NovelToon NovelToon

Terbelenggu Masa Lalu

Bab 1-Kenangan

" Elle, kau tau aku sangat menyukai permen. Tapi aku akan memberikan bagianku untukmu. " ucap seorang bocah laki-laki berusia sekitar 8 tahunan itu kepada anak perempuan yang duduk disamping nya.

Elle tersenyum senang, lalu menerima permen dengan rasa asam itu lalu memasukan nya ke dalam mulut mungil nya.

" Terima kasih, Justin. Kau memang sahabat terbaik ku. " ujar Elle sambil mengacungkan kedua jempol nya.

Bocah laki-laki itu tersenyum lebar.

" Aku akan memberikan apapun yang aku miliki untuk mu, Elle. "

Kedua nya menghabiskan waktu di taman sambil bercerita tentang banyak hal. Hingga tiba-tiba seorang wanita, datang memanggil Elle.

" Elle, kemari. Ada yang ingin bertemu dengan mu. " teriak wanita itu dari kejauhan.

Elle mengangguk, lalu melepas genggaman tangan nya pada Justin.

" Justin, aku pergi dulu. " ucap Elle yang langsung berlari menghampiri wanita itu.

Justin yang ingin menyusul, meneriakan nama sahabat nya itu, namun gadis kecil itu tidak menoleh sama sekali kearahnya.

" Elle.. Elle"..

Teriakkan Justin semakin menyaring, namun Elle tetap tidak menoleh kearahnya.

***

Seketika Justin terbangun dari mimpinya, dengan keringat dingin disertai nafas yang naik turun hal itu membuatnya sedikit menjadi susah bernafas.

Pria itu berusaha untuk menenangkan diri nya. Kenangan 20 tahun yang lalu kembali muncul lewat mimpi nya.

Setelah ritme nafasnya kembali normal, Justin mengambil sesuatu yang dia letakan dibawah tempat tidurnya, sebuah kotak kayu dengan ukiran indah.

Justin dengan perlahan membuka kotak berukuran kecil itu, lalu mengeluarkan selembar foto yang sesikit terlihat usang. Disana terdapat gambaran seorang bocah laki-laki dan anak perempuan yang sedang bermain ayunan sambil tertawa.

Pria itu pun tersenyum, mengingat kenangan nya dengan sahabat kecilnya dulu sewaktu di panti asuhan.

" Elle, aku sangat merindukan dirimu sekarang dimana kamu berada hm?".. Sambil mengelus-elus wajah Elle difoto itu yang masih umur 8 tahun

Justin terus tersenyum sambil menatap foto yang sedang ia pegang itu. Senyum manis gadis kecil bernama Elle itu membuat dirinya merasa tenang.

Setelah puas menatap foto yang berisi kenangan masa lalu nya itu, Justin kembali menyimpan nya ke dalam kotak. Setelah nya dia meletakan kotak itu di bawah ranjang nya.

Justin melirik jam yang terpasang di dinding, sudah pukul 6 pagi. Dia teringat jika pagi ini akan ada rapat internal bersama para pemegang saham. Akhirnya dengan sedikit memaksakan diri, pria berwajah tampan itu turun dari tempat tidurnya dan pergi menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat ke kantor.

***

Hanya memakan waktu 30 menit, Justin sudah selesai membersihkan diri. Setelah keluar dari kamar mandi, pria berusia 28 tahun itu berjalan menuju walk in closet milik nya.

Disana terpajang berbagai barang dengan brand terkenal di dunia. Deretan jam tangan mahal yang tersimpan di dalam kotak kaca, sepatu-sepatu yang berjejer di rak dengan ketinggian hampir 1.5 m, lalu lemari pakaian nya yang membentuk letter U memenuhi ruangan ini.

Tanpa memikirkan nya terlebih dahulu, Justin langsung mengeluarkan satu stel jas mahal salah satu satu koleksi nya. Dia juga mengambil kemeja putih dan dasi berwarna senada dengan jas nya.

Setelah bersiap-siap kini Justin keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. Wajahnya sangat terlihat dingin tanpa berekspresi..

Justin melangkahkan kakinya menuju meja makan, dimana sudah ada Antoni dan Ana.. Tanpa menyapa mereka berdua kini Justin duduk disebelahnya Antoni..

Ana hanya menatap kearah Putranya, hatinya sangat sedih ingin memeluk dan mencium Putranya namun dia mengurungkan niatnya tersebut karena dia tau bahwa Putranya tidak bisa disentuh..

Suasananya sangat hening, Antoni dan Ana hanya menatap kearah Justin yang sedang fokus dengan sarapannya itu.

Namun karena Antoni sangat ingin tau perkembangan Putranya dia pun melontarkan pertanyaan kepada Justin..

" Bagaimana tentang pengobatanmu?"..

" Tidak ada perubahan".. Dengan nada dinginnya Justin membuat pembicaraan itu terhenti

Hal itu membuat mereka sudah sangat paham dengan perilakunya Justin, dengan cepat Justin menghabiskan sarapannya hanya dalam waktu singkat.

Justin pun bangun dari duduknya, dan langsung membalikkan badannya..

" Aku berangkat"..

" Hati-hati dijalan ya sayang".. Ucap Ana dengan penuh perhatiannya

Justin tidak menjawabnya, Ana hanya tersenyum dan menghela nafas.

" Doakan saja Justin cepat sembuh dari penyakitnya Ma".. Kata Antoni agar membuat perasaan Ana merasa lebih baik

" Semoga saja pa"..

Antoni tersenyum kepada Ana sambil memegangi tangannya Ana, dia tau bahwa Istrinya benar-benar sangat sedih dengan keadaan Putranya..

***

30 menit kemudian tibalah Justin di perusahaan milik keluarga Parker.. Justin berhenti tepat didepan halamannya dimana Asistennya Justin membukakan pintu mobilnya dan Justin turun dari mobil..

" Selamat pagi tuan, hari ini setelah selesai dari rapat kita akan melakukan pertemuan dengan Penerus Perusahaan Dawson"..

" Atur saja jadwalnya"..

" Baik tuan"..

Justin dan Asistennya masuk kedalam lobby perusahaan Parker itu, dimana semua karyawan berbaris menyambut kedatangan bos mereka..

Mereka semua membungkukan badan memberikan salam kepada Bos mereka yang lewat itu, namun tidak ada balasan dari Justin..

Wajahnya masih saja tetap dingin dan fokus menatap kedepan, tibalah mereka dilift dengan cepat Justin dan Asistennya masuk serta menekan tombol ke lantai 6 untuk melakukan rapat yang diadakan hari ini..

Setibanya dilantai 6, semua karyawan yang akan ikut rapat hari ini sudah menunggu Justin didepan ruangan rapat tersebut..

Namun kali ini rapat yang akan diadakan mengundang penerus keluarga Dawson, Joanne Rose Dawson. Yang mana tatapan wanita itu terus tertuju pada Justin. Terlihat dengan begitu jelas ketertarikan nya pada pria itu.

Justin dan asistennya pun masuk kedalam ruangan rapat disusul oleh seluruh peserta rapat, termasuk Joan yang berjalan dengan gaya yang begitu menggoda.

Namun, Joan harus menelan pil pahit, karena seberusaha apapun dia menunjukan kemolekan tubuhnya, tidak akan bisa menarik perhatian Justin. Pandangan pria itu hanya tertuju pada layar besar yang nantinya akan menunjukan pembahasan tentang kerja sama antara Perusahaan Parker dan Perusahaan Dawson.

Joan duduk di sisi meja sebelah kanan Justin. Dia menarik blouse yang dia kenakan ke bawah, agar belahan dada nya semakin terlihat jelas. Tentu saja itu adalah salah satu siasat nya agar bisa menarik perhatian pria dingin di dekatnya itu.

" Kita mulai rapat nya sekarang. " ucap Justin dengan nada tegas khas seorang pemimpin.

Jonas, asisten pribadi sekaligus sekretaris Justin, langsung berdiri. Dia yang akan membuka rapat kali ini.

Sambutan demi sambutan Jonas berikan, lalu dilanjutkan dengan pembahasan kerja sama dengan perusahaan Dawson.

Justin menyimak dengan wajah tanpa ekspresi nya. Sedangkan Joan dia terus melirik ke arah pria itu. Pikiran nya berkelana memikirkan bagaimana cara nya agar dia bisa dekat dengan Justin.

" Nona Dawson, anda bisa memulai presentasi keuntungan dari kerja sama ini. " ujar Jonas yang mengejutkan Joanne.

Dia yang dari tadi tidak fokus pada rapat, sedikit merasa gugup karena tidak tau harus memulai dari mana. Untung saja sekretarisnya langsung mengambil alih, dan Joan bisa menghembuskan napas lega.

Bukan nya memfokuskan diri pada rapat, Joanne justru menyenggol kaki Justin dengan kaki nya.

Justin hanya melirik sekilas, namun setelah nya dia kembali fokus mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh sekretaris Joanne.

Joanne tidak berhenti, dia terus menyenggol kaki Justin, hingga akhirnya pria itu menoleh ke arah nya.

" Apa yang kau lakukan, nona Dawson? " tanya Justin yang membuat seluruh peserta rapat menatap kearah pria itu.

" Ah, maafkan aku tuan Parker, aku tidak sengaja. " jawab Joanne dengan nada yang dibuat-buat lembut.

" Tidak sengaja, tapi kau terus menyenggol kaki ku? Tujuan mu datang kesini sebenarnya untuk bekerja sama atau untuk menjadi wanita penggoda? " tanya Justin dengan nada mengintimidasi.

Joanne mulai mendengar suara bisik-bisik di sekitarnya. Sedangkan sekretaris Joanne hanya bisa menghela napas lelah, dia sudah mengira pasti akan terjadi seperti hal ini sebelum nya.

" Tuan Parker, maafkan nona saya. Dia mungkin benar-benar tidak sengaja. " pria itu berdiri lalu membungkuk hormat kepada Justin.

" Seharusnya keluarga Dawson mengirimkan orang yang lebih kompeten. Jika seperti ini, aku menjadi kehilangan minat untuk bekerja sama dengan kalian. "

Sekretaris Joanne menelan kasar air liurnya. Jika Justin menolak kerja sama ini, maka hancurlah reputasi keluarga Dawson.

" Tuan, maafkan kesalahan kami. Tolong dipertimbangkan lebih dulu kerja sama ini. Saya akan menjamin, nona Joanne tidak akan mengganggu anda lagi. " ucap pria itu dengan keyakinan penuh.

Joanne menatap nyalang sekretarisnya itu. Dia merasa pria itu sudah lancang karena berbicara seperti itu tentang diri nya.

" Ben, apa yang kau katakan? " ucap Joanne tak terima.

" Nona, tolonglah untuk tenang. Biar saya yang mengambil alih. " jawab Ben dengan tatapan tenang namun dibalik itu terdapat kekesalan yang sangat luar biasa dari pria itu.

Joanne hanya mendengus kasar, lalu bersandar di kursi nya seraya melipat kedua tangan di depan dada. Wajah nya terlihat kesal, namun tidak ada yang memperdulikan hal itu.

" Maaf atas ketidaknyamanan nya, saya yang akan mengambil alih mengenai pembahasan kerja sama ini. " ucap sekretaris Joanne.

Bab 2-Chek Up

Justin sudah kembali ke ke ruangan nya ditemani oleh asisten pribadi nya, Jonas. Rapat diselesaikan dengan baik tadi, walau sempat ada ketegangan yang diperbuat oleh nona muda Dawson.

" Tuan, apakah anda baik-baik saja?" dengan nada yang penuh khawatir, Jonas menanyakan keadaan tuan nya itu.

" Aku baik-baik saja, wanita itu tidak langsung menyentuh kulitku. " jawab Justin seraya memijit pelan dahi nya. " Setelah ini apakah ada pertemuan lagi? "

" Tidak ada tuan. "

" Kalau begitu atur jadwalku untuk melakukan check up"

" Baik tuan. Kalau begitu saya permisi dulu. " ucap Jonas lalu pergi meninggalkan ruangan itu setelah melihat anggukan kepala dari Justin.

Setelah kepergian asisten nya itu, Justin menyandarkan diri ke kursi nya. Lalu tak lama melihat kearah kedua tangan nya.

Dia kembali teringat diagnosa yang dokter keluarga nya berikan beberapa belas tahun lalu.

" Tuan dari gejala yang saya lihat, putra anda seperti nya mengidap Haphephobia. Dimana dia tidak bisa bersentuhan dengan orang lain. "

Ucapan dokter waktu itu membuat Justin mengepalkan kedua tangan nya. Dia tidak bisa menerima penyakit itu, tapi dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa selain melakukan terapi untuk kesembuhan nya.

Selama ini, dirinya bagaikan pria suci yang turun dari langit. Sejak remaja, Justin tidak pernah bersentuhan dengan siapapun, termasuk kedua orangtua nya. Jika dirinya memaksa untuk bersentuhan, maka tubuhnya akan menunjukan penolakan seperti dada yang tiba-tiba merasa sesak.

Dengan hal itu yang membuat Justin benar-benar membenci wanita, setelah beberapa menit kembalilah Jones membuat Justin menatap kearahnya..

Penyakitnya tersebut juga membuat Justin tidak pernah dekat atau menjalin hubungan dengan wanita manapun.

Sura pintu terbuka mengalihkan perhatian Justin. Ternyata Jonas sudah kembali.

" Tuan, jadwal check up anda berada di jam 1 siang nanti. Apa anda ingin berangkat sekarang atau langsung menunggu disana? "

Justin melihat kearah jam ditangannya, masih ada waktu 2.5 jam lagi.

" Kita berangkat sekarang saja. " jawab Justin seraya berdiri dan memasang jas yang tadi sempat dia lepas saat kembali ke ruangan nya.

" Baiklah tuan. "

Justin pun beranjak keluar dari ruangan nya yang di ikuti oleh Jonas dari belakang. Kedua nya pun langsung masuk ke lift, dan Jonas memencet tombol 1 untuk membawa mereka menuju lobi perusahaan.

Justin berdiri dengan tegap. Wajah nya tidak menunjukan ekspresi apapun. Tak lama pintu lift terbuka. Jonas mempersilakan tuan nya itu untuk keluar lebih dulu.

Saat berjalan melewati lobi, banyak karyawan yang menyapa Justin. Namun pria itu tidak berniat menyahut bahkan hanya sekedar tersenyum pun tidak. Wajah nya bagaikan sudah terpahat agar selalu kaku dan dingin.

Sebuah mobil keluaran terbaru sudah menunggu di depan lobi. Jonas membuka kan pintu bagian belakang, lalu tanpa kata Justin masuk kedalam mobil. Setelah menutup pintu, Jonas membuka pintu bagian depan dan dirinya pun masuk ke dalam mobil lalu kendaraan tersebut bergerak meninggalkan perusahaan terbesar di Amerika Serikat itu.

***

Tepat pukul 12, mereka tiba diparkiran rumah sakit yang menjadi tempat Justin menjalani terapi beberapa tahun terakhir ini. Jonas terlebih dahulu turun setelah itu dia membukakan pintu untuk Justin.

Justin pun turun dengan raut wajah datar sambil merapikan jasnya. Pria itu melangkahkan kakinya memasuki lobi rumah sakit. Namun tiba-tiba seseorang menabrak Justin hingga pria itu terjatuh.

Mata Jonas melotot, saat menyaksikan seorang wanita yang menggunakan sneli kedokteran, berada di atas tubuh tuan nya.

" Tuan. Anda baik-baik saja? " dengan panik Jonas mendekati Justin lalu mendorong kasar wanita yang menabrak tuan nya tadi ke samping.

" M-maaf aku tidak sengaja. Apa anda terluka tuan? " ucap wanita itu yang berusaha berdiri.

" Apa kau tidak punya mata, nona? Area seluas ini bagaimana mungkin anda masih menabrak tuan saya? " tanya Jonas dengan emosi. Dia takut penyakit tuan nya kambuh karena bersentuhan secara langsung dengan orang lain.

" Maaf, aku akan memeriksa nya. " jawab wanita itu seraya mendekat pada Justin dan ingin menyentuh tangan pria itu.

" Jangan pernah menyentuhnya. " bentak Jonas dengan suara tinggi.

" M-maafkan aku, aku hanya ingin memastikan keadaannya saja. " wanita itu terlihat takut melihat Jonas yang sedang marah itu.

Sedangkan Justin, dia hanya terdiam berdiri seperti patung. Dia merasa ada yang aneh dengan kejadian barusan. Dirinya bersentuhan dengan seseorang tapi kenapa dia tidak merasakan apapun? Tubuhnya tidak mengalami reaksi sebagaimana biasanya jika dia bersentuhan dengan seseorang.

" Jonas. " panggil Justin yang mengalihkan perhatian asisten nya tersebut.

" Ya tuan? Apa dada anda sakit? Sebaiknya kita langsung masuk ke dalam. " tanya Jonas dengan panik.

" Apa kau melihat aku seperti orang yang sesak napas? "

Jonas terpaku. Dia tersadar, saat ini tuan nya itu dalam keadaan baik-baik saja.

" T-tuan, anda..... "

" Permisi tuan-tuan. Saya ada jadwal operasi yang menunggu saat ini. Jika anda mengalami cidera silakan hubungi saya di nomor ini. Saya pergi dulu. " wanita itu menyerahkan selembar kartu nama pada Jonas.

Jonas menatap kartu nama yang diberikan oleh wanita itu. Sedangkan Justin, pria itu sibuk berkutat dengan pemikiran nya sendiri.

" Tuan, wanita tadi memberikan ini pada saya. " ucap Jonas seraya menyerahkan kartu nama wanita tadi.

Justin meraih kartu nama berwarna putih itu, lalu membaca sebuah rangkaian nama yang cukup mengusik hati nya.

" Elora Wilder. " gumam Justin dengan suara hampir tak terdengar.

Bab 3-Penasaran

Justin masih memikirkan apa yang terjadi kepada dirinya tadi. Dia tidak mengerti kenapa saat dirinya bersentuhan dengan wanita itu, tubuhnya tidak bereaksi sama sekali. Apakah tanpa dia sadari penyakit itu sudah hilang darinya selama ini?

" Ada apa denganku? " lirih Justin sambil menatap kedua tangan nya. " Kenapa saat wanita itu menyentuh tubuhku, aku tidak merasakan apapun. Sebenarnya siapa wanita itu sehingga membuatku bisa disentuh olehnya? "

Justin juga melihat kearah kartu nama yang diberikan oleh wanita tadi, dengan cermat Justin membaca nama yang tertera disana. Dia merasa asing dengan nama tersebut.

Saat Justin sedang berpikir, tibalah Jonas dan Dokter Jenn, seorang psikiater yang menangani Justin 3 tahun terakhir ini. Kedatangan mereka membuat Justin menyimpan karta nama itu dibalik jas nya. Justin menegakkan duduk nya dan dengan tatapan datar menatap kearah Dokter Jenn.

" Selamat siang tuan Parker, apa yang anda rasakan saat ini? " tanya dokter Jenn yang duduk di kursi yang berada di hadapan Justin.

" Biasa saja. "

Dokter Jenn tersenyum, " Jadi apa anda tidak merasakan ada perubahan sama sekali setelah melakukan terapi bulan lalu? "

" Jika ada perubahan maka aku tidak akan kemari. " jawab Justin dengan nada dingin.

Dokter Jenn mengangguk mengerti. Lalu dia mengambil buku catatan yang merupakan rekam medis kesehatan Justin.

Sedangkan Justin lagi-lagi pria itu memikirkan kejadian aneh yang baru terjadi kali ini pada nya. Dia merasa wanita itu pasti memiliki suatu hal yang bisa bersentuhan dengan nya tanpa menimbulkan apapun.

Justin ingin bertanya kepada Dokter Jenn tentang wanita itu yang juga merupakan dokter di rumah sakit ini.

" Tapi tadi aku mengalami sesuatu yang luar biasa. " ujar Justin membuat Dokter Jenn menatap kearahnya.

" Kalau boleh saya tau, apa itu tuan? " tanya dokter Jenn.

Justin menarik napasnya lebih dalam, " saat di parkiran seseorang menabrak ku hingga terjatuh. Lalu wanita itu juga ikut terjatuh dan tepat diatas badan ku. Tangan kami sempat bersentuhan, dan.... "

Justin menghentikan ucapan nya sejenak, lalu kembali melanjutkan nya setelah menarik napas sekali lagi.

" Dan tubuh ku tidak mengalami reaksi apapun dengan sentuhan itu. Aku tidak kambuh. "

Dokter Jenn terdiam. Dia mencoba mencerna cerita yang disampaikan Justin barusan pada nya.

" Apa anda mengenal wanita itu? " tanya dokter Jenn, dia belum bisa memberikan analisa nya mengenai hal ini.

" Tidak. Tapi dia memberikan kartu nama nya pada ku. Wanita itu bernama Elora Wilder, dokter bedah di rumah sakit ini. "

Dokter Jenn mengangguk. Dia mengenal siapa wanita yang disebutkan oleh pasien nya itu. Elora Wilder, dokter koas spesiali bedah dirumah sakit ini, namun prestasi nya sudah sangat banyak.

" Saya sedikit mengenal dokter Elora. " ucap dokter Jenn.

Kini Justin yang terdiam. Dia bingung harus melakukan apa. Pikiran nya berkecamuk dengan berbagai macam asumsi mengenai kejadian ini.

" Tuan, kita lakukan terapi sekarang untuk melihat apakah penyakit anda memang sudah sembuh atau belum. " ujar dokter Jenn mengalihkan perhatian Justin.

Justin mengangguk, kini dia mulai fokus untuk melakukan terapi kepada Dokter Jenn. Justin berharap terapi kali ini akan memberikan jawaban tentang kejadian yang ia alami tadi.

Dokter Jenn mulai melakukan terapi kepada Justin hal itu membuatnya sedikit gugup karena dia takut hasilnya tidak sesuai harapannya.

***

Setelah 1 jam, akhirnya Dokter Jenn telah menyelesaikan terapi nya kepada Justin. Dokter berusia 35 tahun itu lalu mulai menganalisa hasil terapi yang baru saja dia berikan.

Raut serius dari dokter wanita itu membuat Justin sedikit gugup, walau ekspresi wajah nya masih saja datar.

" Bagaimana hasilnya? " Tanya Justin dengan nada yang penuh penasaran.

Dokter Jenn menghela nafas, lalu menatap ke arah Justin.

" Sepertinya kita akan melakukan terapi ulang untuk bulan depan tuan. "

Justin mengerutkan keningnya, " itu artinya aku belum sembuh? "

Dokter Jenn menggeleng, " belum. Catatan di bulan lalu dan sekarang masih sama. "

" Kalau aku belum sembuh, kenapa aku tidak bereaksi saat bersentuhan dengan wanita itu? " tanya Justin.

Dokter Jenn terlihat ragu, namun dia harus menyampaikan dugaan sementara yang dia pikirkan saat ini.

" Seperti nya anda memiliki ikatan emosional di masa lalu dengan dokter Elora, tuan. "

Justin menatap tajam ke arah psikiaternya tersebut.

" Apa kau sedang membual dokter Jenn? Sudah aku katakan, aku tidak mengenal wanita itu. "

Dokter Jenn langsung berdiri, dan membungkuk hormat pada Justin.

" Maafkan saya, tuan. Tapi untuk sementara itu lah analisa yang bisa saya berikan. "

Tanpa menjawab, Justin langsung bangkit dan keluar dari ruangan itu. Jonas ikut menyusul tuan nya setelah sebelumnya pamit pada dokter Jenn.

" Aku tidak ingin kembali untuk terapi dengan dokter pembual itu. " kata Justin dengan nada yang terdengar kesal.

" T-tapi tuan.... "

" Jangan mengatakan apapun, Jo. " potong Justin sebelum asisten nya itu selesai berbicara.

Seketika Jonas terdiam, dia benar-benar merasa khawatir dengan keadaan tua nya itu. Dan dia juga bingung, bagaimana cara melaporkan hal ini pada tuan dan nyonya besar nya.

Saat sedang berjalan menuju keluar dari rumah sakit, Justin tanpa sengaja melihat wanita yang menabrak nya tadi melintas di hadapan nya. Dengan cepat Justin menghampiri wanita itu dan menarik tangan nya.

Jonas terkejut melihat apa yang baru saja dilakukan oleh tuan nya.

" Tuan. " lirih Jonas.

Wanita itu menatap Justin dengan waut wajah yang bingung. Namun sedetik kemudian dia terlihat terkejut.

" Bukan kah anda pria yang di parkiran tadi? Astaga, apa anda mengalami cidera? Jika iya mari, akan saya obati sekarang. "

Justin melepaskan tangannya dari lengan wanita itu.

" Aku Justin Midas Parker. "

" Oh, salam kenal, ada pasti sudah tau nama saya jika melihat kartu nama yang saya berikan tadi. " jawab wanita yang bernama Elora itu.

" Apa kita pernah saling mengenal sebelum nya? " tanya Justin.

Elora terlihat berpikir, namun tak lama wanita cantik itu menggeleng.

" Seperti nya tidak, tuan. Saya baru saja pindah ke kota ini tahun lalu. "

Justin kembali memikirkan ucapan dokter Jenn tadi. Kini Justin semakin kesal karena sempat terpengaruh oleh bualan psikiater nya itu.

" Tuan, apa anda mengalami cidera? " tanya Elora seraya tersenyum.

Deg!

Jantung Justin berdebar ketika melihat senyuman wanita di hadapan nya itu. Senyuman yang sangat familiar di mata nya.

Justin terpaku di tempatnya. Senyuman yang dulu sangat ia sukai itu, sangat mirip dengan senyuman dokter di hadapan nya itu.

" Tuan apa anda baik-baik saja? " tanya Elora sambil melambaikan tangannya kearah Justin.

Justin seketika sadar dan menatap kembali kearah Elora, hal itu membuat Elora kembali tersenyum.

" Lupakan saja. Aku tidak apa-apa. "

Setelah mengatakan itu, Justin langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Elora. Wanita itu hanya menatap tanpa mencegah kepergian pria itu. Jonas menunduk hormat, lalu ikut menyusul tuan nya yang sudah keluar dari rumah sakit.

" Jonas, cari tau tentang Elora Wilder. " perintah Justin saat Jonas berada di samping nya.

" Baik tuan, setelah pulang dari sini saya akan langsung mencarinya. "

Justin langsung masuk ke dalam mobil nya disusul oleh Jonas. Tak lama mobil pun bergerak meninggalkan area rumah sakit.

" Elora Wilder. Aku merasa asing dengan nama itu, tapi senyuman nya terlihat mirip dengan Elle. Apa mungkin dokter itu adalah Elle ku? " ucap Justin di dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!