Suara teriakan di samping kos kosan Inez membuat dia merinding, setiap malam tetangganya mengerang kenikmatan, dan racauan seperti ayam betina yang mau bertelur.
Bahkan Inez sering mendengar , suara pukulan di dinding kamar kosnya.
Suara lelaki dan suara wanita bersahutan seperti mendapat hadiah yang menyenangkan.
"Ooohhh, yaa"
"Oooohhh ya"
"Gimana sayang? Mau di luar apa di dalam?"
"Di dalam sayang, biar enak" kata Si cewe, cewe itu bernama Kak Erni, senior perawat Lansia di tempat bekeja Inez saat ini
Inez yang hari ini , hari kedua dia masuk kerja lewat jalur Tenaga kerja yayasan , semalaman ga bisa tidur karena suara berisik tetangganya itu, akhirnya dia kesiangan. Tidak sempat sarapan, dia hanya minum susu hangat untuk menambah energinya di pagi hari.
Inez pagi sekali berangkat, dengan memakai seragam perawatnya berwarna tosca dengan rok selutut dan bertangan pendek, ya, Inez seorang perawat, jalur kursus, kursus perawat Lansia.
Sebelumnya Inez bekerja sebagai TKW di Cina, tapi karena dia ga betah ,sebab, ibunya selalu ingin bertemu. Dan menyuruh Inez kerja di Indonesia saja, agar Ibunya bisa menengok meski hanya Sebulan sekali.
Ibu nya Inez terbilang bukan orang miskin, dia memiliki bisnis kue dengan 3 karyawannya, beliau tidak kesepian, tapi karena Inez anak satu satunya dan ingin mandiri, akhirnya Ibunya merelakan Inez untuk bekerja.
Saat sekolah, Inez sangat nakal, bahkan jarang pulang, pernah terciduk polisi mangkal di jalanan kota, Tapi Inez pastinya menyangkal, karena Inez tidak merasa sedang mangkal, dia sedang menunggu temannya yang membeli barang pesanan dia, entah barang apa, Inez pun tak perduli, di sanalah Inez di tangkap.
Ibunya Inez bernama ibu Anita langsung memberi jaminan bahwa anaknya masih sekolah dan tak mungkin kerja seperti itu.
Inez selalu di manja, tapi dia selalu membangkang, mungkin karena didikan ibunya yang hanya memberi uang tapi tidak di beri kasih sayang, ibunya selalu berangkat pagi pulang malam , karena punya toko kue.
Mereka jarang komunikasi, bahkan setiap malam, ibunya selalu menolak bila di ajak diskusi soal sekolahnya. Inez anak pintar tapi dia nakal, Guru guru sering memberi peringatan pada bu Anita, tapi Bu Anita cuek saja, toh ,nilai nilai Inez masih sangat bagus, bahkan dia selalu peringkat satu.
Sebagai anak dari pedagang Kue, Inez sama sekali tidak suka kue, dia membenci kue! bahkan jika ibunya mau mewariskan bisnis kue, Inez tidak mau mengurusnya, dia lebih baik cari uang sendiri.
Hingga akhirnya , dia mendaftar Kursus Lansia setelah kepulangan dia dari TKW di Cina.
Selama 3 bulan kursus, Inez sangat terampil, dia selalu lulus tiap ada tes ujian. Hingga 3 bulan terlewati, dia pun di salurkan di Panti Jompo Asih. Panti Jompo orang orang elit.
Di sana dia harus merawat seorang kakek bernama ,Kakek Wijaya.
Hari pertama Masuk , Inez pun langsung di tunjuk untuk merawat Kakek Wijaya, Kakek Wijaya adalah seorang pengusaha sukses, dengan memiliki berbagai usaha di kota. Tapi dia tidak mau di urus oleh anak anaknya, dia ingin berada di panti jompo. Pak Wijaya hanya memiliki satu anak bernama Pak Arya, dan Pak Arya pun hanya memiliki satu anak bernama Angga.
Angga lah yang setiap hari datang menjenguk kakeknya, karena Angga dulunya sangat di sayang oleh Kakeknya.
Ketika orang tuanya sibuk berkarir, yang membesarkan Angga adalah Kakek Wijaya seorang diri.
Ibu Panti bernama Ibu Miranti, beliau memiliki kedisplinan tinggi, hingga para Lansia di sini terawat semua, satu lansia satu perawat agar optimal dalam merawat pasiennya. Gaji di sini pun tak main main, 10 juta perbulan, bagi para lansia tua yang miskin, jangan masuk ke sini deh, soalnya sangat mahal bulanannya, hanya untuk lansia pengusaha sukses saja.
Inez duduk di sofa kantor bu Miranti.
"Inez, hari ini hari kedua, Inez sudah mengerti kan apa tugas Inez?" Miranti masih sedikit ragu, karena kakek Wijaya, adalah kakek terkaya di panti Jompo ini.
"Mengerti bu" ucap Inez
"Besok lagi, datang lebih pagi, kalau bisa sebelum Kakek Wijaya bangun tidur, kamu sudah di sini, gimana bisa?"
"Bisa bu, saya pasti bisa"
"Bagus ,ibu suka semangatmu, sayangilah, Kakek Wijaya, seperti kakekmu, terkadang mereka rewel seperti anak kecil terkadang galak dan terkadang mereka menangis"
"Khusus kakek Wijaya, dia tidak memiliki masalah tersebut, dia cocok buat pemula seperti mu, dia selalu hidup sehat hingga kini, makanan juga selalu sehat dan mahal, tidak boleh terlewatkan memakan buah Apel"
"Oh iya, saat pagi, kamu harus mencucikan seprei tidur, karena Kakek Wijaya tidak mau memakai seprei yang sama setiap hari, dan kamu tenang saja, baju kakek Wijaya sudah ada yang mencucikan, beliau masih bisa berjalan meski lemah, jadi kamu tak perlu mengangkatnya, dia bisa jalan sendiri meski hanya pelan pelan, ibu Harap kamu sabar ya?"
"Iya bu"
"Ya sudah , sana ke kamar kakek Wijaya, jangan lupa jadwal jadwal kebiasaan dia di hafalkan agar kamu terbiasa"
"Iya bu Miranti"
Inez pun keluar dari ruangan bu Miranti, dia pergi ke ruangan penyimpanan barang perawat.
Locker milik Inez bernomor 35. Dia masukan tas dan semua barang berharganya.
Bahu Inez pun di tepuk oleh kak Erni, tetangganya yang setiap malam anu an bersama pacarnya yang emang ganteng.
"Hei, kamu baru ya?"
"Iya kak!"
"Kamu kebagian ngurusin kakek mana?"
"Kakek Wijaya"
"OMG, dia kakek terkaya di sini, kamu beruntung, kalau gue yang mengurusi dia, pasti gue mau jadi istrinya"
"Ko istri kak?"
"Iya, lumayan, dia udah tua, warisannya banyak, kita akan mendadak kaya"
"Bukannya kak Erni, punya pacar?"
"Oh, si Dion? Iya dia pacar Gue"
"Semalaman kalian ngapain sih kak? Berisik banget"
"Maaf yah! Heheh, si Dion emang Hyper, ya gimana lagi, gue juga heheheh"
"Maksudnya?"
"Ah, jangan sok bego! Umurmu berapa sekarang?"
"23 kak"
"Uda dewasa, masa lo ga tahu hal begituan?"
"Gak tahu kak, selama ini aku hanya kerja dan kerja"
"Ah bohong, gue ga percaya, lumayan juga lo, tarif berapa?"
"Astaga, kak? Aku ga begitu?"
"Baik baik, aku percaya! Palingan juga ga lama lagi"
"Ga lama apa kak?"
" hehehehe , engga , gak apa apa"
"Udah sana, lo kerja, keburu ngomel bu Miranti"
"Iya kak".
Inez pun pergi langsung ke kamar, Pak Wijaya.
Dengan Rambut di ikat cem pol, terlihat sangat cantik, bahkan Pak Wijaya yang sudah tua sampe melotot.
Melihat penampilan Inez di hari keduanya ini, pak Wijaya lebih sopan, tidak cerewet.
"Pak Wijaya, sudah makan?"
"Belum mbak, belum makan"
"Baiklah, ayo saya suapi"
"Mbak Inez hari ini cantik sekali"
"Terimakasih pak, padahal aku biasa saja pak"
Sambil gemetar, pak Wijaya berdiri .
"Bapak mau kemana?"
"Saya mau pipis, Mbak Inez tunggu di sini saja ya, aku bisa sendiri" ucap Pak Wijaya.
Pak Wijaya pun di tuntun hingga masuk kamar mandi.
Pintu pun di tutup, karena pak Wijaya malu.
Pak Wijaya pun keluar masih dengan berjalan yang bergetar sempoyongan dia pun duduk di kasur. Sambil dipegang tangannya oleh Inez.
"Gimana pak, mau makan di sini atau jalan jalan?"
"Jalan jalan ayok, soalnya mataharinya bagus"
"Baik kek, sebentar aku siapkan dulu"
Inez pun membuka kursi rodanya dan membantu Kakek Wijaya untuk duduk.
"Ayo kek! Hati hati"
Kakek Wijaya tidak sungkan di peluk oleh Inez,
Karena kakek Wijaya bukan kakek mata keranjang, dia kakek yang realistis dan berpendidikan, terutama dia beragama dengan baik.
Bahkan malah, saat kami jalan jalan, kakek Wijaya bilang.
"Inez, kamu anak baik, kalau bisa rok mu jangan pendek, besok lagi beli yang panjang ya?"
"Kenapa emang kek?"
"Ga enak, kakek, lihat cewe seksi"
"Kenapa ga enak kek?"
"Ah kamu ini, mancing mulu, kakek anggap kamu cucu kakek! Kamu baik"
"Gimana kakek tahu aku baik?"
"Kakek ini, lelaki, bisa membedakan mana Wanita perawan dengan yang engga"
"Emang kalau yang ga perawan ga baik ya kek?"
"Ga gitu juga sih, cuman seumur kamu, masih bisa menjaga, itu sih hebat Inez"
Dari kejauhan ada mobil pajero hitam, dan yang pasti itu mobil orang kaya, dia berhenti di depan gerbang panti.
Keluar lah, sang cucu, bernama Angga.
"Kakek!"
"Cucuku itu, angga namanya"
"Iya kek"
Angga langsung memeluk kakeknya.
"Kek maaf aku baru ke sini, eh kakek udah punya perawat?"
"Iya, kenalkan nama dia Inez"
"Iya, tuan nama saya Inez"
"Jangan panggil tuan, kita sepertinya seumuran, panggil saja Angga"
"Baik Tuan Angga"
Mata Angga melirik ke arah Inez.
"Angga, jangan pake Tuan, panggil saja Angga"tegas Angga.
"Oh, iya Angga"
Angga pun menggantikan Inez mendorong kursi roda kakeknya.
"Kakek, ibu dan Ayah sibuk sekali, sampe sampe mereka tak ingat ulang tahunku kek"
"Sabar kamu, ayah ibumu bekerja untuk kamu juga, kamu anak yang paling di sayangi mereka"
"Kemarin, Angga melihat, ayah dan ibu bertengkar lagi"
"Kenapa lagi?"
"Entahlah, kata ibu, Ayah selingkuh, tapi ayah menyangkal itu, ayah bilang ibu fitnah, entah mana yang benar, Angga ga tahu"
"Kamu ga usah ikut campur urusan orang tua, yang penting hidupmu tidak susah itu sudah cukup"
Angga berbincang dengan kakeknya, sementara Inez hanya mengikuti dari belakang.
"Aduh kakek mau pipis lagi"ucap Kakek Wijaya.
"Sini biar Angga betulkan keteter nya"
Keteter adalah saluran penampungan kencing, untuk para orang tua yang tak bisa bangun ke kamar mandi, tadi kakek Wijaya sudah pasang sendiri di kamar mandi.
Angga langsung membetulkan Keteternya. Inez kagum dengan keahlian dan rasa Sayang Angga pada Kakeknya.
"Inez, kamu bisa pasang alat keteter ini?"
"Bisa, aku sudah belajar"
"Kamu canggung atau tidak?"
"Tidak, karena itu pekerjaan saya"
"Baiklah, makasih yah, jika aku tak ada di sini, mohon bantuannya menjaga kakek ku"
"Iya, Angga, tenang saja, saya lulusan perawat lansia terbaik ko"
Angga tersenyum pada Inez.
Kakek Wijaya melihat, ada kecocokan, tapi Angga sudah memiliki kekasih sejak dulu, yaitu Wina.
Kakek Wijaya, meski sudah tua dia terus saja memikirkan cucunya itu.
Dia memikirkan bagaimana caranya setelah dia mati, Angga tidak akan kesepian, dia bisa mendapatkan wanita yang setia dan menerima keadaan Angga.
Inez hari ini bisa bangun pagi, karena kak Erni tidak di datangi pacarnya, jadi kos kosan hening tanpa suara apapun. Semalam Inez bisa tidur nyenyak.
"Jam 4, sebaiknya aku mandi dan langsung ke panti"
Inez langsung bersiap, sesuai dengan saran Kakek Wijaya, Inez tidak memakai Rok, tapi mengganti dengan celana panjang.
"Aku siap"
Inez datang ke panti masih gelap, dia langsung menuju ke kamar kakek Wijaya.
Saat berjalan ke kamar Kakek Wijaya. Inez mendengar di kamar kakek Long Tian, ada suara wanita yang mendesah desah.
Aaah
Aaah
Aahhh.
Inez yang penasaran, dia pun mengintip ke jendela yang gordennya sedikit terbuka.
Ternyata, itu Kak Erni, dia sedang main kuda kudaan dengan kakek Long Tian, kakek itu cina kaya raya, dan yang menjadi perawatnya adalah Kak Erni.
Inez langsung lari menuju kamar kakek Wijaya, jantung nya berdebar kencang, karena melihat pemandangan tadi.
"Astaga, pantas saja ,kamar kak Erni hening, berarti semalaman dia tidur di sini bersama kakek Long Tian"
"Iiihh, ko mau sih?"
Inez langsung masuk ke kamar kakek Wijaya.
"Kek, bangun, udah pagi, kakek mau mandi?"
"Apa??? Oh , Inez?"
Terlihatlah Pipis kakek wijaya berceceran, karena keteter kakek Wijaya penuh"
"Inez bersihkan ini dulu ya kek?"
"Iya"
Inez dengan rajin mencopot keteter, dan di cuci.
Lalu Inez mengepel lantai agar bersih.
Setelah selesai, Inez pun membangunkan lagi kakek Wijaya.
"Kek bangun, ayo mandi"
"Iya ayo, kakek mandi sendiri saja, kakek masih bisa"
"Iya kek"
Sementara kakek Wijaya mandi, sesuai dengan keinginan kakek Wijaya, Sprei di ganti, karena memang sudah kotor kena pipis kakek Wijaya.
Inez menggantinya dengan yang wangi dan baru.
Inez pun menyiapkan handuk dan pakaian kakek.
Seprei kotor akan di cuci setelah kakek mandi.
10 menit kemudian, kakek Wijaya selesai mandi, dan tubuh telanjang tanpa busana. Inez langsung mengambil handuk dan mengelap seluruh tubuh kakek Wijaya hingga kering.
Kakek Wijaya pun di dudukan di kasur dan di pakaikan baju.
Mulai baju dan celana. Semua di pasang kan oleh Inez, seperti sedang mengurus seorang Ayah.
Inez sangat telaten, kali ini dia mencuci seprei kotor, meski baju ada yang mencucikan, Inez tetap cucikan sekalian dengan Seprei.
Lalu Inez jemur di depan kamar kakek, terlihatlah, kak Erni keluar kamar kakek Long Tian dan dia diberi uang, lalu di kecup oleh sang kakek.
Dalam hati Inez.
"Apakah kak Erni se miskin itu?, sampai sampai tubuhnya di jual pada kakek kakek"
Inez yang sangat menjaga tubuhnya, dia sampai saat ini tak mau memiliki pacar, padahal Inez adalah wanita yang sangat Cantik, langsing, putih.
Setelah semua selesai sekarang jam menunjukan. Pukul 7, waktunya makan, dengan telaten, Inez menyuapi kakek Wijaya.
Kakek Wijaya yang masih memiliki gigi, dia tidak repot memakan apapun yang keras dan alot. Ayam goreng dan daging masih bisa di makan.
"Kakek mau buah?"
"Iya, mau, kupaskan ya?"
"Iya kek"
Sambil di depan kamar, Inez dan kakek Wijaya duduk, datanglah lagi Angga.
"Kakek, aku bawa kue buat kakek, nieh nez ini buat kamu"
"Engga makasih"
"Loh ko, engga? Maksud kamu apa?"
"Aku ga suka kue"
"Loh, aneh, kalau cake ini?"
"Maaf aku juga ga suka itu"
"Loooooh, kok kamu Aneh, kamu ga suka kue kue kenapa?"
"Ga kenapa kenapa , aku ga suka saja" sahut Inez.
"Kamu takut gemuk ya"
"Bukan, aku tak takut gemuk, emang aku ga suka"
"Aneh, semua cewe itu suka yang begini"
"Iya, itu cewe lain, kalau aku ga suka sih, mau gimana?"
"Hah, aneh kamu!" hahah.
Inez merasa minder di tertawakan seperti itu.
"Angga sudah, namanya kesukaan dan tidak suka tidak bisa di paksa"
"Iya kek, maaf. Inez maaf yah?"
"Iya, Angga ga apa apa ko"
"Ya sudah kamu sudah makan?"
"Sudah tadi di kos kosan sebelum ke sini"
"Baiklah, gimana kek, enak kuenya?"
"Enak, ini kan kue kesukaan kakek"
Inez pun melihat , kue yang di sukai kakek wijaya, ternyata kue di toko ibunya, bertuliskan logo ,Anita Cake.
Inez langsung merasa kesal. Tapi di tahan, karena sejak dirinya kursus dan bekerja di panti ini, ibunya tak ada menghubungi Inez sama sekali.
Hubungan anak dan ibu ini, tak pernah akur, sejak Inez tahu bahwa ibunya selingkuh, dan menyebab kan ayahnya meninggal kecelakaan saat meninggalkan rumah, karena bertengkar, dengan ibu yang selingkuh. Itulah Awalnya, Inez menjadi nakal dan tak menuruti Ibunya, karena gara gara ibunya selingkuh ayah yang paling Inez sayangi pergi untuk selamanya, ayahnya meninggal setelah bertengkar dengan ibunya.
Ayahnya Inez adalah orang kaya, ibunya Inez juga orang kaya, tapi karena mereka menikah tanpa restu orang tua, akhirnya mereka menikah tanpa persetujuan orang tua.
Sehingga kekayaan mereka tidak di bawa hingga kini.
Inez pun belum pernah bertemu dengan kakek nenek dari ayah atau ibu, lost contact, tidak ada hubungan sama sekali hingga kini.
Setiap Inez tanya kakek dan nenek dimana, ibu tak pernah menjawab.
Setahu Inez pokonya kakek neneknya dari kedua orang tuanya adalah kaya raya.
Sejak saat itu, Inez memutuskan saat sekolah nakal dan mandiri setelah selesai sekolah, inez tidak mau kuliah.
Melihat Inez yang seperti kesal, kakek Wijaya langsung meminta Inez membawanya ke taman dengan kursi roda, seolah seperti seorang kakek sendiri, Kakek Wijaya tidak sungkan meminta tolong.
"Inez kakek mau jalan jalan"
"Iya kek"
Inez langsung dengan sigap mengambil kursi roda, sedangkan Angga, duduk sambil makan kue buatan Anita Cake, yaitu tidak lain adalah ibunya Inez.
Melihat keakraban, Inez dan Kakek Wijaya, Angga merasa tenang.
Angga memandang , kebaikan dan keramahan Inez pada kakeknya.
"Dia sangat baik, aku jadi tenang bila tak setiap hari ke sini" ucap Angga.
Angga masih kuliah, tapi dia sudah memiliki kekasih, dan mereka saling mencintai.
Kedua orang tua mereka juga setuju, tapi tidak dengan kakek Wijaya.
Kekek Wijaya, tidak suka dengan Wina karena anak yang manja dan suka kekayaan, bahkan sombong, sekalipun,Wina tak pernah mau datang ke panti Jompo, mungkin karena Jijik juga.
Didikan orang tua Wina menjadikannya seorang anak yang angkuh.
Kakek Wijaya, khawatir, kegagalan anak anaknya akan terulang lagi pada cucu satu satunya itu.
"Angga, adalah anak baik, menurut kamu dia tampan tidak?"
"Tampan kek, Angga adalah lelaki tampan"
"Jika Angga belum punya kekasih, kakek ingin menjodohkanmu dengan dia"
"Kakek, maaf, aku tidak bisa"
"Kenapa?"
"Kan Angga sudah punya kekasih"
"Iya, jika kamu mau, kakek bisa jodohkan kamu"
"Jangan kek, aku orang miskin, aku tidak sepadan dengan Angga"
"Jangan begitulah, kakek tahu kamu mau"
"Maaf, kek, aku tak mau, aku tak cinta pada Angga"
"Cinta bisa menyusul, kakek yakin kalian berjodoh"
"Maaf kek, aku ga bisa"
"Pikir pikir lagi saja, kalau kamu mau, kakek bisa atur"
Inez pun terdiam tidak mau mengomentari, karena sudah menolak tiga kali tandanya memang tidak mau, inez tidak mau menikah tanpa cinta, maka dari itu, sampai sekarang dia belum memiliki pacar.
Kakek Wijaya pun, semakin melihat Inez seperti menolak, malah Kakek Wijaya semakin penasaran dengan perawatnya itu. Inez wanita muda dengan kecekatan bekerja mengurus orang tua seperti dirinya, adalah wanita yang hebat dan berbakat.
Semakin hari semakin Membuat Kakek Wijaya yakin bahwa Inez adalah istri yang cocok untuk cucunya.
Hari itu dimana kakek Wijaya tidak bisa menggerakan kakinya, dengan sigap Inez merawat kakek Wijaya dengan tulus, terlihat dari Inez memijit dan mengurut kaki kakek Wijaya, dengan minyak urut.
Sebenarnya hampir setiap hari, Angga dan Inez terus di jodohkan, dan di tanya oleh Kakek Wijaya. Tapi sampai sekarang Inez dan Angga menjawab tidak, karena di antara mereka hanyalah, Pekerja dan majikan ,tidak akan pernah lebih dari itu.
Satu bulan berlalu, dimana Inez akan mendapatkan gaji Fantastis nya. Inez menunggu di depan ATM.
"Satu Bulan bekerja keras, semoga gaji ku bisa aku tabung dan membuat usaha sendiri, pokonya aku tidak mau meneruskan bisnis Anita Cake, biarlah ibu cari pewaris lain" ucap Inez.
Akhirnya giliran Inez yang membuka ATMnya, betapa kagetnya Inez di dalam rekeningnya ada 20 juta, Inez takut, maka dia pun hanya mencairkan 10 juta, lalu di simpan di kamarnya.
"Kenapa jumlahnya 2 kali lipat? ini harus aku tanyakan pada Bu Miranti"
Dengan berjalan kaki, sekitar 500 meter, Inez terburu buru, untuk bertanya perihal gaji dirinya double.
"Selamat siang bu"
"Siang, Ada apa kamu ke sini Inez?"
"ibu, maaf saya mengganggu"
"Oh tidak apa apa, kamu jangan sungkan ,kenapa?"
"itu bu anu, anu bu"
"Ko malah anu anu saja? kenapa Inez?"
Inez gugup, akhirnya Inez mengurungkan niatnya memperlihatkan Rekening pribadi milik Inez. Karena sesuai informasi kerja, bahwa yang langsung menggaji Inez adalah langsung majikan bukan pihak Panti Jompo.
"Ada apa Inez?"
"ibu, aku sudah satu bulan bekerja dan hari ini aku gajian, aku sangat senang sekali, aku, berencana mengajak ibu makan makan, ini hanya untuk berbagi"
"Untuk apa kamu begitu? kamu rayakan lah gajimu dengan teman temanmu, bukan dengan ibu"
"Aku hanya ingin, merasakan memiliki ibu, yang bangga di beri hadiah oleh anaknya"
"Memangnya, ibumu tidak bahagia jika kamu memberinya hadiah?"
"Tidak, semenjak kepergian Ayah, aku sudah menganggap Ibuku hanya teman keluarga, bukan Keluarga Inti seorang ibu, sampai kapanpun aku tak akan mengemis kasih sayang darinya" tegas Inez.
Akhirnya Inez menceritakan kejelekan ibunya sendiri.
Mendengar cerita Inez, akhirnya membuat Miranti Iba, dan menerima ajakan Inez.
"Baiklah, kapan kamu mau mengajak ku makan?"
"Hari ini saja, aku akan tunggu, silahkan bu Miranti bersiap siap?"
"Baiklah, tunggu ya"
Ibu Miranti pun bersiap dan membawa tas simpelnya.
"Ayo berangkat, oh ia, kamu libur begini, kakek Wijaya dengan siapa?"
"Ada kak Siti, yang gantikan aku , karena hari ini jatah aku libur bu"
"oh baiklah, ayo kita keluar"
"Ayo bu!, mau naik taksi?"
"Boleh, memang restauran nya jauh ya ?"
"Lumayan jauh Bu, soalnya ini restaurant kesukaan aku dan Ayahku datangi" ucap Inez.
Dalam hati bu Miranti
"Inez sebenarnya sangat membutuhkan kasih sayang ibunya, tapi dia gengsi mengutarakan cinta pada ibunya, sepertinya setelah dari sini, aku akan mendatangi ibunya dan menceritakan semua sikap Inez yang menganggap Bu Miranti adalah ibunya.
20 menit kemudian, tibalah mereka di restaurant kesukaan Inez. Tanpa Inez sadari di sana pun ternyata ada bu Anita yang sedang makan bersama seorang lelaki yang entah siapa lagi, karena Inez lupa siapa pacar ibunya saking sering berganti ganti.
"Ibu Miranti suka apa? pesanlah, di sini ayam gepreknya enak"
"Ibu ikut yang kamu pesan saja ya? soalnya ibu ga mau merepotkan kamu"
"Baiklah, Ayam geprek saja, aku pesan dulu ya bu, ibu tunggu di sini"
Akhirnya saat Inez hendak membayar , dia melihat ibunya duduk bersama lelaki, dan mereka berpegangan tangan, seperti sepasang kekasih.
Dalam hati Inez,
"Apa mungkin , itu lelaki yang selama ini, hidup nya di biayai ibuku?, ah Aku ga perduli, yang penting aku sudah ga mau tahu urusan ibu"
Setelah selesai memesan dan membayar, Inez dan Bu Miranti pun menunggu makanannya matang. Ibu Miranti memang kebetulan belum makan tadi pagi, hingga saat di ajak Inez, Bu Miranti sangat bahagia.
Ibu Miranti, hanya sebatang kara, hidupnya di habiskan untuk di panti jompo, dia tidak pernah menikah, demi menjaga Panti Jomponya sukses dan bisa mendapat pahala merawat orang tua.
Panti Jompo ini adalah Warisan Ayahnya, makanya Miranti tak mau bekerja yang lain, demi menjaga sisa sisa peninggalan Ayahnya.
Akhirnya makanan datang, Inez dan Bu Miranti terlihat sangat bahagia, selama makan ,mereka berbicara hal yang asik, mereka memang akhirnya menemukan kecocokan dalam hal hobi dan kesukaan.
"Ibu Miranti, makasih, sudah mau menemani saya makan, hari ini aku sangat bahagia, sekali lagi terimakasih"
Ibu Miranti langsung membelai rambut Inez.
"Selama ini, belum pernah ada perawat yang ingat bahwa aku ini adalah ibu Panti, setelah mereka mendapat gaji, mereka lupa denganku, makanya ibu kagum dengan kebaikanmu Inez"
"Ah, ibu bisa saja, aku begini, karena ingin berbagi saja ko, dan aku boleh anggap ibu sebagai ibuku?"
"Tentu boleh dong, kenapa engga?, aku malah senang jika kamu sering sering mengajak aku keluar" ucap Bu Miranti.
"Siap Bu!"
Inez tertawa bersama dengan bu Miranti.
Tiba tiba, dari belakang, berdirilah Anita bersama lelaki barunya.
"Inez?"
Inez pun berbalik. Seketika Inez terdiam. Dan tidak berkata Apa apa.
"Inez, ibu senang bertemu Inez, kenapa kamu menghindar nak?, oh ia kenalkan, ini kekasih ibu, dia lelaki pilihan Ibu"
"Ibu silahkan pergi dengan pacar ibu, maaf jika aku belum berkunjung, aku masih sibuk bekerja ibu"
Lalu ibu Miranti berbicara.
"Siapa ini Inez?"
"Ini ibuku"
"Ooowh, salam kenal, namaku Miranti aku adalah Ibu Panti, tempat kerja Inez sekarang".
"Salam kenal, aku ibu kandungnya Inez namaku Anita, dan ini kekasih ku, namanya Doni.
Ibu Miranti pun mulai mengerti kesedihannya, Melihat prilaku ibunya yang memang seperti Wanita tanpa harga diri, berganti ganti pacar, akhirnya Ibu Miranti tahu, sikap pendiam Inez karena dirinya di abaikan ibunya sendiri.
"Baiklah, aku pergi dulu, bu Miranti, Aku titip anak aku ya?"
"oh, siap ibu siap! aku pati akan menjaga Inez" ucap bu Miranti.
Bu Anita tanpa sepatah katapun dia pergi, dia tak mengajak Inez berbincang, dia cuek, malah bercanda terus dengan Doni pacarnya itu.
Bu Miranti langsung memeluk Inez.
"Sabar kamu, dia itu ibumu"
Inez langsung menangis, di pelukan ibu Miranti, dan ibu Miranti berusaha menenangkan Inez.
"Sabar ya, Inez anak kuat, Ibu yakin kamu bisa melewati cobaan ini".
"Terimakasih, ibu mau menemaniku makan di sini, jika aku sendirian ke sini, mungkin tadi aku akan di bully bahwa aku tak ter urus , aku miskin, dan tak kunjung sukses, diledek oleh ibuku sendiri"
Akhirnya Ibu Miranti pun menasehati Inez.
"Inez, meski ibu kamu berbuat kesalahan, kita sebagai anak harus tetap berbuat baik, karena Surga ada di telapak kaki ibu, mungkin sudah Watak ibumu dia tidak puas dengan hanya satu lelaki, atau mungkin ibumu punya penyakit kelainan dalam hormon, sehingga dia tidak bisa mengendalikan nafsunya, menurut ibu, saat kamu libur, gunakan lah waktu itu untuk bertemu dengan ibumu, cobalah mengerti dirinya, karena semakin tua, orang tua semakin ingin di mengerti, kamu perawat Jompo harus tahu dasar dasarnya, Ibumu sama, dia minta di mengerti, kamu harus bawa ibumu ke dokter cek darah dan hormonalnya, saat saat begini, adalah waktu yang tepat agar kamu dan ibumu memiliki kualitas komunikasi yang baik"
Akhirnya Inez faham, maksud Ibu Miranti, diapun berhenti menangis, kesedihan Inez berubah jadi kepercayaan diri untuk mencoba memahami sifat sifat ibunya bahkan mencoba memahami penyakit apa saja yang membuat ibunya jadi mudah bernafsu pada laki laki.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!