Tuhan, Tolong Berikan Viola Ketabahan

"Benar 'kan ini alamatnya?" lirih Viola sambil menatap sebuah rumah yang lumayan besar.

Setelah memastikan jika dia tidak salah, Viola melangkah ke arah gerbang, dia sempat berbincang-bincang dengan satpam di depan sampai akhirnya pintu dibuka. Kaki wanita itu terus melangkah ke arah pintu depan, setelah menyakinkan diri sendiri, Viola memencet bel.

Viola menunggu dengan jantung yang berdebar sangat kencang, dia takut jika majikannya tempat dia bekerja nanti akan galak atau bahkan melakukan KDRT, ini tidak bisa dibiarkan. Atau yang lebih parah, dia jangan-jangan diculik? Lalu ginjal dan matanya diambil begitu saja? Ih serem.

"Ngapain kamu di sini?"

"Eh?"

Viola tersadar dari lamunan konyolnya, di hadapannya sekarang malah berdiri dosen sial ... maksudnya pak Arga, ini dia tidak salah lihat? Seriusan pak Arga?

"Skripsi di kampus saja! bukankah saya sudah bilang saya tidak suka ada mahasiswa ke rumah saya!" tegas Arga dengan nada suara yang tidak suka.

Saat Arga akan menutup pintu, Viola lebih dahulu menahan sambil memanggil nama Arga membuat Arga menatap Viola dengan tatapan muak, mau apa lagi manusia satu ini? Apakah perkataannya tidak jelas? Dia tidak suka ada mahasiswa yang datang ke rumahnya!

"Bukan begitu pak, saya yang melamar mau jadi pengasuh." Viola memperlihatkan bukti panggilan telepon kemarin membuat Arga melirik Viola dengan tatapan sedikit tidak percaya, ini bukan akal-akalan Viola 'kan?

"Kamu tidak saya terima, cari yang lain saja!" ketus Arga tanpa perasaan tetapi Viola segera berlutut di hadapan Arga membuat pria itu melototkan mata.

"Berdiri kamu!"

"Pak, tolong terima saya. Saya tidak punya uang lagi untuk membayar UKT, belum lagi biaya hidup sedangkan skripsi saya belum selesai. Bapak tidak kasihan sama saya? Bapak mau saya berhenti kuliah? Baiklah pak, saya akan ber ...."

"Masuk!" potong Arga.

Viola tersenyum lebar, dia langsung berdiri dan melangkah masuk sedangkan Arga menghela napas, dia segera menutup pintu dan mengajak Viola untuk pergi ke sebuah kamar.

Viola menatap seluruh penjuru rumah Arga, sangat mewah dan elegan. Tetapi saat Arga membuka sebuah kamar, ekspetasi Viola berubah, hancur seratus persen melihat sebuah kamar seperti kapal pecah.

Banyak mainan berantakan, belum lagi coret-coretan di dinding dan bekas makanan di lantai? Jujur ini membuat kepala Viola hampir pecah karena dia tipikal wanita yang suka bersih sehingga melihat kamar berantakan seperti ini membuat dia angkat tangan.

"Itu anak saya, Fino, seperti yang kamu ketahui, dia sedikit spesial," ujar Arga membuat Viola tidak tau akan mengatakan apa.

Dia menatap Arga yang tengah menatap Fino, anak itu tertidur pulas sambil memeluk sebuah boneka beruang. Viola jujur sedikit tidak menyangka jika pria tampan di hadapannya ini sudah menikah, ditambah ... Dia mempunyai anak yang ....

"Papa!"

Belum sempat selesai lamunan Viola, seorang anak perempuan berlari ke arah Arga, anak itu meloncat ke arah Arga membuat Arga langsung mengendongnya.

"Dia adik Fino, mereka kembar. Fela ini kakak Viola, dia yang akan menjadi teman Fela dan Fino." Arga memperkenalkan Viola membuat wanita itu segera tersenyum dan melambaikan tangan dengan ramah ke arah Fela.

Fela malah mengacuhkan Viola, dia menatap Arga dengan senyum lebar membuat Viola menjadi kikuk sendiri, ini dia dicuekin? Serius dia diabaikan?

"Maaf ya Fela memang kurang suka dengan orang baru," ujar Arga yang dibalas anggukan oleh Viola.

Enggak apa-apa asalkan dia bisa menyelesaikan skripsi dan anggap aja bonusnya mudah berinteraksi dengan Arga, orang dia bakalan setiap hari ketemu pria itu.

"Ini semua kerjaan kamu berserta gaji. Kamu boleh mencobanya selama seminggu sebelum menandatangani kertas itu!"

Viola mengambil kertas tersebut, dia mulai membacanya satu persatu, dimulai membersihkan kamar Fino, memandikan anak itu, menyuapinya makan sampai akhirnya anak itu tertidur baru Viola boleh pulang.

Viola juga melihat jadwal makan Fino sampai apa saja alergi anak itu, sangat detail dan Viola rasa tidak ada yang tertinggal satupun.

"Kamu hanya perlu mengurus Fino, tetapi jika Fela butuh bantuan saya harap kamu mau membantunya," ucap Arga.

Viola menganggukan kepala, sebenarnya terlihat mudah jika mengasuh anak-anak kebanyakan, masalahnya dia mengasuh anak spesial, Viola yakin hidupnya sebentar lagi tidak ada aman-amannya.

"Baik pak, saya akan mencobanya selama seminggu. Kapan saya bisa mulai?"

"Jika kamu mau sekarang boleh."

Viola menganggukan kepala, kebetulan hari ini dia tidak ada acara jadi mungkin dia bisa mulai hari ini.

"Maaf pak jika pertanyaan saya cukup lancang, jika boleh tau istri bapak ...."

Belum sempat Viola menyelesaikan ucapannya, suara tangisan terdengar dari kamar Fino membuat Arga berniat melangkah ke arah kamar anak itu tetapi Fela malah membuat ulah.

"Pa, Fela lapar, Fela mau makan!"

"Iya Fela, sebentar ya, papa lihat Fino dulu." Arga mengelus rambut Fela tetapi anak itu malah menggelengkan kepala dan berlari ke arah dapur membuat Arga menghela napas.

Dapat Viola lihat jika Arga kesusahan mengurus dua anaknya, "Biar saya saja yang ke kamar Fino pak."

Arga melirik Viola sebentar lalu melangkah ke dapur, dia tidak bisa membiarkan Fela ke dapur sendirian karena anak itu selalu membuat ulah, entah piring yang pecah, atau bahkan makanan yang tumpah. Fela bahkan pernah melukai tangannya dengan pisau, saat itu Arga tengah mengurus Fino sehingga membiarkan Fela sendirian ke dapur.

Sekarang, Viola melangkah ke arah kamar Fino, wanita itu menguatkan diri sendiri jika dia bisa walau sebenarnya dia tidak punya kepandaian mengurus anak-anak. Anak tetangga saja dia cubit bahkan dia ledeki, intinya Viola lebih seperti anak-anak dan sekarang dia malah mengurus anak spesial? Berharap saja semoga Viola masih waras.

"Hai, Eh, Fino udah bangun."

Viola membuka pintu, dia kikuk sendiri saat Fino malah semakin menangis, dia sama sekali tidak mempedulikan kedatangan Viola membuat wanita itu bingung sendiri, ini bagaimana caranya membuat Fino diam?

"Fino, kenapa sayang? Fino lapar?" Viola mendekat ke arah Fino tetapi belum sempat wanita itu mendekat Fino malah turun dari kasur membuatnya terjatuh ke bawah, jantung Viola berdetak sangat kencang untung saja kasurnya tidak terlalu tinggi.

Tangis Fino semakin kuat, anak itu bahkan melempari Viola dengan mainannya membuat Viola harus menghindar, belum lagi air liur Vino yang mengalir, ini Viola bisa dibuat stres jika terus begini.

"Viola, bagaimana ...."

Viola mengalihkan pandangan ke arah Arga yang sudah datang, pria itu hanya bisa menggelengkan kepala sedangkan Viola memberikan senyuman kaku, dia sama sekali tidak bisa membujuk Fino.

Arga masuk ke dalam, pria itu mendekat ke arah Fino sambil mengendong anak itu. Hanya sebentar, Fino sudah diam mungkin karena sudah melihat ayahnya?

"Fino e'ek ya?"

Arga membawa Fino ke arah kamar mandi dan dengan bodohnya Viola malah mengekor di belakang. Dengan sabar Arga membuka celana Fino, anak itu ternyata memakai pampers. Setelah membuah pampers ke tempat sampah di sana Arga membersihkan pantat Fino membuat Viola segera keluar dari kamar mandi.

Dia menahan diri agar tidak muntah walau Viola tetap mual, ini seriusan dia akan melakukan itu? Membersihkan ... membayangkannya sudah membuat Viola bergidik ngeri.

Apa yang harus dia lakukan? Mundur? Tetapi di mana lagi dia mendapatkan bahan untuk skripsi? Tuhan, tolong berikan dirinya ketabahan untuk menjalani kehidupan.

...****...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!