EPISODE 5 JATUH CINTA PADA ORANG YANG SAMA

 Lanjaran Cerita: Lagi-lagi Aku Jatuh Cinta Pada Orang yang Sama

Waktu terus berlalu. Sudah enam bulan sejak hubungan Ari dan Alya kandas dengan menyakitkan. Sejak saat itu, Ari mencoba membangun kembali hidupnya, meskipun kenangan tentang Alya sesekali masih menghantui pikirannya. Bobi, sahabat setianya, selalu ada untuk memberi dukungan. Dia sering mengajak Ari ke tempat-tempat baru atau sekadar mengobrol panjang lebar agar Ari tidak terjebak dalam kesedihannya.

Sementara itu, Alya juga mulai memperbaiki dirinya. Dia sadar bahwa segala kesalahannya terhadap Ari bukan hanya menyakiti Ari tetapi juga dirinya sendiri. Alya bertekad berubah, bukan untuk mendapatkan Ari kembali, tetapi untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Ia mulai aktif mengikuti kegiatan sosial, menghabiskan waktu membantu sesama, dan lebih fokus pada pelajaran. Meski begitu, jauh di lubuk hatinya, ia tetap menyimpan rasa bersalah yang mendalam kepada Ari.

Pertemuan Tak Terduga

Siang itu, di perpustakaan sekolah, Ari sedang duduk sendirian. Ia sibuk menggambar sesuatu di buku sketsanya, melampiaskan pikirannya yang bercampur aduk ke dalam garis dan warna. Tanpa ia sadari, Alya masuk ke ruangan yang sama. Saat melihat Ari, jantung Alya berdegup kencang. Ia ragu apakah harus menyapanya atau pergi saja. Namun, dorongan kuat dalam dirinya memutuskan langkah berikutnya.

“Ari,” panggil Alya dengan suara pelan.

Ari mendongak, sedikit terkejut melihat Alya berdiri di depannya. “Ada apa, Al?” tanyanya, suaranya datar.

“Boleh aku duduk di sini?”

Ari mengangguk. Alya menarik kursi di seberangnya. Ada keheningan yang panjang di antara mereka. Alya membuka bukunya, mencoba terlihat sibuk, sementara Ari kembali ke sketsanya. Namun, pikiran keduanya tidak bisa fokus. Alya akhirnya memberanikan diri memecah kebekuan.

“Aku tahu ini nggak mudah buat kita, tapi aku cuma mau bilang kalau aku benar-benar minta maaf, Ri. Aku tahu aku salah, dan aku nggak akan nyalahin kamu kalau kamu nggak bisa maafin aku.”

Ari menghela napas panjang. Dia menutup bukunya dan menatap Alya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Aku nggak marah lagi, Al. Aku udah maafin kamu sejak lama. Tapi, nggak gampang buat aku lupa semuanya.”

Alya menunduk, menggenggam erat tangannya sendiri. “Aku ngerti, Ri. Aku nggak minta banyak. Aku cuma pengen kita nggak saling membenci.”

Ari mengangguk pelan. “Kita nggak pernah saling benci, Al. Hanya aja, butuh waktu buat aku bener-bener balik jadi diri aku yang dulu.”

Alya yang Berubah

Hari-hari berikutnya, tanpa sadar Ari mulai memperhatikan Alya. Dia melihat gadis itu kini lebih aktif di sekolah, sering membantu teman-temannya, dan terlihat lebih peduli pada orang lain. Alya juga sering terlibat dalam kegiatan sosial, seperti mengajar anak-anak di panti asuhan atau menggalang dana untuk siswa yang kurang mampu. Semua itu dilakukan Alya dengan tulus, tanpa sedikit pun kesan dibuat-buat.

Suatu sore, Ari melihat Alya di depan gerbang sekolah. Gadis itu sedang membantu seorang anak kecil yang terjatuh dari sepedanya. Alya dengan sabar membersihkan luka di lutut anak itu, lalu mengantarnya pulang. Pemandangan itu membuat hati Ari bergetar. Ia teringat alasan kenapa dulu ia jatuh cinta pada Alya: kebaikan hatinya.

“Lagi-lagi aku jatuh cinta pada orang yang sama,” gumam Ari tanpa sadar.

Namun, kali ini, cinta itu datang dengan perasaan yang berbeda. Ada kekaguman baru yang tumbuh dalam hati Ari. Alya yang sekarang adalah Alya yang telah melalui banyak hal, yang telah belajar dari kesalahan, dan yang mencoba menjadi seseorang yang lebih baik.

Pentas Seni: Sebuah Awal Baru

Sekolah mereka mengadakan pentas seni tahunan. Alya, yang menjadi salah satu panitia, mendatangi Ari untuk mengajaknya berpartisipasi.

“Ari, aku tahu kamu suka melukis. Kenapa nggak ikut pameran seni aja? Aku yakin lukisan kamu pasti bagus,” ajak Alya dengan nada hati-hati.

Ari menatap Alya sejenak. “Aku nggak yakin, Al. Aku nggak pernah mikir buat ikut acara kayak gitu.”

“Tapi nggak ada salahnya dicoba, kan? Lagipula, ini bisa jadi kesempatan buat nunjukin bakat kamu ke orang lain.”

Setelah berpikir cukup lama, dan sedikit dorongan dari Bobi, Ari akhirnya setuju. Dia mulai menyiapkan sebuah lukisan yang menurutnya memiliki makna mendalam.

Pada hari pameran, lukisan Ari menjadi salah satu karya yang paling mencuri perhatian. Di atas kanvas itu, ia melukis sebuah taman bunga yang bermekaran dengan seorang gadis berdiri di tengahnya. Gadis itu terlihat tersenyum hangat, dan meski tidak ada nama, semua orang tahu siapa yang ada dalam lukisan itu.

Alya yang sedang sibuk mengatur pameran, tanpa sengaja melihat lukisan tersebut. Dia tertegun, air matanya mengalir tanpa ia sadari. Ia tahu gadis dalam lukisan itu adalah dirinya.

“Ari… ini aku?” tanyanya pelan saat mendekati Ari yang berdiri tidak jauh dari sana.

Ari mengangguk dengan sedikit gugup. “Iya. Itu kamu. Karena kamu adalah seseorang yang pernah mengajarkan aku arti cinta. Dan sekarang, kamu mengajarkan aku arti memaafkan.”

Alya tidak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa menatap Ari dengan mata yang basah. “Ari, aku pikir aku nggak akan pernah dapat kesempatan lagi buat dimaafin, apalagi buat bisa dekat sama kamu lagi.”

Ari tersenyum kecil. “Aku pikir aku juga nggak akan pernah bisa jatuh cinta lagi. Tapi ternyata, aku salah. Lagi-lagi aku jatuh cinta pada orang yang sama. Itu benar adanya.”

Perjalanan Baru

Setelah momen itu, hubungan Ari dan Alya perlahan membaik. Mereka mulai menghabiskan waktu bersama lagi, meskipun tidak terburu-buru. Ari masih belajar mempercayai Alya sepenuhnya, sementara Alya berusaha menunjukkan bahwa ia benar-benar telah berubah.

Suatu sore, mereka duduk bersama di taman kota, tempat yang penuh kenangan bagi mereka. Kali ini, suasananya berbeda. Tidak ada rasa sakit, tidak ada kemarahan, hanya kehangatan yang perlahan tumbuh kembali.

“Ari, aku tahu perjalanan ini nggak akan mudah. Tapi aku janji, aku akan berusaha sebaik mungkin buat nggak nyakitin kamu lagi,” kata Alya dengan suara lembut.

“Aku juga nggak mau buru-buru, Al. Kita pelan-pelan aja. Yang penting kita jalanin ini dengan jujur,” jawab Ari.

Alya mengangguk, tersenyum penuh harapan. “Aku nggak akan sia-siain kesempatan ini, Ri. Terima kasih karena kamu masih percaya sama aku.”

Ari menggenggam tangan Alya dengan lembut. “Aku percaya, Al. Karena cinta itu tentang memberi kesempatan, bukan cuma sekali, tapi berkali-kali, selama kita mau berusaha.”

Di bawah langit senja yang berwarna jingga, mereka memulai perjalanan baru. Perjalanan yang mungkin tidak sempurna, tetapi penuh dengan harapan dan ketulusan.

Epilog

Cinta terkadang tidak selalu berjalan mulus. Namun, cinta yang tulus akan selalu menemukan jalannya untuk kembali. Seperti Ari dan Alya, cinta mereka adalah tentang memaafkan, belajar, dan tumbuh bersama.

Lagi-lagi, Ari jatuh cinta pada orang yang sama. Dan kali ini, ia yakin bahwa cintanya adalah cinta yang lebih kuat dan lebih dewasa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!