lama nungguin momen ini," jawab Amara, bersemangat. Namun, sedikit cemas menyelimuti pikirannya. Bagaimana kalau Rian tidak suka dengan perayaannya?

Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Rian datang tepat waktu. "Hai, semua! Ada apa ini?" tanyanya, tampak bingung saat melihat suasana meriah.

"Selamat ulang tahun, Ri!" teriak Amara, dan semua teman-teman ikut bersorak. Rian terlihat terkejut, wajahnya langsung memerah.

"Wah, kalian bikin pesta untukku? Ini gila! Makasih banget, guys!" Rian mengucapkan terima kasih dengan senyum lebar. Dia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Di tengah suasana yang hangat, Amara merasa senang melihat Rian tersenyum. Dia berharap bisa menjaga kebahagiaan ini selamanya. Darren juga tampak gembira, dan Amara merasa lega karena keduanya bisa akur.

Setelah potong kue, permainan dimulai. Mereka bermain berbagai macam permainan, dari truth or dare hingga permainan konyol yang bikin semua orang tertawa. Amara merasa bahwa suasana semakin hangat dan akrab. Dia menikmati setiap momen bersam Rian dan Darren, meskipun di dalam hatinya, ada rasa cemas yang menggelayuti.

Setelah permainan, saat malam mulai menjelang, Amara menggandeng Rian ke teras rumah. "Ri, kita bisa ngobrol sebentar?" tanya Amara, berusaha untuk santai meski jantungnya berdebar.

"Kenapa, Mara? Ada yang mau kamu bilang?" Rian bertanya, terlihat penuh perhatian.

Amara menarik napas dalam-dalam. "Aku cuma mau bilang, semoga kamu merasa bahagia hari ini. Kita semua sangat menghargai kamu. Kamu teman yang luar biasa," katanya tulus.

Rian tersenyum, tapi ada yang aneh di matanya. "Makasi, Mara. Aku juga bersyukur punya teman kayak kamu."

Di saat itu, Amara merasa ingin melanjutkan percakapan. "Eh, Ri. Aku mau nanya, gimana menurut kamu tentang Darren? Dia baik kan?"

Rian terlihat sedikit terkejut. "Darren? Kenapa kamu nanya gitu?" tanyanya, nada suaranya berubah serius.

"Ya, aku hanya ingin tahu pendapatmu. Dia kan baru masuk ke dalam kelompok kita, aku khawatir dia merasa terasing," jawab Amara, berusaha terdengar santai.

"Dia baik, sih. Tapi, kamu harus hati-hati. Kadang, orang baru datang bisa jadi punya agenda tersendiri," Rian menjelaskan dengan nada memperingatkan. "Aku cuma mau kamu berhati-hati."

Amara mengangguk, tetapi di dalam hatinya, dia merasa bingung. "Gak usah khawatir, Ri. Aku bisa jaga diri," jawabnya sambil tersenyum, berusaha meyakinkan.

---

Setelah pesta, Amara merasa kelelahan tetapi sangat bahagia. Rian terlihat lebih ceria dari sebelumnya, dan Darren juga tampak puas dengan pestanya. Malam itu, Amara memutuskan untuk mengirim pesan kepada Darren, menyatakan betapa senangnya dia bisa merayakan hari spesial Rian bersama-sama.

"Hey, makasih udah datang! Pesta tadi seru banget, kan?" tulis Amara.

Tak lama kemudian, Darren membalas. "Iya, Mara! Aku seneng bisa bantu. Rian bener-bener senang, kan?"

Amara tersenyum membaca balasan Darren. "Iya, dia pasti bahagia. Kita bikin momen itu berharga buat dia."

Beberapa hari berlalu setelah pesta kejutan itu. Amara mulai merasakan ketegangan dalam hubungannya dengan Rian. Meski mereka masih berteman baik, ada sesuatu yang berbeda. Rian terlihat lebih menjaga jarak, dan Amara merasa sedikit bingung.

Suatu malam, saat mereka bertemu di kafe untuk membahas proyek seni, Rian tiba-tiba berkata, "Mara, aku tahu kamu dekat sama Darren. Apa kamu suka sama dia?"

Amara terkejut dengan pertanyaan itu. "Suka? Maksudmu, aku... aku hanya menganggapnya teman. Kita cuma kerja bareng, Ri," jawabnya, berusaha terdengar meyakinkan.

Rian tampak kecewa. "Tapi kamu menghabiskan banyak waktu bersamanya. Aku khawatir kamu akan melupakan pertemanan kita," katanya, nada suaranya pelan.

Amara merasa hatinya bergetar. "Ri, kamu gak perlu khawatir. Kamu adalah temanku. Aku sangat menghargai kamu," jawabnya, berusaha untuk meredakan suasana.

Rian terdiam sejenak, lalu berkata, "Aku hanya ingin kamu tahu, aku peduli sama kamu. Dan aku gak mau ada yang merusak hubungan kita."

Amara merasakan tekanan di dadanya. Dia menyadari bahwa dia harus memilih. Rian yang telah lama bersamanya, atau Darren yang baru saja masuk dalam hidupnya, tetapi terasa begitu spesial. "Aku juga peduli sama kamu, Ri. Kita bisa terus jadi teman," ungkap Amara, berharap Rian bisa mengerti.

Setelah pertemuan itu, Amara merasa semakin bingung. Hatinya terbagi antara keduanya, dan dia tahu harus segera mengambil keputusan. Suatu malam, saat ia berbaring di ranjangnya, Amara memandangi langit malam, memikirkan masa depannya. Cinta yang rumit ini mungkin membuatnya terjebak dalam sebuah dilema.

Dia teringat saat pertama kali bertemu dengan Rian dan bagaimana mereka menjadi sahabat yang saling mendukung. Namun, saat ia berpikir tentang Darren, dia juga merasakan daya tarik yang tidak bisa dia abaikan.

Amara menyadari satu hal: bagaimanapun, pilihan ini akan sulit. Tapi dia tidak bisa menghindar dari kenyataan. Dia harus berani menghadapi perasaannya dan mencari tahu apa yang sebenarnya dia inginkan.

Dengan tekad baru, Amara berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah pada cinta dan persahabatan. Dia akan menemukan cara untuk membuat semuanya berjalan tanpa merusak hubungan yang telah dibangun.

---

Dalam suasana tenang, Amara memutuskan untuk menulis di jurnalnya. Dia ingin mencurahkan perasaannya dan merenungkan pilihan yang ada di depan.

“Cinta itu bukan hanya tentang memiliki, tapi juga tentang memilih dan memperjuangkan apa yang kita inginkan. Hari ini, aku harus memilih antara dua hati. Dan meskipun sulit, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyakiti siapapun,” tulisnya.

Amara merasa lebih tenang setelah menulis. Dia tahu bahwa apapun yang terjadi, dia akan selalu berusaha untuk jujur pada dirinya sendiri dan kepada orang-orang yang dia cintai.

Dengan harapan baru, Amara bersiap untuk menghadapi hari berikutnya, dan semua tantangan yang mungkin akan datang di depan. Dia sudah bertekad untuk tidak membiarkan cinta mengubah persahabatannya. Mungkin, dia bisa menemukan jalan tengah antara dua hati yang menginginkannya.

...----------------happy reading--------------- ...

😒😒iiih.... Jahatnya Ternyata Gitu ya Sifatnya, Katanya Cewek Selalu Benar Ternyata Omong kosong......

#Jangan ya dek ya

Lanjut Part Semoga sanggup aja ya buat yang baca, tapi jangan Goyah juga hati kalian Karena Lihat kisah ini mau jadi Amara....

Ingat Cewek Tidak Selalu Benar😗😗

Next Part.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!