NovelToon NovelToon

Matilda BAD GIRLS IN THE SCHOOL

01 - Matilda Dara Lisna

Sore itu di jam pulang sekolah SMA negeri 12 Kota Surabaya, Terdapat seorang gadis cantik spek bidadari sedang mengikuti latihan cheerleader di sekolahnya.

Dia adalah Matilda Dara Lisna, gadis nakal berumur 17 tahun, tak ayal teman-teman nya menyebut dia bad girls karena di sekolahnya dikenal selalu buat onar yang hobi membolos.

Dengan kaos team cheerleader tanpa lengan dengan rok menjulang ke atas dia berteriak lantang membentuk formasi segitiga.

Disamping ada sahabatnya Karina, dengan formasi sama, mereka kompak menekuk satu kaki dengan saling merangkul, sisa satu tangan keatas sambil memegang aksesoris pom-pom.

"WOOOO"

Sebagian siswa yang belum pulang melihat sambil ikut memeriahkan dengan sorakan tepuk tangan mengarahnya, ada juga yang menggosipkan nya dari belakang.

"Gadis cantik tapi sulit untuk di dekatin"

"Iya lagi, mana tubuhnya ramping, rambut nya berponi kuncir kuda, Macam mana gue bisa jatuh cinta padanya"

"Omong-omong si dia akhir bulan ini mau pindah sekolah ke Jakarta, sayang banget sekolah ini kehilangan salah satu bidadari nya"

"Tapi gue bersyukur, setidaknya mengurangi murid nakal disini"

Matilda tiba-tiba melompat ke atas dengan gaya memutar badan dan di tangkap oleh teman nya yang di bawah, membuat para murid semakin bergemuruh heboh.

PRITTT

Peluit sudah dibunyikan oleh guru pendamping

"Hari ini cukup latihan nya, kalian bisa pulang dan beristirahat" Katanya dengan suara lantang sambil bertepuk tangan.

Sambil meminum es di kantin dia ditemani oleh Karina yang sedang mengobrol kan sesuatu dengan nya.

Matilda tampak mengerucut bibir saat ditanya tentang kepindahan nya.

"Padahal gue sudah nyaman sekolah disini, kalau papah gue enggak ada kerjaan di jakarta mah gue tetap disini" Keluh Matilda

"Enak lu di jakarta, punya teman-teman gaul yang high class, yakali nanti lu juga bisa dapat cowok tampan" Sahut Karina menggoda sedikit

"Ish mana ada ya, gue lebih nyaman sendiri dari pada ada cowok makan hati" Matilda mengelak membuat Karina sedikit terkekeh.

"Pacaran sama gue aja yuk" Kata Karina terus menggoda sahabat nya.

"Ogah, gue masih normal ya goblok" Protes Matilda dengan nada tinggi.

Tak butuh lama mereka pulang ke rumah masing-masing, saat dirumah Matilda di samperin ayahnya untuk mengobrol serius dengan nya.

"APA JAKARTA SELATAN!!" Pekik Matilda saat tau lokasi dimana dia akan pindah kota, jauh-jauh sebelum nya Pak Burhan sudah mengurus berkas-berkas perpindahan sekolah putri nya, dia tak main-main tentang rencananya.

"Kalau kamu engga ikut, kamu mau sama siapa? Ayah di pindah kerja sesuai permintaan atasan" Jawab Pak Burhan dengan lembut menghadapi putrinya yang sedang protes.

"Tapi ayah tau kan jakarta selatan bagaimana?" Kata Matilda, seakan dia akan menolak permintaan pindah ke Jakarta Selatan, karena saat dia kecil pernah berseteru dengan pria yang ada di kota itu.

"Papah sudah membeli rumah juga disana, dekat kantor papah kerja, nanti tempat sekolah kamu juga lumayan dekat dari rumah, kamu nanti papah belikan motor untuk fasilitas kamu di sekolah"

"Tapi pah— gimana nanti Matilda beradaptasi disana? murid-murid nya high class semua" Katanya terus memprotes.

"Papah pastikan tempat sekolahan kamu bakalan cocok dan cepat beradaptasi"

Matilda menghela nafas sambil menyender di penyangga bangku dengan wajah sebal.

"Iya, iya deh Matil nurut" Kata Matilda sambil berbalik menuju kamarnya untuk tidur.

Lima hari kemudian.

"Gimana Matilda sudah siap?" Pekik ayahnya dari bawah sambil membawa tas dan koper perpindahan nya.

Rumahnya juga sudah sebagian kosong tanpa barang, hanya menyisakan bangunan kosong yang nantinya akan dijual Pak Burhan.

Sisa barang nantinya akan dikirim melalui pembantunya yang ada disana.

"Bibi nanti tolong barang Matilda cepat dikirim ya, untuk lokasi rumah barunya nanti Matilda share lokasi" Kata Matilda yang berbicara dengan Bu Ida pelayan setia nya di rumah.

"Baik non, siap" Jawab Bu Ida dengan senyum ramahnya.

20.00 Jakarta Selatan

Matilda dan Pak Burhan telah sampai di kota tujuan, melihat indahnya bangunan pencakar langit di malam hari, mereka menunggu jemputan dari bos kerjaan nya Pak Burhan.

Matilda ijin untuk berkeliling terlebih dahulu melihat keindahan malam di kota ini sebelum sampai rumah nya.

"Tak jauh berbeda dari Kota Surabaya" Gumam Matilda pada diri sendiri.

BREM!!

BREM!!

Tiba-tiba Matilda yang sedang fokus makan bubur kacang di salah satu kedai dekat terminal mendengar suara gerungan motor yang berhenti tepat di depan nya.

Matilda menoleh untuk melihat pengendara itu turun dari motornya, saat dia membuka helm full face nya Matilda tersedak makanan hingga reflek meminta minum ke pedagang.

Namun sial nya pundak Matilda bersentuhan dengan pundak cowok pria itu, membuat Matilda yang tidak suka disentuh cowok marah-marah tak jelas.

"Jangan modus ya sentuh-sentuh gue" Katanya yang penuh tatapan galak.

Cowok itu menstabilkan reaksi, menghiraukan sambil duduk memesan bubur.

Matilda mengambil minuman teh hangat manis yang telah dia pesan dan kembali ke tempat duduk nya.

Saat cowok itu sudah menghabiskan dia membuat reaksi tak terduga dengan pandangan dingin yang begitu menakutkan.

"Ngapain lu liatin gue" Katanya sambil melihat perawakan cowok itu, dengan tubuh tinggi, rambut rapih bergaya two blocks, berkumis tipis dan bermata hazel

Suka banget

Di dalam hati Matilda saat melihat cowok itu yang sedang menatap dingin mengarahnya.

"Jangan rese" Jawab cowok itu lalu pergi meninggalkan Matilda pakai sepeda motornya.

"Idih, dingin banget si tuh cowok" Matilda bergumam pelan sambil membayar makanan, karena papahnya sudah memanggilnya di balik telepon genggam nya.

Mereka melanjutkan perjalanan ke rumah diantar Pak Samsul selaku atasan dari ayahnya.

"Gadis kecil pak Burhan sekarang sudah tumbuh cantik ya" Goda sedikit pak Samsul dari bangku depan sambil melihat pandangan ke kaca yang memantulkan wajah Matilda.

Diketahui pak Burhan dengan pak Samsul adalah rekan sekolahnya dulu, kini bekerja bareng di satu perusahaan.

Perbedaan jabatan tidak mempengaruhi pertemanan nya.

Matilda mengerut kening saat bapak-bapak menggosipkan nya dari depan "Ah berhenti jangan gosipin Matilda um" Protes nya dengan sebal menunjuk ke arah pak Samsul.

Pak Burhan sedikit terkekeh saat melihat wajah panik nya Samsul

Sampai rumah barunya Matilda masuk, rumahnya lebih besar dari yang sebelumnya. Dibelakang juga ada kolam renang, lampu serba emas dengan tembok berwarna putih tanpa noda.

Matilda sangat suka, karena berasa tinggal di Istiana, dia duduk sambil rebahan di bawah sejuknya pendingin ruangan yang terpampang di tembok atas.

Gaya tengkurap dengan mengelus gemas bantal sofa dengan desahan kecil nya.

Tak lama pak Samsul pun berpamitan, Matilda mengucapkan rasa terima kasih nya sambil melambaikan tangan mengarah pada mobilnya yang sudah melaju dari rumahnya.

"Kamu tidur ya Matilda, persiapan untuk masuk sekolah nanti" Titah Pak Burhan membuat Matilda menuju kamarnya yang penuh dengan warna keunguan.

Barang-barang pribadi nya pun sudah tersusun rapih dikamar, Dia terjun ke ranjang dan siap bermimpi indah.

02 - Murid Pindahan

Perawakan yang ideal, rambut berponi garis, dengan kuncir kuda di belakang rambut nya — Menegaskan tubuhnya yang tadinya sedang gugup.

Dari arah gerbang sekolah, Matilda menatapi gedung sekolah barunya yang ada di Jakarta Selatan, dia terlihat santai sambil menghela nafas melihat banyak siswa siswi yang masuk dengan gaya highclass nya.

SMA Nusantara

itu lah nama sekolahnya, gadis itu sambil melihat perawakan dirinya, seperti aneh rasanya memakai seragam baru dengan rok kotak-kotak, kemeja putih dengan balutan v-neck warna biru.

Matilda melangkah kan dirinya untuk masuk dari gerbang sekolah, dengan hembusan angin yang menerbangkan anak rambut di dekat telinga nya.

"Cantik" Kata para siswa disana yang melihat keanggunan wajah gadis belia itu.

Matahari terik pagi itu, menyinari lapangan sekolah. Terlihat para murid berandalan sedang berbaris di gerbang kedua sekolah.

"Ini apa?" Omel Pak Feri memegang sebungkus rokok yang ditemukan dari saku celana Apit. Pemuda yang semalam ketemu dengan Matilda di area dekat terminal.

"Terus itu juga apa" Lanjut nya sambil menunjuk kemeja putih yang keluar dari celana.

Apit merapatkan bibir sambil menunduk tak berdaya.

"Niat sekolah apa mau jadi preman kamu?" Semprot Pak Feri.

"Jadi petarung MMA pak" Sahut Niko dengan celatuk nya.

Pak Feri mengalihkan pandangan ke Niko sambil melihat kemeja putih yang keluar kusut dari dari celana.

"Niko Sanjaya!" Koar Pak Feri membuat Niko terkaget-kaget

"Mampus" Bisik Ilham terkikik sedikit.

"Mana dasi kamu? Masukin baju kamu! Rambut juga panjang sudah kaya jamet mau bapak gundul?" Omel pak Feri mengarah ke Niko

Niko menggeleng kepala sambil memohon "Untuk masalah rambut, tolong nanti Niko rapihkan habis pulang sekolah"

Pak Feri melihat perawakan Ilham secara detail "Kamu Ilham cepat masuk jangan lihatin dua murid ini" Titahnya super galak

Ilham masuk setelah di beri perintah, melewati kedua teman nya sambil melambaikan tangan berwajah meledek.

Apit menoleh sinis "Curang lu ya bisa lolos hukuman" Protesnya

"DIAM! Bapak tidak menyuruh kamu untuk bicara, cepat push up 50 kali"

Kedua murid itu menjawab kompak "Iya Pak"

Apit melengos keras dan menuruti permintaan Pak Feri — Mulai mengambil posisi untuk menidurkan tubuh dengan topangan kedua kaki nya.

"Mulai"

Apit dan Niko memulai push up bersama dengan wajah tak biasa.

"Satu — Dua —"

"Badan harus tegak lurus jangan hanya pantat yang bergerak" Pak Feri terus mengomel tanpa henti sambil menabok nya sedikit.

"Ah gara-gara lu sih buang sampah sembarang, mana diliat um kumis tebal ini" Protes Apit dengan bisikan ke Niko.

"Mana gue tau kalau ada um ini tiba-tiba dibelakang jewer telinga" Jawab Niko dengan desisan.

"JANGAN NGOBROL" Tegas Pak Feri memberhentikan bisikan mereka.

"Sadis amat pak, kan kami ga sengaja buang sampah sembarangan" Keluh Niko membela diri.

"Udah gausah banyak protes, masalah buang sampah emang bukan masalah tapi melihat penampilan kalian yang bawa rokok hingga rambut gondrong kaya jamet itu melanggar aturan sekolah, cepat dilanjut!" Titah pak Feri

"Lu sih ah kalau ga buang sembarangan, rokok gue bakal aman, untung masih ada Vape" Ketus Apit pada Niko.

"DIBILANG JANGAN NGOBROL!"

Apit mendecak keras dan melanjutkan push up sampai selesai dengan nafas terengah-engah.

Setelahnya mereka berbaris untuk di beri pencerahan sedikit dari Pak Feri "Kalian tuh hargai orang tua kalian, mereka sudah capek-capek cari uang buat sekolahin kalian, kalau mereka melihat kelakuan kalian di sekolah apa ga kasian betapa sedihnya nanti"

"Iya pak iya maaf" Kata Apit di ikuti Niko.

"Jangan kemana-mana bapak akan mengambil buku hitam khusus pelanggaran siswa" Tegas Gurunya.

Mereka berdua mengangguk untuk menurut.

Tak lama mata apit terkunci mengarah seorang gadis yang sedang mengekori guru wali kelas nya.

Tiba-tiba hembusan angin menerbangkan anak rambut yang ada di samping gadis itu.

DEG!!

Hatinya seolah terpanah dengan kecantikan nya "Kamu kan—" Dumam Apit ingin menghampiri.

Tiba-tiba di tahan Frisca, Kekasihnya "Sayang kamu di hukum lagi?" Katanya rancu.

"Iya nih gara-gara si jamet satu ini buang sampah asal lempar" Jawab Apit mengadu keras.

"Dih, gue mulu anying"

Matilda merapatkan bibir setelah melihat itu, dan melanjutkan langkahnya.

Tak lama Pak Feri datang sambil mencatat nama murid dibuku beserta tanda tangan mereka.

"Cepat kembali ke kelas" Titahnya.

Apit berdecak lalu dia masuk sambil di gandeng Frisca yang di ekori oleh Niko.

Di lorong koridor Apit ketemu lagi dengan Matilda, Karena penasaran dia mempercepat langkah kaki nya membuat Niko dan Frisca terhentak mengejar.

"Woy lu ga capek apa, habis push up malah lari bangke" Omel Niko sambil mengibas kerah karena gerah.

"Duh mau kemana sih!" Protes Frisca mengejar.

Apit memegang pergelangan tangan Matilda, membuat dia memberhentikan langkah untuk membalik badan.

"Ada apa ya?" Tanya Matilda mengerut kening.

"Lu cewek rese yang semalam ketemu kan?" Jawab Apit sambil menatapnya tajam.

Matilda menoleh pegangan tangan nya dan menghempaskan hingga membuat Apit terhentak sedikit ke bawah.

"Dah gue bilang jangan pegang gue, lu siapa sih, kenal aja enggak" Ketus Matilda dengan tatapan angker nya.

"Lah sayang dia siapa?" Kata Frisca menunjuk mengarah Matilda.

"Lu cewek nya?" Tanya Matilda serius.

"Iya kenapa ya" Jawab Frisca keheranan

"Tolong ya jaga cowok lu biar ga pegang gue seenak jidat yang dia mau" Kata Matilda sambil mengusap kasar pergelangan tangan nya sedikit jijik.

"Hahaha ada juga yang jijik sama lu bro" Sahut Niko ke Apit dengan ledekan.

"Berisik bego" Protes Apit

Bu Risma yang merasa kehilangan Matilda dia berbalik badan menghampiri gadis itu.

"Niko Apit kalian sudah buat masalah, tolong jangan nambah masalah sama murid baru ini, cepat kalian ke kelas" Titah Bu Risma membuat mereka menurut

Kelas 12 IPS 4 Dengan keributan kecilnya sampai membuat telinga pecah, Suara tawa dan teriakan bercampur adik, bahkan ada juga yang bernyanyi tidak jelas sambil menabuh meja.

Kelakuan random nya sudah dikenal siswa lain yang ada di sekolah ini.

"Ya ampun kelas IPS 4" Koar Bu Risma menggeleng kepala geram

Bola mata mereka nyaris terjun menggelinding, panik berlarian meraih kursi nya masing-masing dengan sedikit keributan.

Pantat apit mencium lantai karena terjatuh dari kursi membuat Alena tertawa terbahak-bahak.

Bu Risma memasuki kelas dibelakangnya di ikuti oleh Matilda.

"Wih ada murid baru"

"Suitttt Suitttt"

"Liat Cewek bening saja seger kalian" Alena menyelatuk.

"Semuanya mohon perhatian, ibu bawakan murid baru disini, silahkan kamu perkenalkan diri" Titah Bu Risma.

"Selamat pagi semua" Sahut Matilda

"Pagi Cantik" Jawab semua murid dengan nada berbeda

"Perkenalkan gue Matilda Dara Lisna, panggil saja Matilda, gue pindahan dari Surabaya, salam kenal!" Kata Matilda sambil tersenyum.

"Bidadari baru!!"

"Bisa diabetes setiap hari gue"

"Murid baru nya cantik banget anjir"

"Heh kalian apa lupa sama gue" Protes Alena

"Hehe kamu juga cantik seperti bidadari kok sayang" Goda Gery pacarnya.

"Sudah jangan ribut" Lerai Bu Risma "Matilda kamu duduk di samping Alena ya" lanjutnya.

"Matilda" Sorak Alena mengangkat tangan untuk menyauti Matilda "Sini sama gue duduk"

Matilda langsung berjalan menghampiri tempat duduk nya Lena "Hay" Sapa nya dengan ramah.

Setelah nya dia menoleh ke arah Apit yang sedang memasang wajah kusut seakan mengunci pandangan nya ke Matilda.

Matilda menyenggol pelan pinggang Alena karena merasa terintimidasi "Siapa sih cowok kaya Limbad itu" Desis nya hampir buat Alena ngakak.

"Penguasa sekolah ini dikenal bad boy, namanya Apit Saputra Wijaya" Jawab nya dengan berbisik-bisik.

Setelahnya, Apit membuang wajah dari mereka mengarah ke pandangan guru di depan.

"Baik semuanya keluarkan buku kalian, kita akan memulai pelajaran sebelum mulai kita berdoa dulu buat kelancaran"

Mereka menghening

"Amin"

Setelahnya Matilda mengeluarkan buku dan belajar untuk pertama kali di sekolah barunya.

03.

Bel istirahat sudah bunyi, semua murid di kelas berhamburan pergi ke kantin, termasuk Apit yang sudah di tunggu kekasihnya di depan pintu kelas.

Matilda sibuk merapihkan buku berserakan di meja kelasnya, menahan sedikit Alena dan Diora untuk ke kantin.

"Matilda buruan dikit lah" Demo Alena dari balik pintu, disusul wajah cemberut sambil menyilangkan kedua tangan di dada Diora.

"Sabar besti" Sahut Matilda, lalu di susul senyum kecil untuk menghampiri teman barunya.

"Diora ayo kemon!" Ajak Alena. Diora langsung menurut dan berjalan mengikuti dari belakang.

Mereka mengobrol seru di sepanjang koridor, sampai akhirnya Matilda tidak sengaja bertubrukan dengan Apit di pertigaan koridor.

BRUK!!

Matilda melihat HP nya jatuh di lantai secara mengenaskan beserta jajanan ringan yang berceceran di lantai.

"Gue ga sengaja, gue minta maa—af" Ucapan Matilda mendadak layu setelah melihat dengan siapa dia bertubrukan.

Dia lekas mengambil HP dan memaki orang itu

She is bad girl

Semua orang terkejut melihat murid baru membentak bad boys di sekolah.

"LU KALAU JALAN MATA LIHAT KEMANA?" Kata Matilda dengan bola mata yang nyaris keluar.

Dia menoleh ke siswi lain mengambil plastik yang berisi es berwarna kuning

BYURRRR

Matilda tersenyum miring setelah melihat seragam pria yang bukan lain itu Apit basah sampai dalam.

Apit menatap nya dingin serta mendorong lehernya sampai menyentuh tembok "Lu gak tau siapa gue?" katanya dengan tatapan angker.

"Enggak, emang lu siapa? Anak pejabat?" Jawab remeh Matilda.

Alena membekap mulut syok, diikuti Diora Panik

"WOY PISAHIN ANJIR, NAPA PADA DIEM!"

"BURUAN LAH APIT KALAU MARAH SERAM NANTI"

Semua murid panik tentang keributan dadakan antara kedua murid itu.

Frisca yang sedang bersama apit ikut tersulut emosi, tak lupa juga dia menarik rambutnya karena merasa tidak terima.

Melepas kurungan dari Apit, menyeret rambutnya hingga matilda mendongak ke atas.

"Asu, Lepasin rambut gue" Umpat Matilda dengan nada tinggi.

"Gak semudah itu murid baru" Jawab Frisca dengan wajah sinis "Lu harus tau lawan lu siapa sekarang"

Matilda memejam mata merasa urat rambutnya serasa ingin lepas, Dan membawa kakinya mendekati Frisca sambil memutarkan tubuhnya.

Membuat Frisca melotot kaget bersama tubuhnya yang di dorong Matilda jatuh bersamaan ke bawah.

"ARGHH" Teriak Frisca kesakitan yang melengking tinggi.

Matilda tersenyum licik sambil mengalungkan tangan Frisca di lehernya mengunci sebelah tangan yang membuat Frisca merintih.

"Lu juga harus tau siapa yang lawan lu sebenarnya" Seru Matilda menatapnya angker

Apit menganga lihat gaya bertarung Matilda sudah seperti pemain smackdown, berniat untuk memberi balasan justru selangkangan nya di tendang oleh Matilda hingga membuatnya mengaduh mules.

"FUCK!!!!"

Frisca menoleh dan berusaha bangkit dengan tangan sedikit sakit akibat kena fitting tangan nya.

Berjalan mendekati belakang tubuh Matilda, menarik rambut membuat nya mendongak keatas lagi.

"Woy Alena Diora!! kalian kenapa diem? Bantu gue lepasin jalang satu ini" Seru Matilda memprovokasi namun mereka menggeleng tidak mau kena masalah.

Matilda berdecak sengit dia mutar tubuhnya kembali, membalas tarikan rambut Frisca hingga rontok.

Mereka berhenti sejenak karena melihat rambutnya yang tersebar di lantai secara mengenaskan.

Kemudian sama-sama berlari kecil untuk maju kedepan, mereka saling tarik rambut hingga berguling-guling sengit di lantai, suasana semakin riuh, murid-murid ga berani memisahkan, Aksi baku jambak pun tak bisa di hindari

Akhirnya guru BK datang ke sumber suara.

"KALIAN HENTIKAN" Seru Bu Ida yang di dampingi Pak Feri datang.

Mereka di bawa di ruang konseling untuk diberi penjelasan tentang perkelahiannya secara tiba-tiba.

"Matilda Dara Lisna!, Kamu bukan nya murid baru disekolah ini?" Tanya baik-baik Pak Feri sambil membawa surat peringatan.

"Ya saya murid baru, kenapa? masalah?" Ketus Matilda.

"Begitukah caranya kamu berbicara dengan yang lebih tua? Apa ga pernah di ajarin sopan santun sama orang tua?" Omel Pak Feri sedikit geram.

Matilda tersenyum remeh "Sayang sekali pak, justru sifat saya tercipta karena orang tua saya, tepat di mata saya mereka berkelahi membuat diri saya menjadi seperti ini"

Pak Feri menatap angker ke arah Matilda yang sedang mengupil, beliau menggeleng kepala sambil membanting kertas di meja "Cepat kamu tanda tangan, orang tua kamu besok kesini"

"Dan untuk kalian, Apit sama Frisca, sudah beberapa kali bapak ingatkan di sekolah jangan sering mengumbar percintaan" Sambung pak Feri dengan omelan nya.

"Ma—maaf pak" Jawab Frisca dengan nada rendah sambil menunduk ciut.

Apit masih menahan mules karena tendangan dari matilda enggak main-main.

"KENAPA DIAM APIT!"

"Kamu juga pagi sudah bawa rokok siangnya kena masalah lagi, mau bapak keluarkan dari sekolah ini!" Ancam pak Feri.

Apit menggeleng kepala kaku sambil memegang pusat sakit.

"KENAPA KAMU!" Seru pak Feri

"Lato-lato nya gue tendang pak" Sahut Matilda sambil menyilangkan kedua tangan di dada.

Pak Feri lantas menoleh memandang horor mengarah Matilda "Kamu cewek enggak ada lembut-lembut nya sama sekali"

"Lah siapa suruh dia jatuhin HP gue, mana dia enggak minta maaf lagi" Elak Matilda

"Lu yang nabrak gue, lu yang sewot" Sahut Apit meringis.

"DIAM!"

"Dengar untuk kalian bertiga, ini peringatan terakhir kalau mengulangi keributan hukuman akan lebih berat nanti" Ancam pak Feri dengan nada sedikit ngegas.

"Kalian bisa kembali istirahat, jangan buat keributan lagi dengar!" Sambungnya galak

"Iya pak"

"Baik pak"

Apit mengangguk lemah.

**

"Bangke!! kenapa sih hari sial gue ada terus di kalender" Curhat Matilda ke Alena.

"Mungkin rezeki" Celoteh Diora.

Alena melihat wajah matilda yang sedang cemberut parah sambil menusuk-nusuk nasi dalam piringnya, sangat lucu dan menggemaskan membuatnya reflek mencubit

"Duuuuh" Keluh Matilda serasa pipinya sedikit perih, cubitan nya sedikit keras namun perih.

"Lu tuh punya wajah cantik kaya artis model kenapa harus jadi bad girls sih Matilda" Omel Alena yang sedikit iri pada wajahnya.

Flashback on

Pada saat Matilda duduk di bangku sekolah dasar kelas 4, Kedatangan murid baru yang bukan lain itu adalah Apit Saputra Wijaya.

Dia datang melindungi Matilda dari pembullyan murid sekitar karena wajahnya jelek.

Apit setia menemani nya sampai kelas 2 SMP bahkan mereka sempat berpacaran lama, sampai tahu fakta bahwa ibunya berselingkuh dengan Ayah nya Apit.

Membuat dirinya minta putus karena saking kesalnya dengan orang tua Apit yang membuat rumah tangga orang tuanya hancur.

Di dalam masa pertumbuhan nya, membuat Matilda sengaja mempercantik dirinya agar bisa menemukan Apit di sekolah yang dia jajahi.

Untuk dendam ke ayahnya Apit karena sudah merebut kebahagiaan darinya.

Mereka yang sekarang tidak saling mengenal, karena perubahan wajah yang begitu sangat berbeda.

Apit juga merubah penampilan biar tidak dikenal oleh seseorang yang selama ini dia benci karena sudah putus darinya secara sepihak tanpa sebab.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!