Jantung Viola berdetak sangat kencang saat sang kekasih, Miko sudah menunggu di depan kostnya. Saat Viola sampai, Miko langsung mengalihkan pandangan ke arah Viola, rahang kerasnya serta tatapan tajam sudah dapat mengatakan jika dia dilanda emosi. Viola tersenyum kaku masih berharap kekasihnya itu tidak akan marah walau dia rasa itu mustahil.
"Kenapa lama? Lo dari mana? Apa jangan-jangan lo pergi sama cowok lain?" tuduh Miko membuat Viola segera menggelengkan Kepala.
"Enggak Ko, aku kerja, ini aja aku izin buat pulang."
"Alasan lo doang! Mulai sekarang lo enggak boleh pergi ke mana-mana!" tegas Miko tidak ingin dibantah.
Viola tidak berani mengatakan apa-apa, dia hanya menganggukan kepala dengan pelan walau tidak tau ujungnya akan ke mana. Mungkin nanti dia akan membujuk Miko lagi? Ini Sangat penting untuk penelitian skripsinya dan dia harap Miko mengerti.
"PAHAM? LO DENGAN ENGGAK?"
Viola tersentak kaget, dia segera membalas dengan ucapan jika dia paham. Miko, pria itu tersenyum puas, tangannya mengelus kepala Viola dengan lembut, "Aku begini karena khawatir sama kamu. Aku sayang banget sama kamu, Vi, aku enggak mau kamu kenapa-kenapa."
Viola mengangkat kepala, dia tersenyum menatap wajah Miko yang juga tengah tersenyum. Hanya itu, Miko lalu berpamitan untuk pergi dengan alasan ada janji Bersama teman-temannya. Apakah Viola protes? Tentu saja tidak, wanita itu membiarkan Miko untuk pergi.
Jika ditanya kenapa Viola tidak berani membantah Miko karena rasa sayang wanita itu sabar besar kepada Miko, walau pria itu sering marah kepadanya tetapi ujung-ujungnya Miko selalu mengatakan jika ini semua demi kebaikannya dan Viola sadar akan hal itu jika Miko juga sangat menyayangi dan takut kehilangan dirinya. Viola rasa alasan itu sudah cukup untuk dirinya patuh kepada pria itu.
Viola segera masuk ke dalam kamar, merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil mengecek ponsel, hampir semua akun media sosialnya dipegang oleh Miko. Banyak orang yang mengatakan jika Miko sudah berlebihan tapi Viola rasa semua fine saja. Lagian tidak ada yang dia sembunyikan sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan. Dia tidak akan selingkuh dan bagi Viola dia merasa aman karena diperhatikan oleh Miko walau memang kadang-kadang Viola merasa jika Miko sedikit mengekangnya seperti kadang saat dia akan nongkrong bersama teman-temannya sering sekali Miko menyuruhnya pulang.
Viola melirik laptopnya, dia membuka rencana skripsinya, kali ini dia berharap semua akan berjalan baik-baik saja.
Di saat Viola sudah sampai di kost, Arga yang tengah bekerja di ruang depan, tidak jauh dari kamar Fino sehingga pria itu dapat melihat jika anak itu tiba-tiba bangun. Arga memperbaiki letak kacamata, dia terus fokus dengan jari yang bergerak di keybord sampai akhirnya suara tangis Fino menyadarkan pria itu.
Arkan segera meletakan laptop di atas meja, melangkah ke arah kamar Fino, anak itu sudah berbaring di lantai sambil air mata yang mengalir.
"Sayang, hei, papa di sini," ujar Arga dengan suara lembut.
Fino sejenak terdiam, dia menatap wajah Arga lalu mengulingkan tubuhnya menjauh dari Arga, anak itu kembali menangis bahkan kali ini lebih parah membuat Arga terpaku tidak percaya. Fino tengah menolaknya? Tetapi kenapa? Baru pertama kali ini Fino tidak mau dengannya seperti ini.
"Fino, kenapa?"
"Kakak … kakak! mau kakak!" ujar Fino masih dengan tangisan membuat Arga tidak tau akan berkutik apa.
Tidak sampai satu hari Viola menemani Fino tetapi wanita itu sudah berhasil mendapatkan hati Fino, bahkan sekarang Fino mencari keberadaan Viola dan lebih memilih bersama wanita itu.
"Fino, kakak lagi pulang, besok kakak ke sini lagi ya," ujar Arga dengan lembut, dia berniat menyentuh Fino tetapi kembali Fino menghindar, dia bahkan tidak mempedulikan ucapan Arga barusan, jangan ditanya tangisannya, anak itu malah semakin menangis membuat Arga menyentuh pelipisnya, agak sedikit pusing dengan tingkah Fino.
Terpaksa Arga meninggalkan Fino, dia melangkah ke dapur untuk menyiapkan susu, hanya beberapa menit Arga kembali melangkah ke arah kamar Fino, dia memberikan susu tersebut kepada Fino tetapi ditolak oleh anak itu, dia menggelengkan kepala sebagai bentuk penolakan.
"Kata kakak kalo susunya habis kakak bakal datang bawa mainan yang banyak!" bohong Arga dan ajaibnya Fino langsung terdiam, dia menatap Arga dengan wajah polosnya seakan tengah mengisyaratkan jika ucapan Arga itu benar atau tidak.
"Papa enggak bohong, hapus dulu ingusnya lalu habisin susunya!"
Fino menurut, dengan tangannya dia ingusnya matanya sendiri walau tidak sampai bersih, dia lalu mengambil susu di tangan Arga dan menghabiskannya sambil berbaring, Arga sendiri hanya bisa menggelengkan kepala sedikit tidak percaya jika Fino memang langsung menurut hanya dengan membawa nama Viola, padahal dari sekian banyak orang yang sudah mengasuh Fino, anak itu tidak pernah seperti ini. Apa jangan-jangan karena Viola tulus merawat Fino?
Sekarang Arga harus berpikir bagaimana caranya agar Viola datang lagi ke sini, bagaimana jika Fino merengek dan menginginkan Viola lagi? Terpaksa Arga harus mengubungi Viola, jika tidak akan sulit untuk Arga menenangkan Fino.
"Halo?" ujar Viola dengan nada penuh tanda tanya, Pasalnya Arga menghubunginya memakai nomor baru, bukan nomor biasa yang Arga pakai.
"Ini saya!"
Viola di seberang sana sejenak terdiam, dia mengerutkan kening lalu tersadar dengan maksud saya di seberang sana. Kalo dari suaranya sudah jelas itu Arga, tetapi untuk apa pria itu menghubunginya?
"Kamu bisa ke sini? Fino menangis ingin kamu."
"Enggak bisa pak, 'kan saya udah bilang besok baru datang lagi," tolak Viola membuat Arga segera gusar apalagi susu di tangan Fino sudah mulai habis dan Fino tengah menyebutkan nama kakak lagi, fiks, Fino akan tantrum lagi!
"Setelah nanti malam Fino tidur, saya bantu menyelesaikan latar belakang skripsimu!"
Mata Viola langsung berbinar, dia bahkan seketika duduk mendengar ucapan Arga barusan, apakah Arga serius dengan ucapannya itu? Ini merupakan kabar bahagia karena langsung dibantu oleh Arga, jika begini terus skripsinya akan selesai dengan cepat.
"DEAL! SAYA DATANG!"
Karena saking senangnya, Viola langsung mematikan panggilan membuat Arga di seberang sana terpaku tidak percaya, ini serius Viola mematikan panggilan saat dia belum selesai berbicara? Padahal dia ingin menyuruh Viola untuk membelikan mainan saat ke sini tetapi apa boleh buat. Semoga dengan kedatangan Viola, Fino tidak akan menangis lagi, hanya itu harapan Arga.
"Kakak Viola akan datang ke sini. Fino mau tunggu di depan sambil menonton upin ipin?"
Fino langsung berlari ke arah luar membuat Arga Arga tersenyum, sudah jarang dia melihat Fino bersemangat seperti ini, biasanya anak itu selau tenggelam dengan pikirannya sendiri tetapi sekarang lihat! Dia menurut dan bahagia sekali.
Saat Fino asik menonton, wanita yang ditunggu datang membuat Fino langsung berlari ke arah Viola dan memeluk wanita itu.
"Eh, kenapa? Kangen ya?" Viola bahkan membalas pelukan Fino, dia mengendong anak itu sambil duduk di sofa, tidak jauh dari Arga.
"Main!" Fino menengadahkan tangannya seakan meminta sesuatu membuat Viola yang tidak tau apa-apa melongo, apa ini?
Arga mendehem, tidak mungkin dia mengatakan jika tadi dia berbohong agar Fino mau diam. "Siap-siap! Kita akan ke mall membeli mainan!"
"Serius? Yee!" Viola bersorak dengan gembira seperti anak kecil membuat Fino juga ikut bersorak dan bertepuk tangan seperti yang dilakukan oleh Viola.
Arga sendiri hanya menggelengkan kepala saat Viola membawa Fino kembali ke kamar untuk bersiap-siap, sedangkan pria itu melangkah ke arah kamar Fela, semoga anak itu baik-baik saja. Lagian anggap saja ini permintaan maaf dari Arga.
Arga mengetuk pintu kamar Fela, walau tidak ada jawaban dari anak itu, dia membuka pintu kamar, dapat Arga lihat jika Fela tengah berpura-pura tidur.
"Fela, papa mau ke Mall, kamu mau ikut? Nanti papa belikan apa saja yang kamu inginkan."
"Apa aja? Papa serius?" Fela langsung terbangun yang dibalas anggukan oleh Arga.
Tentu saja Fela segera menganggukan kepala, Arga juga berpamitan untuk pergi bersiap-siap. Setengah jam kemudian, saat Arga keluar dari kamarnya, dia dapat melihat Viola dan Fino yang sudah siap. Bahkan Fino sudah rapi dengan bedak yang menurut Arga terlalu tebal tetapi pria itu tidak berkomentar apa-apa.
Saat Fela keluar dari kamarnya, dia menatap Viola dengan tatapan tidak suka, apalagi wanita itu terlihat asik dengan Fino.
"Pa, pembantu itu ikut?" sinis Fela benar-benar tidak menyembunyikan ketidaksukaannya.
"Iya sayang, kakak Viola akan menemani Fino. Kamu 'kan enggak mau main sama Fino."
Fela tidak membalas apa-apa, dia sejenak terdiam seakan tengah merencanakan sesuatu, jika Viola ikut dia bisa meninggalkan mereka berdua sehingga dia dapat jalan-jalan dengan Arga tanpa keberadaan Fino. Membayangkannya saja sudah membuat Fela tersenyum lebar.
Setelah dirasa tidak ada lagi yang ketinggalan, mereka melangkah ke arah mobil, Viola dan Fino duduk di kursi belakang. Bahkan sepanjang perjalanan hanya terdengar ocehan kedua orang itu membuat Fela sebenarnya sedikit muak tetapi dia mencoba bersabar.
Setelah sampai di mall, Fela menarik Arga untuk pergi ke toko yang menjual peralatan lukisan, tetapi saat itu juga Fino sudah merengek ingin masuk ke toko mainan.
"Fela, kita ke sana dulu ya!" pinta Arga berharap Fela akan pengertian tetapi wanita itu malah melipat tangan di dada dan melangkah pergi begitu saja membuat Arga hanya bisa menghela napas.
"Enggak apa-apa pak, saya temani Fino aja ke sana. Kami aman kok," ujar Viola yang diangguki oleh Arga secara terpaksa.
Dia mengeluarkan sebuah kartu dan memberikan kepada Viola, dia lalu mengejar Fela yang mulai menjauh. Viola sendiri hanya menatap interaksi antara ayah dan anak, menurut Viola, Arga terlalu menuruti dan memanjakan Fela.
"Main!" Ucapan Fino menyadarkan Viola, dia lalu mengajak Fino memasuki toko mainan tersebut.
Mereka berdua berbelanja dengan asik, Viola mengatakan kepada Fino hanya membeli tiga barang, awalnya Fino menurut walau akhirnya membeli lima barang dengan sedikit drama ketantruman anak itu.
Setelah itu, mereka melangkah keluar, Viola melihat maps yang dikirim Arga barusan, kedua orang itu tengah ada di salah satu restoran di sana.
Saat akan memasuki restoran tersebut, Viola terdiam, dia terpaku melihat seorang pria yang tidak asing tengah bersama dengan seorang wanita, Itu MIKO! BAHKAN DIA TENGAH BERPEGANGAN TANGAN! APA-APAAN INI!
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments