Sesuai kesepakatan Pak Reno dengan Pak Burhan bahwa Pak Reno akan membelikan mobil untuk Pak Burhan, maka Pak Reno dan Pak Burhan pergi menuju dealer mobil untuk membeli mobil sesuai pilihan Pak Burhan. Pak Burhan pun memilih mobil Avanza berwarna hitam dengan DP sekitar 5 juta. Mobil itu langsung dibayar 5 juta oleh Pak Reno. Setelah itu mereka berdua pulang ke rumah masing masing.
"Gimana mobilnya pak?" Tanya Bu Diyah.
"Besok baru diantar mobilnya ke sini." Kata Pak Burhan.
Keesokan harinya, dealer pun datang dengan membawa mobil Avanza hitam sesuai permintaan Pak Burhan. Keesokan harinya lagi, Bu Diyah dan Pak Burhan mengadakan acara baca doa selamat kecil kecilan, hanya mengundang tetangga disekitar rumah dan seorang ustadz yang akan memimpin untuk membaca doa selamat.
Setelah itu, Pak Burhan menelpon temannya untuk meminta tolong membuatkan kartu rental dengan mengatasnamakan anaknya yang bernama Ali. Dalam kartu tersebut diberi nama "RENTAL MOBIL ALI" serta tidak lupa mencantumkan nomor hp Pak Burhan dan Bu Diyah.
Sama seperti nama rental mobil Pak Burhan, nama toko sembako Bu Diyah pun tercantum nama Ali di spanduknya yang bertuliskan "TOKO ALI".
Mulai dari situ, Pak Burhan memulai rental mobilnya, setiap hari Pak Burhan bekerja sebagai supir taksi. Siapapun yang menelpon untuk dijemput, dengan semangat, Pak Burhan langsung menjemput tanpa aba aba.
Waktu terus berlanjut silih berganti, tidak terasa Bu Diyah mulai menambah jualannya. Yaitu tabung gas elpiji, bensin, dan pulsa. Toko sembako Bu Diyah dikenal sangat rame. Sehingga Bu Diyah mulai berjualan dari ba'da subuh hingga jam 1 atau jam 2 malam karena mengejar target untuk membayar utang mingguan di toko agen.
2 tahun kemudian, Ali sudah umur 5 tahun, Ali masuk sekolah PAUD yang dekat dengan rumah Ali. Pak Burhan pun menambah 1 mobil lagi atau mobil pribadi dari hasil penjualan tanah warisan milik Bu Diyah. Mobil itu dibeli secara kredit dengan DP 25 juta dengan merek Xenia warna abu abu.
Bu Diyah harus membagi waktunya sejak Ali masuk PAUD. Biasanya Bu Diyah membuka warung sembakonya ba'da subuh berubah menjadi jam 10 pagi karena harus mengantarkan Ali sekolah PAUD, menunggu Ali hingga jam pulang yakni jam setengah 10. Begitulah kegiatan keluarga Ali setiap harinya.
Pak Burhan dengan rental mobilnya, Bu Diyah dengan toko sembakonya, dan Ali dengan sekolah PAUD-nya. Hasan pun tiba waktunya masuk pondok pesantren karena sudah lulus SD di dekat situ. Namun tidak dengan Syarif yakni kakak pertamanya, Syarif malahan membuat ulah di pondok pesantren. Akhirnya Bu Diyah dan Pak Burhan setiap Minggu harus ke pondok pesantren Syarif karena selalu dapat panggilan pihak pondok pesantren.
Sampai di pondok, hanya Bu Diyah yang masuk ke kantor. Sedangkan Pak Burhan tidak mau masuk karena takut tidak bisa mengontrol emosinya. Setiap menyampaikan tentang kenakalan Syarif di pondok pesantren, Bu Diyah hanya bisa menangis dan terus meminta maaf. Syarif duduk di sebelah Bu Diyah hanya terdiam mendengarkan teguran dari pimpinan pondok pesantren.
Pak Burhan diluar menunggu Bu Diyah sambil menggendong Ali. Setelah selesai, mereka pamit kepada pimpinan dan Syarif. Saat itu, Syarif selalu minta untuk pulang.
"Mak!! Aku mau pulang Mak!!!" Kata Syarif.
"Sabar yaa..semoga nanti kamu jadi ustadz, jadi anak yang Sholeh yaa.." Kata Bu Diyah sambil mengelus kepalanya.
Akhirnya Bu Diyah, Pak Burhan, dan Ali pun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, kegiatan dilakukan seperti biasanya.
....BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments