Zanna menelungkupkan kepalanya di meja. Sumpah dia merasa malu, dia tak sadar menjadi pusat perhatian kelas tadi, mana Alfino melihatnya. Apa Alfino akan berfikiran jika dia ternyata perempuan bar-bar, tak sependiam kelihatannya? Hancur sudah Imagenya! Awas saja Elenio!
"Woy Na, udah kali gapapa! Sekali-kali ngeluarin emosi juga ga masalah," ucap Nora yang mulai jengah menyaksikan tingkah Zanna.
"Lo gak tau apa yang gue rasain sekarang, Ra," balas Zanna
"Lah?"
Elenio yang merasa gemas, mengacak gemas rambut Zanna. "Gemesin banget si lo," ucapnya
Tanpa mau mengangkat kepalanya, Zanna menepis tangan Elenio, berusaha melindungi rambutnya. "Jangan rese!" sebalnya
Elenio terkekeh, kini dia ganti mengelus lembut rambut Zanna. "Udah ah, kantin yuk Na, gue laper deh, sumpah!" ucap Elenio
"Ada Brian, sana ah!" balas Zanna menepis tangan Elenio lagi
Tak mau kalah, Elenio berganti memegang bahu Zanna. "Maunya sama lo! Udah ayo!" ajaknya langsung menarik Zanna bangung
Zanna sontak berontak. "Ish, gak mau!" tolaknya
"Adek harus nurut sama Kakak oke!" balas Elenio menarik Zanna berjalan bersamanya
"Lah ditinggal gue?" celetuk Nora terbengong.
"Gue bukan adek lo!"
Oke kembali lagi dengan 2 sejoli ini
"Iya-iya, lo cewe gue! Kode keras banget elah!"
Dengan jengkel Zanna menggigit jari Elenio, membuat cowo itu mengaduh
"Aww! Sakit Na," keluh Elenio yang refleks melepaskan rangkulannya pada bahu Zanna
"Rasain!" balas Zanna lalu berjalan mendahului Elenio
Elenio sontak segera menyusul, dan kembali merangkul cewe itu. "Ish jangan ditinggal guenya, kalau nyasar gimana?" cemberutnya
Zanna seketika mengernyit jijik. "Dih, apaan lo! Kalau nyasar ya tinggal nanya, gitu aja repot!" balasnya
"Jahat lo!" balas Elenio berlagak tersakiti
Zanna memutar bola matanya malas. "Udah gak usah rese! Laper 'kan lo?"
"Iya-iya, diem ni gue!"
Zanna tak menghiraukan lagi, bahkan dia membiarkan Elenio merangkul bahunya, percuma saja kalau disingkirin.
Zanna menghentikan langkahnya di sebuah warung di lahan terbawah. Sengaja biar gak kelihatan guru, bagaimana pun ini masih jam pelajaran, meski kelasnya jamkos.
Elenio mengernyit mendapati Zanna berhenti di depan warung. "Makan di sini?" tanyanya
Zanna mengangguk, lalu menoleh. "Iya, kenapa emang?" tanyanya balik
Elenio tampak ragu menatap warung di depannya. "Gak ada kantin apa, Na?" tanyanya
Zanna sontak mengernyit mendengarnya. "Lo beneran anak kota ya?" tanyanya memicing
"Masih belum kelihatan emang?" balas Elenio malas.
Zanna berdecak. "Ck! Iya deh si paling anak kota! Btw, sekolah di desa ya gini, gak ada kantin, sekolah ini belum se elit itu. Kalau lo gak mau ya udah!" jelas Zanna hendak berbalik
Elenio sontak langsung menahannya. "Jangan pergi dong! Temenin gue ayo!"
Zanna menatap Elenio malas, namun langsung menarik cowo itu memasuki warung.
"Bi, pesen kupat tahu ya dua! Makan di sini," ucap Zanna memesan pada ibu penjual kantin yang sedang sibuk membuat gorengan.
"Siap neng,"
Zanna berbalik, lalu mengarahkan Elenio untuk duduk di dalam warung. Di luar depan, belakang, samping pun terdapat kursi. Zanna tentu tidak mau di luar yang kebanyakan diisi anak-anak cowo yang membolos pelajaran entah di samping apalagi belakang, kecuali depan tentunya, kelihatan guru yang ada.
"Kupat tahu tuh apa, Na?" tanya Elenio penasaran dengan makanan yang Zanna pesan
"Nanti juga tahu," Zanna menjawab cuek.
Sepertinya Elenio memang harus bersabar menghadapi Zanna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments