Sedang asik merevisi tesisnya, tetiba telpon Zeera berdering. Terlihat nama dosen pembimbing yang menelpon. Zeera segera menjawab telpon nya.
"Baik prof, saya segera ke kampus sekarang." Jawab Zeera, lalu sambungan telpon berakhir.
Zeera membereskan buku catatan dan laptop nya, memasukkannya kedalam tas. Dia menghabiskan es americano yang hanya tinggal sedikit lagi.
Karena terburu-buru, Zeera hampir terjatuh di tangga masuk pintu cafe. Beruntung seseorang menarik tangan Zeera. Mata keduanya bertemu. Zeera cepat tersadar dan menarik tangannya yang masih di pegang oleh pria asing di hadapannya.
"Terimakasih." Zeera sedikit membungkuk kan badan.
"Lain kali hati-hati." Ucap pria bermasker tersebut. Dia tersenyum, terlihat dari matanya yang menyipit.
Zeera hanya tersenyum, kikuk.
"Saya permisi. Sekali lagi, terimakasih." Zeera berlalu.
"Apa boleh aku mengantarmu? Kau terlihat terburu-buru."
Ucapan pria itu menghentikan langkah Zeera. Zeera berbalik badan.
"Tidak usah oppa. Saya bisa naik bus atau taksi." Zeera kembali tersenyum.
"Baiklah. Hati-hati." Balas pria itu.
"Hmm." Zeera kembali membawa langkahnya menjauh dari cafe.
Mata pria itu masih menatap kepergian Zeera. Dia bahkan tersenyum dibalik maskernya.
"Kenapa aku tidak bertanya namanya? Bodoh sekali!" Pria itu memukul pelan kepalanya. Dia kemudian masuk ke dalam cafe.
Langkahnya membawa ke arah private room. Di dalam semua teman-temannya sudah menunggu.
"Darimana saja kau ini, Jungkook-ah? Lama sekali." Protes Jin.
"Maaf hyung, tadi di jalanan sedikit macet. Terus di depan tadi ada sebuah insiden." Jungkook melepas masker nya.
Semua yang ada disana saling tatap.
"Insiden apa kook-ah?" Namjoon bersuara.
"Aku bertemu dengan seorang gadis yang hampir terjatuh. Beruntung aku segera menarik tangan gadis itu."
"Apa kau akhirnya jatuh cinta, eoh?" Ledek Jimin.
"Ah Hyung, jangan menggodaku. Itu tidak terjadi sama sekali." Jungkook tersipu.
"Apa dia cantik?" Selidik Taehyung.
Jungkook memutar matanya ke atas.
"Cantik. Dia memakai penutup kepala."
"Maksudmu, jilbab?" Jin memastikan.
Jungkook mengangguk.
"Wah, benarkah?" Hobi terlihat excited.
"Hmm. Aku jadi teringat sama nuna Aira." Celetuk Jungkook.
Semua melihat kearah Yoongi. Dan pria itu menatap tajam satu persatu member BTS.
"Maaf hyung. Kookie tidak bermaksud mengingatkan Hyung pada nuna. Hanya saja...."
"Sudahlah, jangan dibahas. Lebih baik kita makan sekarang." Yoongi memotong ucapan Jungkook.
Dia sudah tidak mau mengingat masa lalunya tentang Khumaira. Selama hampir tiga tahun, dia sudah berusaha keras mengubur dalam-dalam perasaanya.
Jungkook jadi merasa tidak enak hati. Dia terus membujuk Yoongi untuk tidak marah.
"Aku tidak akan pernah marah padamu, kook-ah. Cepat makan, kalau tidak nanti habis oleh Jimin dan Taehyung." Yoongi menatap lembut Jungkook.
Jungkook mengangguk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selepas bertemu dg dosen pembimbing, Zeera memutuskan untuk pergi berbelanja sayuran, sabun dan kebutuhan lainnya di sebuah supermarket.
Hampir satu jam Zeera berada di dalam supermarket, akhirnya dia keluar dengan dua kantong plastik. Saat berjalan, kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu. Zeera mengentikan langkahnya. Kaki nya dia angkat. Ternyata sebuah dompet yang dia injak. Zeera melihat keadaan sekeliling, kemudian berjongkok dan mengambil dompet tersebut.
"Buka nggak ya? Kalau di kasihkan ke pusat informasi, apa dompet ini akan kembali ke pemiliknya?"
"Atau aku buka aja kali ya? Terus liat identitas pemiliknya dan balikin dompet ini langsung?"
Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Zeera memutuskan untuk membuka dompet tersebut. Dia mengambil kartu identitas, melihat nama dan alamat lengkap si pemilik dompet.
Ternyata alamat yang tertera lumayan jauh dari posisi Zeera saat itu. Mungkin butuh waktu hampir dua jam perjalanan. Zeera mulai menimbang kembali, apakah dia akan mengembalikan dompet itu sendiri? Atau biar saja di serahkan pada pihak informasi supermarket.
Zeera melihat jam dipergelangan tangan kirinya. Menunjukkan pukul lima sore.
"Hmm oke, biar aku anter sendiri aja. Sekalian jalan-jalan. Walaupun bawa barang banyak begini, nggak apa-apa deh." Zeera terkekeh.
Waktu Zeera menang habis untuk mengerjakan tesis, dia tidak punya waktu untuk bersantai. Dan sore itu, dia ingin memanfaatkan waktu bersantainya. Bahkan dia rela jikalau harus berganti kendaraan beberapa kali. Bus, kereta, kemudian bus lagi.
Untuk mengganjal perutnya yang lapar, Zeera memakan roti yang tadi dia beli di supermarket. Sepanjang perjalanan, dia mencoba untuk enjoy. Sesekali membaca Alquran.
Tiba di tempat tujuan. Dia sudah berada di depan rumah mewah. Zeera kembali memastikan alamat yang tertera di kartu identitas.
"Iya, ini rumahnya." Zeera memasukkan kembali kartu identitas kedalam dompet.
Dia kemudian menekan bel yang terdapat di dinding pagar. Seorang security membuka pintu.
"Ada yang bisa saya bantu nona?"
"Apa benar ini rumah nyonya Sun Young?"
"Benar. Nona ada perlu apa?"
"Saya hanya ingin mengembalikan dompet beliau. Saya menemukannya di supermarket daerah Itaewon."
"Sebentar nona, saya akan menelepon nyonya dulu."
Security kembali ke pos, dia menelpon majikan nya. Selang dua menit.
"Mari nona, ikut dengan saya."
"Tapi bagaimana dengan barang bawaan saya, pak?"
"Nona bisa menyimpannya di pos."
Zeera mengangguk. Dia meletakkan dua kantung belanjaannya di pos security. Lalu dia berjalan mengikuti security.
Sampai di depan pintu masuk, seorang bibi menyambut mereka. Dia mempersilahkan Zeera untuk masuk. Zeera mengangguk.
"Silahkan duduk nona. Sebentar lagi nyonya turun. Saya pamit ke belakang dulu." Bibi itu undur diri menuju dapur.
"Iya. Terimakasih." Zeera duduk di sofa.
Tidak lama, terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Wanita setengah baya yang masih terlihat cantik tersenyum ramah pada Zeera. Zeera bangkit dari duduknya.
"Malam nyonya, maaf menganggu waktu istirahat anda. Saya kesini hanya ingin mengantarkan dompet milik anda." Zeera sedikit membungkuk, lalu menyerahkan dompet pada sang empunya.
Nyonya Sun Young mengambilnya. "Terimakasih banyak nak."
"Coba nyonya cek dulu isinya, apa ada yg hilang?"
Nyonya Sun Young mengecek isi dompet dengan seksama.
"Tidak ada. Semuanya lengkap." Dia tersenyum sangat ramah.
"Alhamdulillah."
"Siapa namamu?"
"Zeera, nyonya."
"Kau bukan asli warga negara Korea?"
"Saya asli dari Indonesia."
"Benarkah? Tapi kenapa wajahmu seperti orang Jepang kebanyakan?" Nyonya Sun Young tertawa kecil. Pun dengan Zeera.
Memang tidak sedikit yang menyangka bawa gadis itu terlihat seperti orang Jepang.
Nyonya Sun Young mempersilahkan Zeera untuk kembali duduk. Bibi kembali dari dapur membawa dua cangkir teh hijau dan camilan.
"Silahkan diminum nak."
"Terimakasih nyonya." Zeera menyeruput teh Hijau miliknya.
"Kau menemukan dompetku di supermarket daerah Itaewon, apa kau tinggal di daerah sana?"
"Betul nyonya. Tadinya saya akan menitipkan dompet nyonya pada pusat informasi supermarket. Tapi saya takut dompet itu tidak akan sampai ke tangan pemiliknya. Dan kebetulan saya tidak sibuk, jadi sekalian saja jalan-jalan." Zeera tertunduk menyembunyikan tawa kecilnya.
"Itu sangat jauh dari sini nak. Apa kau bekerja?"
"Tidak. Saya mahasiswi magister jurusan pendidikan."
"Wah hebat. Jarang sekali yang mau mengambil jurusan tersebut."
"Oh ya, kau pasti belum makan malam. Jadi, makan malam lah disini eoh?"
"Eh tidak usah nyonya. Kebetulan ini sudah malam, saya takut kemalaman pulangnya."
"Kau tidak usah khawatir, nanti biar anak saya yang mengantarmu pulang."
"Kebetulan dia juga bekerja di Seoul, dan setelah makan malam, dia akan kembali kesana." Lanjut nyonya Sun terus membujuk Zeera.
"Nah, itu dia."
Zeera mengikuti arah telunjuk nyonya Sun Young. Dia melihat punggung pria dengan rambut sebahu. Pria itu menoleh ketika sang eomma memanggilnya.
Zeera membulatkan mata, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pria itu yang sering Husna ceritakan padanya. Dan saat itu, dia bertatap muka secara langsung.
"Astaghfirullah." Lirih Zeera menundukkan pandangannya.
Nyonya Sun Young memperkenalkan anaknya pada Zeera. Saat pria itu mengulurkan tangannya, Zeera menangkupkan kedua tangannya.
"Eoh, maaf. Seharusnya aku tahu." Pria itu terkekeh kecil.
"Tidak apa." Zeera tersenyum, lalu tertunduk lagi. Pandangan di depannya benar-benar menggoda hati.
"Ayo kita makan, kebetulan makan malamnya sudah siap." Ajak pria itu.
"Eh tidak usah. Saya pulang saja."
Nyonya Sun Young dan anaknya saling pandang.
"Tenang saja nak Zeera, menu makan malamnya halal. Karena kebetulan dia makan makanan yang halal." Nyonya Sun Young melirik ke anaknya.
Zeera hanya membulatkan bibirnya, berkata 'oh'.
Ya, putra nyonya Sun Young adalah Min Yoongi. Salah satu member BTS yang disukai oleh Husna, sahabat Zeera.
Meski bersahabat, Zeera dan Husna memiliki kesukaan yang berbeda. Zeera lebih suka segala sesuatu berbau Bollywood, sedangkan Husna lebih suka hal-hal tentang Korea. Maka ketika pernikahannya batal, Husna lebih memilih kembali kuliah di Korea. Lalu Zeera, dia dikompori oleh Husna agar mau ikut bersamanya meneruskan studi S2 di korea. Padahal saat menempuh pendidikan S1, Zeera memilih salah satu kampus bergengsi di Jawa Barat.
Zeera kali ini tidak bisa menolak. Dia menerima tawaran ibu dan anak tersebut. Mereka hanya makan malam bertiga. Karena kakak Yoongi sudah berkeluarga dan Tuan Min sedang dinas keluar kota.
Selama makan malam, tidak ada pembicaraan yang ketiganya lakukan.
Setelah makan malam, Zeera izin untuk pergi sholat. Yoongi mengajak Zeera ke sebuah ruangan kosong namun tertata dengan rapih. Zeera kaget, karena di ruangan tersebut, tersimpan sebuah Alquran di antara jejeran buku-buku. Ada sajadah juga yang terlipat diatas meja kecil.
"Setelah sholat, akan aku ceritakan padamu." Ucap Yoongi. Dia seolah tahu dengan perasaan terkejut Zeera.
"Hmm baiklah."
Yoongi pergi. Zeera segera masuk ke kamar mandi. Disana dia mengambil wudhu dari keran.
Zeera memang selalu membawa mukenah traveling setiap dia berpergian.
Dia gelar sajadahnya. Memakai mukenah, lalu memulai sholat Maghrib dengan khusyuk.
Selesai berdoa, Zeera bergegas merapihkan mukenah serta melipat sajadah dan menyimpannya ditempat semula. Dia kembali ke ruang keluarga. Disana hanya terlihat Yoongi yang sedang sibuk dengan handphone nya.
"Dimana nyonya Sun Young?" Tanya Zeera. Dia sedang menekan rasa groginya. Yoongi menaruh handphone nya. Meminta Zeera untuk duduk.
"Eomma baru saja keluar, ada keperluan mendadak."
"Padahal aku belum berpamitan padanya."
"Tidak apa. Tadi eomma memintaku untuk mengantarmu pulang."
"Eoh, tidak usah. Biar aku pulang naik taksi saja."
"Mana bisa begitu. Aku sudah mendapat amanah dari eomma. Bukankah kita satu tujuan juga? Apalagi kau seorang wanita. Tidak baik bepergian sendiri." Yoongi kembali asik dengan handphone nya.
"Baiklah. Maaf merepotkan."
Yoongi menatap Zeera. Yang ditatap malah tidak aman jantungnya.
"Aku sama sekali tidak merasa direpotkan."
"Mau pergi sekarang atau nanti?" Lanjut Yoongi.
"Sekarang saja. Biar tidak terlalu malam sampai di apartment." Ujar Zeera antusias.
"Tapi aku harus mengambil barang bawaanku dulu di pos security."
"Barang bawaan mu sudah di masukkan ke dalam mobil."
"Ah, terimakasih tuan."
Yoongi mendelik.
"Kenapa?"
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Panggil nama saja, atau oppa." Suara Yoongi mengecil saat menyebut kata oppa. Tapi Zeera masih bisa mendengarnya.
"Baik o-oppa."
Yoongi menahan senyum. Dia sangat gemas melihat ekspresi Zeera yang malu-malu.
"Ayo." Yoongi bangkit dari duduknya. Di susul Zeera.
Keduanya melangkah keluar rumah. Sepanjang perjalan menuju Seoul, banyak cerita yang keduanya bagikan. Termasuk tentang Husna. Zeera sangat antusias menceritakan bagaimana sahabatnya itu sangat menyukai BTS. Yoongi hanya tersenyum memperlihatkan gummy nya.
"Memang kau bukan army juga?"
"Ah bukan. Aku lebih suka film dan lagu-lagu Bollywood."
Yoongi terdiam. Ucapan Zeera seolah mengingatkan nya tentang seseorang. Tiba-tiba, dia menyalakan musik dan itu membuat Zeera kembali terkejut.
"Aku juga suka mendengarkan lagu-lagu Bollywood. Filmnya juga aku pernah menontonnya beberapa." Yoongi menoleh sekilas dan tersenyum.
Zeera hanya manggut-manggut.
"Lalu tempat sholat tadi?"
"Aku sedang belajar tentang Islam."
"Benarkah?"
Yoongi mengangguk.
"MaasyaAllah."
'Semoga kamu log in, oppa.' Ucap Zeera, hanya di dalam hatinya.
Semenjak kenal dengan Khumaira empat tahun yang lalu, Yoongi memang diam-diam mempelajari tentang Islam. Namun, setelah dia ditinggal menikah oleh Khumaira, Yoongi lebih intens lagi mempelajari tentang Islam disela-sela kesibukannya sebagai seorang idol. orangtua, member BTS, maupun pihak agensi sudah tahu akan hal itu. Dan mereka tidak melarangnya.
Pukul sepuluh malam. Mobil mewah Yoongi terparkir dihalaman sebuah apartment sederhana. Dia keluar terlebih dulu dan mengambil barang bawaan Zeera.
Tangan Zeera hendak meraih kantung belanjaannya, namun ditepis Yoongi.
"Biar aku bawa sampai depan pintu apartment mu." Yoongi melangkah duluan. Sedang Zeera masih terdiam di tempat.
"Cepat Zeera-ya."
"Ah! Iya!" Setengah berlari Zeera menyusul langkah Yoongi.
Keduanya masuk ke dalam lift. Jari Zeera menekan angka tujuh. Tidak ada pembicaraan selama di dalam lift. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Pintu lift terbuka. Zeera keluar terlebih dulu, disusul Yoongi. Keduanya berjalan menuju pintu apartement yang ditempati Zeera dan Husna.
"Kita sudah sampai."
Yoongi masih membawa dua kantung belanjaan Zeera.
"Letakkan saja oppa."
"Tidak. Biar aku bantu bawa sampai ke dalam."
"Ah jangan! Ini sudah malam. Tidak baik seorang pria bertamu malam-malam ke tempat seorang wanita."
"Lebih baik oppa pulang, dan istirahat." Lanjut Zeera.
Yoongi berfikir sejenak, hingga akhirnya dia menuruti perkataan Zeera.
"Baiklah. Next time aku akan bertamu kesini lagi."
"Jangan oppa."
"Kenapa?"
"Aku dan Husna tidak terbiasa membawa teman pria ke apartement. Takut terkena fitnah."
"Oh begitu. Maaf, aku lupa kalau kau dan sahabatmu itu sedikit berbeda." Yoongi mengulum senyum.
"Cepat masuk! Aku tidak akan pergi sebelum kau masuk kedalam."
Zeera segera membuka pintu apartment yang terkunci. Pintu terbuka, dan Yoongi menyimpan dua kantung belanjaan di ambang pintu. Zeera membawanya masuk.
"Istirahat dengan baik oppa."
"Hmm. Selamat malam."
"Malam."
Zeera menutup pintu. Yoongi juga segera pergi.
Zeera membawa kantung belanjaannya di dapur. Dia tidak ada niatan untuk membereskannya, karena sudah terlalu lelah. Zeera pergi membersihkan diri. Guyuran air dari shower membuatnya rileks. Selesai mandi, Zeera segera melaksanakan sholat isya di kamar nya.
Kebetulan saat Zeera pulang, ternyata Husna sudah tertidur di kamarnya. Karena kalau masih terjaga, dia akan menghampiri sahabatnya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari itu Zeera tidak ada jadwal ke kampus, dan Husna baru ke kampus siang hari.
Pagi-pagi sekali keduanya sibuk di dapur memasak nasi goreng dan telor ceplok untuk sarapan.
"Semalem pulang jam berapa Zee?"
"Jam sepuluhan."
"Kamu pulang sendirian? Kok berani sih? Dari sana kesini kan jauh banget Zee?"
"Aku pulangnya dianterin kok."
Husna yang sedang menyiapkan nasi goreng di atas piring, langsung menatap penuh selidik.
"Sama siapa?"
"Yoongi oppa."
Husna yang mendengar Zeera menyebut nama Yoongi, segera mendekat pada sahabatnya itu.
"Yoongi mana?"
"Idola kamu lah. Siapa lagi?" Jawab Zeera datar.
"Jangan becanda deh Zee."
"Aku serius Na."
Zeera duduk, dia dengan santai menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya. Matanya masih memperhatikan Husna yang masih penasaran dengan ucapannya.
Suapan pertama habis ditelan, Zeera meminta Husna duduk. Kemudian dia menceritakan kejadian yang menimpanya kemarin sore. Husna yang mendengarkan cerita Zeera, dia benar-benar dibuat tidak percaya.
"Kamu bukan army, tapi kamu beruntung banget bisa ketemu, bahkan dianterin juga pulangnya. Lha aku yang army, malah nggak seberuntung itu." Husna cemberut.
"Hey. Bukannya kamu pernah ketemu Yoongi oppa ya di pinggiran sungai Han, pas dia kaya lagi galau gitu?"
Husna mengingat kejadian itu, tiga tahun yang lalu.
"Iya sih. Tapi itu cuma sebentar."
"Ah, kapan ya aku ketemu member BTS yang lain?" Lanjut Husna menopang dagunya.
"Udah sih nggak usah terlalu berharap gitu juga kali. Mendingan makan dulu, nanti keburu dingin nasi gorengnya."
Dengan sedikit rasa malas, Husna menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Selepas sarapan, banyak pertanyaan yang Husna ajukan pada Zeera. Mulai dari bagaimana dengan ibunya Yoongi? Suasana rumahnya? Sikap Yoongi yang sebenarnya?
"Dia nggak seperti yang kamu bilang, sikapnya dingin lah, cuek lah. Malahan sebaliknya."
"Udah ah, aku mau nonton film Bollywood dulu." Zeera berlalu ke dalam kamarnya.
Kalau tidak ada kesibukan, Zeera lebih memilih diam di apartment, menonton film-film Bollywood.
Husna merasa masih belum puas dengan cerita Zeera. Dia masih ingin banyak bertanya lagi.
Husna membuka pintu kamar Zeera.
"Ada apa?"
"Kamu udah tukeran nomer telpon sama Yoongi oppa?" Husna nyengir.
Zeera menepuk jidatnya. Lalu menggelengkan kepalanya.
"Ya Allah Zee, padahal itu kesempatan lho. Kita nggak tahu kapan bakalan ketemu lagi." Husna nyerobot masuk dan duduk disamping Zeera.
"Aku mana kepikiran kesitu Husna. Kami terlalu asik ngobrol."
"Yah, semoga aja nanti kami ketemu lagi." Lanjut Zeera tersenyum malu.
"Zeera, kamu suka ya sama dia?" Ledek Husna.
"Nggak tau." Zeera mengangkat kedua bahunya.
Pembicaraan random mereka berlanjut. Acara nonton film pun gagal.
Jam 11 siang, Husna segera bersiap-siap karena akan bertemu dengan dosen pembimbing jam satu siang.
Laptop, catatan, alat tulis, mukenah plus Alquran kecil sudah siap ditas nya. Dia berpamitan pada Zeera, dan sahabatnya itu memberi semangat agar bimbingan kali ini lancar.
"Semoga hari ini kamu juga bisa ketemu member BTS di jalan." Bisik Zeera, lalu dia cekikikan.
"Aku aamiin kan ya." Balas Husna juga dengan ketawa kecil.
Untuk menuju halte bus, Husna menempuhnya dengan berjalan kaki sekitar sepuluh menit an.
Sampai di halte bus. Untuk mengusir jenuh saat menunggu kedatangan bus, Husna membaca Alquran yang dibawanya tadi.
Karena terlalu fokus, dia tidak menyadari seseorang duduk disampingnya dan terus memperhatikan apa yang dibacanya.
Bus datang. Orang tersebut mengingatkan Husna untuk mengakhiri aktivitas nya sejenak.
"Terimakasih." Husna tersenyum ramah.
Orang itu hanya mengangguk dan juga tersenyum dibalik maskernya.
Husna masuk ke dalam bus, mencari kursi kosong. Dan orang tadi juga mengikuti Husna. Dia duduk di kursi kosong disamping Husna. Husna tidak terlalu peduli. Dia kembali mengambil Alquran nya. Mata orang itu kembali memperhatikan buku kecil bertuliskan bahasa yang asing baginya.
"Apa yang kau baca?"
Husna menoleh. Suara yang dia dengar terasa familiar.
"Alquran. Kitab suci umat Islam."
"Kau dari Indonesia?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Hanya menebaknya saja." Orang itu kembali tersenyum dibalik maskernya, karena matanya terlihat menyipit.
Husna yakin dengan suara itu. Hatinya sudah berdebar-debar. Dia atur nafas sedemikan rupa sehingga tidak terlihat grogi.
"Apa kau, Hobi oppa?" Bisik Husna.
Orang itu terdiam, menatap tidak percaya pada Husna.
"Darimana kau bisa menebak seperti itu?"
"Aku army. Aku pasti sangat familiar dengan suara mereka." Balas Husna dengan suara kecil.
Orang itu menatap Husna. Merasa ditatap, Husna jadi salah tingkah. Dia mengalihkan pandangannya.
"Hey." Orang itu memanggil Husna dengan suara pelan.
Husna menoleh, dia benar-benar terkejut saat orang itu membuka maskernya walau hanya sebentar. Untuk beberapa saat, Husna tidak bisa berkata apa-apa.
"Terimakasih sudah menyukai kami." Bisik Hobi.
"Siapa namamu?"
"Husna."
"Mau pergi kemana?"
"Ke kampus."
"Oppa mau kemana? Kenapa harus naik bus?"
"Eoh, itu. Aku hanya ingin suasana baru saja. Sudah terlalu lama tidak naik angkutan umum seperti ini. Rasanya menyenangkan."
"Oppa tidak takut dikenali oleh orang lain?"
"Hmm sebenarnya sih takut ya. Tapi kalau army nya sepertimu, malah aku senang. Karena tidak ada teriakan histeris." Hobi tertawa kecil.
Flashback on.
Asal kalian tahu, sebenarnya itu hanya akal-akalan hobi saja. Hobi berangkat bersama Jimin dan Taehyung saat mau ke agensi. Namun ketika melewati halte bus, tiba-tiba Hobi minta turun dan meminta Jimin serta Taehyung untuk pergi terlebih dulu. Dia beralasan pada kedua sahabatnya itu karena ada urusan mendadak.
Ya betul, memang urusan mendadak. Urusan untuk mendekati seorang gadis berjilbab yang tengah membaca sesuatu dengan serius di halte bus. Dengan memakai masker dan kacamata, dia berjalan ke arah halte bus. Duduk di samping gadis berjilbab itu. Sambil sesekali matanya memperhatikan apa yang dibaca sang gadis.
Flashback off.
Hampir sampai di kampus, Husna berpamitan pada Hobi. Bahkan Husna sempat-sempatnya menitipkan salam untuk member BTS yang lain.
"Husna, boleh aku minta nomor telepon mu?"
"Ah ya, boleh."
"Ketikan nomor mu." Hobi menyerahkan handphone miliknya pada Husna.
Dengan tangan sedikit gemetar, Husna menyimpan nomor telepon nya di handphone Hobi.
Bus berhenti tepat di halte dekat kampus dimana Husna kuliah. Dia berpamitan kembali dengan Hobi. Senyum keduanya mengembang. Padahal Hobi ingin sekali berlama-lama mengobrol dengan Husna. Namun karena waktu dan tempat tidak tepat, maka dia harus merelakannya.
Hobi turun di halte berikutnya. Untuk menuju ke agensi, dia memakai taksi.
Sampai di agensi, semua sahabatnya sudah menunggu.
"Sepertinya kau sedang bahagia Hobi-ah?" Seru Yoongi dengan suara berat nya.
"Haha Hyung tahu saja. Hari ini aku memang sedang sangat berbahagia. Aaaaa" Hobi merentangkan kedua tangganya.
Semua member dibuat heran.
"Kau kenapa Hyung?"
"Ohya, tadi Hyung minta diturunkan di dekat halte bus. Lalu, apa yang terjadi setelah itu Hyung?" Lanjut Taehyung penuh selidik.
Semua member menatap curiga pada Hobi. Pria dengan julukan uri sunshine itu hanya cengengesan.
"Maaf Taehyungie, Jimin-ah. Sebenarnya tadi aku mau menemui seseorang."
"Siapa?" Tanya semua serempak.
"Seorang gadis berjilbab. Saat melewati halte bus tadi, mataku terus saja tertuju padanya. Karena penasaran, makanya aku minta turun."
Jungkook teridam. Dia takut gadis berjilbab itu adalah gadis yang dia temui di cafe tempo hari.
"Bagaiman ciri-cirinya Hyung?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Jungkook.
"Kenapa bertanya seperti itu kook-ah?" Jin bersuara.
"Aku hanya, hmmm..."
"Apa kau takut gadis yang ditemui Hobi itu sama dengan gadis yang kau temui di cafe, eoh?"
"Eh, bagaimana Yoongi Hyung tahu pikiranku?"
"Yoongi Hyung kan cenayang kook. Haha" tawa Namjoon menggelegar. Ditambah dengan tawa Jimin, Taehyung, Hobi dan Jin.
Kemudian Hobi mendeskripsikan ciri-ciri Husna. Dia bercerita sambil terus tersenyum.
"Ah, syukurlah. Berarti beda orang." Jungkook mengelus dada.
"Kau benar-benar jatuh cinta pada gadis itu kook?" Jin menepuk pundak Jungkook.
"Hmm entahlah Hyung. Soalnya belakangan ini terus kepikiran dia." Jungkook menggaruk tengkuknya.
"Apa kau benar-benar menyukainya Hobi shin?"
"Sepertinya begitu joon-ah. Ah, dia cantik sekali." Mata Hobi menerawang langit-langit studio Yoongi.
"Kenapa mereka jadi ikut-ikutan terpesona dengan gadis berjilbab?" Batin Yoongi.
Setelah selesai diskusi dengan pembimbing masing-masing, Husna dan Zeera memutuskan untuk bersantai sembari bercengkrama santai di taman kampus.
Pembicaraan awal tentu mereka membahas perkembangan tesis masing-masing. Namun Zeera segera mengalihkan pembicaraan pada topik lain. Di saat santai, dia ingin merilekskan sejenak pikirannya.
"Na, katanya kamu mau cerita."
"Apa?"
"Soal kemaren pas di bus itu."
"Oh. Hehe."
"Malah ketawa. Emang ada yang lucu."
"Nggak. Aku cuma suka pengen ketawa aja kalau keinget kejadian di bus kemaren."
Zeera mengangkat sebelah alisnya.
"Aku ketemu Hobi oppa di bus."
"Serius kamu? Waaah pantesan aja dari kemarin bawaannya bahagia aja." Ledek Zeera, tertawa.
"Iya. Kita juga udah tukeran nomer telpon."
Zeera yang sedang minum, seketika tersedak. Dia tidak menyangka dengan pengakuan Husna.
"Aaaaa.... Kamu beruntung banget Na. Kalau gitu bisa kapan aja ketemu lagi sama dia." Zeera merangkul Husna.
"Hmmm." Husna tersipu malu.
Dan Zeera terdiam, seperti memikirkan sesuatu.
"Zee, aku pamit duluan ya. Mau ngajar anak-anak ngaji."
"Oke. Tapi nanti jadi kan kita makan malam di cafe biasa?"
"Jadi. Nanti aku kabari lagi kalau udah kelar ya. Assalamualaikum."
"Sip. Wa'alaikumsalam."
Mata Zeera masih menatap punggung sahabatnya itu. Suasana nyaman dibawah pohon membuat Zeera terlena. Dia sejenak memejamkan mata. Bukan tidur, hanya ingin menenangkan suasana hati dan pikirannya.
Zeera yang selalu ceria, memang tidak pernah memperlihatkan kesedihannya pada siapapun. Dia hanya ingin bercerita ketika, memang dia ingin. Dan itu hanya pada sahabatnya, Husna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selepas magrib, Zeera keluar dari apartemennya. Gamis dan jilbab rose pink jadi outfit nya saat itu. Ditambah sepatu cats putih dan tas selempang.
Turun dari bus, Zeera disambut hujan. Beruntung dia sudah sedia payung, karena saat pergi tadi, cuaca memang sudah mendung dan lagi musim hujan.
Dari halte bus ke cafe hanya butuh waktu lima menit dengan berjalan kaki.
Zeera jalan dengan perlahan. Tiba-tiba, seseorang menerobos ingin berteduh dengan payung yang dibawanya. Zeera mengentikan langkah, menatap orang tersebut. Pun dengan orang itu, dibalik maskernya dia sedang tersenyum.
"Kau tidak mengenaliku, eoh?"
Zeera menggeleng lemah.
"Aiih... Kau ini." Pria itu menurunkan maskernya.
Mata Zeera membulat. Pria itu kembali menaikkan maskernya.
"Kau mau kemana?"
"Ke cafe itu." Tunjuk Zeera pada cafe yang hanya beberapa langkah lagi dari tempat dirinya berdiri.
"Tujuan kita sama. Sini, biar aku yang bawa payungnya." Yoongi merebut payung dari tangan Zeera.
Keduanya melangkah beriringan menuju sebuah cafe. Setelah sampai, Yoongi menyimpan payung ditempat yang sudah disediakan di cafe tersebut.
"Apa kau mau ikut ke private room?"
"Ah tidak. Aku menunggu Husna di..." Zeera celingak celinguk mencari meja yang kosong.
"Disana saja." Tunjuk nya pada meja kosong di pojok.
"Hmm baiklah. Aku ke private room ya. Bye."
"Bye."
Zeera melangkah ke meja yang ditunjuknya tadi. Sambil menunggu Husna, dia memesan secangkir Coffe late panas. Untuk mengusir jenuh, dia membuka sosial media miliknya.
Ditempat lain. Selesai sholat Maghrib, handphone Husna berdering.
"Hah! Hobi oppa?" Husna terkejut saat nama Hobi tertera di layar handphone nya.
"Hallo?"
"Kau sudah kelar mengajar anak-anak mengaji?"
"Sudah. Ini juga sudah selesai sholat Maghrib. Kenapa oppa?"
"Aku ada di parkiran masjid. Kau bawa payung tidak?"
Husna terdiam, menutup mulutnya yang menganga terkejut.
"Husna."
"Eh, bawa oppa."
"Aku tunggu ya."
"Baiklah."
Sambungan terputus.
Husna mengambil payung didalam tasnya. Perlahan dia berjalan menuju parkiran. Dia celingukan mencari mobil yang dikendarai Hobi. Hobi segera membuka kaca mobil, melambaikan tangan pada Husna.
Sampai di samping mobil Hobi.
"Ada perlu apa oppa?"
"Masuklah dulu, diluar hujan."
"Tapi..."
"Ayo Husna, hujannya semakin deras. Nanti bajumu basah dan kau bisa masuk angin."
"Ah iya."
"Yah basah oppa, maaf ya." Keluh Husna sesaat duduk di bangku samping Hobi. Dia merasa tidak enak gara-gara payung yang dibawanya.
"Tidak apa. Letakkan payung nya dibelakang."
Husna menuruti. Dia menggosok-gosok telapak tangannya yang dirasa dingin.
"Kau sudah makan?"
"Belum."
"Kebetulan. Bagaimana kalau kita makan di restoran sekitar sini."
"Boleh. Aku punya rekomendasi restoran yang enak disini. Kebetulan aku dan sahabatku sering makan disana."
"Benarkah?"
"Hmmm."
"Astaghfirullah. Aku lupa!" Husna menepuk kepalanya.
"Ada apa?"
"Aku ada janji dengan sahabatku makan malam." Husna terlihat panik.
Hobi memijat pelipisnya. "Aku juga lupa kalau mau makan sama Yoongi Hyung."
"Jadi bagaimana oppa?"
"Kalau sudah terlanjur begini, kita masing-masing telpon mereka dan membatalkan janji kita hari ini. Dan kita lanjut makan malam di sini saja."
"Apa boleh begitu? Kalau mereka marah bagaimana?"
"Paling Yoongi Hyung kecewa, tapi sedikit."
"Sama sih. Zeera juga pasti akan kecewa. Tapi dia tidak akan marah."
Akhirnya, mereka menelpon, dan membatalkan janji makan malam dengan sahabat mereka.
Beruntung Yoongi maupun Zeera tidak marah, meski dari nada bicara mereka terdengar kecewa.
Setelah mendapat telpon dari Hobi, Yoongi keluar dari private room. Matanya mencari keberadaan Zeera. Yoongi berjalan ke arah Zeera.
"Kau masih menunggu sahabat mu?"
Zeera menoleh. "Dia membatalkan janji makan malam nya."
"Oh ya? Kenapa?" Yoongi duduk di hadapan Zeera.
"Seseorang mendatanginya di tempat mengajar mengaji, dan mengajaknya makan malam."
"Aih, ternyata orang itu lebih penting daripada sahabatnya ini." Keluh Zeera disertai kekehan.
"Kau tidak marah padanya?"
"Buat apa marah? Aku tidak bisa marah padanya."
"Hobi juga membatalkan janji makan malam nya bersamaku. Yah ..."
"Kau mau tahu siapa yang diajak Hobi oppa makan malam, eoh?"
"Siapa?"
"Husna. Sahabatku." Zeera tertawa kecil.
"Benarkah? Kenapa bisa kebetulan seperti ini?"
"Ceritanya lumayan panjang sih. Next aku akan ceritakan. Atau, oppa bisa minta Hobi oppa untuk bercerita."
"Lebih baik kau saja yang bercerita."
"Kau ikut denganku ke private room. Sekalian kita makan malam."
"Ah tidak usah oppa."
"Kau tenang saja, aku tidak akan macam-macam."
"Tapi...."
"Kalau disini, aku tidak bisa makan dengan leluasa."
Zeera mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
"Baiklah."
Keduanya menuju private room. Yoongi segera memesan menu makan malam, halal tentunya.
Sembari menunggu sajian makan malam siap, Zeera menceritakan pada Yoongi pertemuan Husna dengan Hobi. Dia bahkan bercerita bagaimana Husna merasa iri dengan dirinya, karena bisa bertemu dengan Yoongi dan ibunya. Zeera tidak berhenti bercerita. Dia memberitahu Yoongi bahwa Husna adalah salah satu army.
"Bukankah kalian juga pernah bertemu oppa?"
"Aku dan Husna?"
"Hmmm. Tiga tahun lalu di pinggiran sungai Han. Saat oppa sedang ada masalah dengan seorang wanita." Ucapan Zeera terdengar hati-hati. Dia tidak mau membuat Yoongi tidak nyaman.
Yoongi terdiam, mengingat kejadian itu. Yoongi manggut-manggut. Tersenyum kecil.
"Jadi dia sahabatmu. Yah, kita bertemu tidak sengaja."
Menu makan malam sudah siap. Keduanya makan dengan khidmat, tidak ada yang berbicara.
Kali ini Yoongi tidak lupa untuk meminta nomor telepon Zeera.
Jam sembilan malam. Yoongi dan Zeera sudah sampai di parkiran apartment. Zeera menolak Yoongi untuk mengantarnya sampai depan pintu apartment. Namun Yoongi juga tetap bersikukuh untuk mengantar Zeera. Akhirnya, Zeera mengalah.
Pertemuan tidak terduga terjadi di depan pintu apartment Zeera. Yoongi dan Zeera bertemu dengan Husna dan Hobi. Keempatnya diliputi rasa terkejut. Terlebih Hobi dan Husna.
"Nanti aku ceritakan di dalam." Ucap Zeera.
"Iya benar. Nanti aku juga akan cerita di apartment. Ayo Hobi-ah, kita pulang. Biarkan mereka istirahat."
"Ah baik Hyung."
Mereka berpamitan. Zeera dan Husna masuk ke dalam apartment.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!