NovelToon NovelToon

FRIEND WITH BABY (FWB)

Hari Yang Tak Di Inginkan

"Aaaaaaa."

"Koq lo ada disini?"

Ananta Nayra Santoso dan sahabatnya Sean Alejandro Blanco saling berteriak dan bertanya satu sama lain, dengan penuh keterkejutan.

Pasalnya kini mereka berdua berada dalam satu ranjang, dengan kondisi tanpa sehelai benang pun yang melekat.

"Aaaaaaa."

Segera saja Nayra menarik selimut dan menutupi bagian atas tubuhnya yang terlihat, sementara Sean yang bertelanjang dada kini tampak bingung.

"Lo apain gue, Sean?. Kita ini temenan dari kecil. Bisa-bisanya lo lakuin ini ke gue?"

Sean benar-benar bingung dan kalut. Ia tak tau harus menjawab apa, sebab ia pun tak tau apa yang telah terjadi.

"Lo benar-benar jahat tau nggak. Lo merusak kepercayaan gue dan Philo selama ini."

Nayra menyinggung nama kekasihnya yang saat ini tengah berada di luar negri untuk melanjutkan pendidikan.

"Gue nggak tau apa yang gue lakukan, Nay. Gue juga nggak sadar dan nggak ingat apa-apa." Sean membela diri.

"Buktinya kita disini." teriak Nayra.

"Gue nggak tau apa-apaaa."

Suara Sean tak kalah meninggi.

Sejenak keduanya terdiam, lalu mereka mencoba menenangkan diri ditengah perasaan yang campur aduk.

"Tunggu!."

Sean kembali berujar dan seperti tengah berusaha mengingat sesuatu.

"Gimana kita berdua bisa sampai ditempat ini?" ujarnya.

Tak lama pikiran keduanya pun sama-sama melayang kepada kejadian semalam. Dimana ia berdua menghadiri acara ulang tahun musuh bebuyutan Nayra, yakni Cassandra.

Dalam acara tersebut Cassandra menantang Nayra untuk battle sebuah kuis pengetahuan, yang akan dipandu oleh host acara. Siapa yang kalah harus dihukum dengan meminum minuman beralkohol.

Selama ini Cassandra selalu mengatakan pada orang-orang, jika Nayra dapat beasiswa sejak SD adalah berkat orang dalam. Aslinya dia tidaklah sepintar itu dan hanya pencitraan.

Nayra yang selalu haus akan pembuktian tersebut pun menjadi panas lalu menerima tantangan itu.

Sebagai sahabat yang dipercayai oleh Philo untuk menjaga kekasihnya, Sean melarang keras dan menolak keinginan Cassandra.

Ia menarik Nayra ke tempat yang sepi secara paksa. Tetapi Nayra tetap bersikeras, karena enggan terlihat kalah.

"Nay, Philo lagi di luar negri sekarang dan dia mempercayakan lo ke gue. Dia udah wanti-wanti gue supaya lo nggak boleh minum sedikitpun."

Begitulah ucapan Sean malam itu. Ia bahkan rela membatalkan janji dengan pacarnya Felicia, demi menjaga Nayra.

"Nggak Sean, gue nggak mau kalah sama Cassandra. Nggak ada sejarahnya Ananta Nayra Santoso kalah dalam hal apapun. Lagipula ini adalah ajang pembuktian gue ke orang-orang, kalau gue itu selama ini emang pinter beneran. Bukan dibantu orang dalam kayak yang dia sering bilang."

"Nay, kita ini udah kerja dan lagi kuliah lanjut S2. Masih aja lo sama Cassandra kayak anak kecil. Dari SD loh kalian musuhan dan selalu aja kayak gini. Cassandra ngata-ngatain lo, dan lo haus pembuktian kayak anak kecil. Buat apa sih?. Biar apa coba?"

"Pokoknya nggak bisa!. Gue harus terima tantangan itu, dengan apa tanpa persetujuan dari lo. Ini demi harga diri gue." ujar Nayra.

"Kalau lo nggak bisa jawab, otomatis lo akan minum." ucap Sean.

"Kita ini udah umur berapa gue tanya?. Hah?. Kita bukan lagi anak remaja yang dilarang untuk minum minuman keras."

"Tapi Philo udah pesan sama gue dan gue nggak enak."

"Philo di luar negri dan nggak tau apa-apa, asal lo bisa tutup mulut."

Nayra berlalu dari hadapan Sean.

"Nay."

"Nayra."

"Naaay."

Nayra kembali pada Cassandra. Tampak gadis itu dan teman-temannya tersenyum sinis serta terkesan meremehkan.

"Kenapa?. Lo nggak berani terima tantangan gue?. Karena emang lo takut nggak bisa menang kan?" ucap Cassandra seraya memperhatikan Nayra dari bawah ke atas.

"Siapa bilang gue nggak berani?. Gue terima koq." ucap Nayra sambil balas menatap gadis itu.

Ia mengatakan kata-kata tersebut, bertepatan dengan tibanya Sean diantara mereka. Sean benar-benar tak dapat lagi menghentikan semua itu.

"Gue ikut!" ucap Sean tiba-tiba, dan tentu saja semua yang ada disana terhenyak kaget.

"What?. Apa kata lo?" Cassandra bertanya dengan kening yang berkerut.

"Ini tantangan cewek ke cewek, hey. Gue tau lo temennya dia, tapi ini bukan lagi permainan anak SMP-SMA. Lo nggak perlu jadi guardian angel nya dia terus." lanjut gadis itu.

"Gue ikut dan terserah lo minta ditemenin sama siapa. Gue yang nantang." ucap Sean.

Nayra seperti tidak senang mendengar semua itu.

"Apa-apaan sih lo?. Gue nggak perlu di temenin. Gue bisa ngurus masalah ini sendirian. Nggak usah lebay." ujarnya.

"Kalau lo nggak nurut sama gue, gue telpon Philo sekarang." ancam Sean.

"Lo mau bikin gue malu depan Cassandra?. Gue bakal dikira takut dan dia bakal makin ngegosipin gue sebagai orang yang pinternya palsu."

Nayra berkata dengan nada setengah berbisik, dan berusaha menyembunyikan emosi. Ia tak suka pada Sean yang terlalu ikut campur urusannya.

"Sebenarnya lo pinter atau nggak, lo nggak butuh validasi dari siapapun. Hidup lo terlalu banyak ngikutin omongan orang."

Sean memberikan sebuah pandangan, tapi agaknya Nayra masih tak terima.

"Mendingan lo pulang duluan deh, ribet." ucap Nayra.

"Jadi gimana nih?" Cassandra meminta kepastian.

"Gue ikut." jawab Sean tegas

"Kalau Nayra salah jawab, gue yang minum." lanjutnya lagi.

"Nggak bisa!. Siapa yang salah, dia yang harus bertanggung jawab." ucap Cassandra.

"Gue terima."

Belum sempat Sean menjawab, Nayra sudah mengambil keputusan duluan.

"Oke, gue ngajak cowok gue." ujar Cassandra.

Ia lalu melirik ke arah kekasihnya yang konon merupakan anak pejabat wakil rakyat. Tak lama kemudian beberapa botol minuman pun tiba di depan mereka.

Sean tampak kaget, lantaran minuman yang dipilih tersebut adalah jenis minuman yang kadar alkoholnya cukup tinggi.

"Tunggu!" Sean menatap Cassandra.

"Gue nggak setuju sama minuman ini. Lo sengaja mau membahayakan Nayra kan?" tanya nya kemudian.

"Kenapa?. Lo dan princess lo ini takut?" tanya Cassandra.

"Nggak."

Lagi-lagi belum sempat Sean berbicara, Nayra sudah nyerocos duluan. Akhirnya mau tidak mau mereka pun sepakat.

Semua orang berkumpul ditengah dan tantangan tersebut di mulai. Salah seorang waitress mendekat dan menuangkan minuman ke dalam empat gelas berukuran sama.

Dalam hitungan ketiga, host mulai memandu acara kuis. Ia melempar pertanyaan yang pertama. Pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh Nayra dan Cassandra serta kekasihnya harus minum.

Dua kubu pendukung dadakan seketika muncul. Ada yang pro Cassandra, ada pula yang berpihak pada Nayra. Mereka terus menyemangati dan bertepuk tangan serta bersorak-sorai.

Waitress kembali menuang minuman ke dalam gelas yang telah kosong. Setelah itu kuis kembali dilanjutkan.

Nayra dan Sean terus menang di awal-awal. Tapi kemudian mereka kalah cepat dan harus menerima hukuman. Hingga akhirnya mereka berempat sama-sama mabuk berat.

Nayra dan Sean pada akhirnya memang memenangkan tantangan tersebut, sebab Cassandra tumbang terlebih dahulu. Tetapi bukan berarti tubuh Nayra serta Sean baik-baik saja.

Keduanya merasakan mual serta kepala yang terasa mulai berputar-putar. Mereka lalu duduk di suatu sudut.

"Phil, kepala aku pusing."

Nayra berkata pada Sean, dan melihat sahabatnya itu sebagai Philo sang kekasih. Sementara Sean sendiri melihat Nayra seperti pacarnya Felicia.

"Hhhhh."

Nayra dan Sean kini sama-sama mengingat saat itu. Kejadian yang membuat mereka berakhir disebuah kamar hotel.

Nayra merebahkan diri di atas tempat tidur, sambil memanggil Sean dengan nama Philo. Sedang Sean mendekat karena terus melihat sosok Felicia disana.

Mereka mulai berpelukan, berciuman sampai kemudian terjadilah semua itu. Nayra ingat bagaimana ia meminta Sean untuk memenuhi dirinya lebih dalam.

Sedang Sean mulai mengingat saat ia bergerak memasuki gadis itu lagi dan lagi. Mereka berdua saling menikmati satu sama lain.

"Nggak, nggak mungkin."

Nayra yang kini masih berada di tempat tidur tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya. Sean juga tak habis pikir dengan semua ini. Mereka masih berharap ini semua hanyalah mimpi belaka.

"Ini nggak mungkin." lanjutnya lalu beranjak. 

"Lo mau kemana?" tanya Sean.

Sebab pemuda itu masih bingung harus bersikap bagaimana. Nayra sendiri tak menjawab dan segera saja ia berpakaian.

"Kalau mau pulang, tunggu. Gue pakai baju dulu."

Sean buru-buru ikut berpakaian. Tetapi sebelum ia selesai, Nayra sudah pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Nay."

"Nayra."

Nayra buru-buru menuju lift, sedang kini Sean bergegas mengikuti. Ia hampir mendapatkan Nayra dibawah, tetapi ia harus cek out hotel terlebih dahulu.

Nayra keburu naik taksi dan tinggallah Sean sendirian. Ia menyusul pada beberapa saat kemudian, setelah ia berhasil mengingat dimana ia memarkir mobilnya.

Sejak Hari Itu

Sejak hari itu, rasa canggung benar-benar mewarnai persahabatan di antara mereka berdua.

Kedekatan yang sudah terjalin bertahun-tahun lamanya itu pun hancur, hanya karena minuman beralkohol dan tantangan bodoh yang diterima oleh Nayra.

Saat bertemu di kantin kantor mereka sama-sama saling menghindar, begitupula di kampus. Nayra dan Sean memang selalu bersama sejak kecil.

Bahkan kini mereka bekerja di kawasan perkantoran yang sama serta sangat berdekatan jaraknya. Mereka juga lanjut S2 di universitas yang sama.

"Tumben lo nggak berdua-duaan sama Sean?"

Ochi teman sekampus Nayra tiba-tiba nyeletuk. Pasalnya hari itu Nayra tak ada meninggalkan teman-temannya demi bersama dengan Sean.

Pada hari-hari sebelumnya dimana ada Sean, disitu pasti ada Nayra dan begitupula sebaliknya. Tapi hari ini bahkan Sean tak kelihatan sama sekali.

"Iya, biasanya nempel mulu kayak kena lem tikus."

Milka yang berada disamping Ochi pun menambahi. Nayra diam dan teringat pada peristiwa yang terjadi antara dirinya dan Sean. Hal itu tentu saja tak mengenakan hati.

"Lo berdua lagi musuhan?" Ochi mencurigai sesuatu.

"Nggak koq, lagi pengen sama kalian aja."

Nayra memberikan jawaban yang penuh keraguan, sambil berusaha keras untuk tertawa.

"Emangnya gue nggak boleh sama kalian dulu hari ini?" tanya nya lagi.

Ia terlihat makin salah tingkah, sementara Ochi dan juga Milka kini saling bertatapan satu sama lain. Sebab mereka merasa ada yang aneh.

"Eh, kita makan es krim aja yuk."

Tiba-tiba Nayra mengalihkan topik obrolan dan akhirnya mereka pun memesan es krim di kantin kampus. Sepanjang obrolan, Nayra tampak berusaha keras untuk tidak membahas Sean.

Jika hal itu sudah mendekati, maka ia akan berusaha mencari cara agar pembicaraan berbelok ke arah lain.

***

Tak lama setelah itu.

Sama halnya dengan Nayra, dua teman kampus Sean sekaligus teman sekantornya, yakni George dan Virgo juga heran. Sebab Sean yang sehari-harinya selalu di gelayuti Nayra itu, kini terlihat hanya sendirian.

"Si Nayra kagak masuk?" tanya George pada Sean seraya memperhatikan sekitar.

"Eh iya ya. Gue nggak ngeliat dia dari tadi. Biasanya ngikut mulu kayak makhluk halus." Virgo menambahi.

Sementara Sean juga sama mengingat peristiwa yang ia alami bersama gadis itu. Selang beberapa saat Nayra pun melintas, di arah yang tak jauh dari tempat dimana mereka kini berada.

"Tuh dia, baru diomongin." ujar George.

Sean tampak tak peduli dan hanya terlihat menyeruput kopi nya yang mulai dingin.

"Koq dia nggak kesini?" tanya Virgo.

Ia heran melihat Nayra hanya melengos bersama teman-temannya, padahal gadis itu sempat melihat ke arah Sean selama beberapa detik. Biasanya tak melihat pun, gadis itu seolah tau dimana Sean berada dan langsung menoleh serta menghampiri walau sejenak.

"Biarin aja, lagi mau sama temennya kali."

Sean memberikan jawaban dengan nada yang datar. Tetapi karena sesama laki-laki, George dan Virgo pun langsung mempercayai hal tersebut tanpa bertanya lebih lanjut.

Kemudian mereka berbincang dengan mengangkat isu lain seputar dunia perkuliahan bahkan politik. Ketika pulang kerumah, Sean juga tak luput dari pertanyaan ibunya, Karenina Chen atau yang kerap disapa Ci Nina.

"Tumben jam segini udah pulang. Biasanya ngelayap terus sama si Nayra. Pulang dulu ke rumahnya, terus makan malam disana."

Sang ibu sengaja menyindir Sean yang jarang makan malam bersama keluarga, lantaran waktunya habis untuk mengantar Nayra dan bahkan menemani gadis itu dalam banyak hal.

Tetapi Sean tak menjawab. Usai mencium tangan ibunya tersebut, ia memilih untuk naik ke atas dan masuk ke dalam kamar.

Sang ibu mengira sindirannya tepat sasaran, dan berharap Sean segera sadar serta merenung. Padahal isi pikiran pemuda itu sama sekali berbeda.

Ia ingat hari-hari menyenangkan yang telah ia lalui bersama Nayra selama bertahun-tahun lamanya. Dan semua itu harus hancur, hanya karena peristiwa yang terjadi dalam semalam. Seperti nila setitik yang merusak susu sebelanga.

***

"Koq kamu bawa mobil sendiri?. Si Sean kemana?"

Ayah Nayra yang baru pulang kerja, bertanya pada sang anak yang juga baru pulang dari kampus.

Nayra sendiri terbilang sangat jarang membawa mobil. Ia selalu nebeng pada Sean ketika kerja maupun kuliah. Sebab Sean sejatinya adalah tetangga depan rumah. Dulu saat sekolah ia pun selalu naik di boncengan sepeda maupun motor milik pemuda itu.

Ayah Nayra selalu mengizinkan, meski hal tersebut ditentang keras oleh istrinya sendiri. Sebab ibu Nayra telah bertahun-tahun bermusuhan dengan ibu Sean.

"Sean sakit?" tanya ayahnya lagi.

Karena sakit lah satu-satunya hal yang bisa membuat mereka tak terlihat satu sama lain. Selama ini selalu begitu.

"Nggak, pi. Sean udah pulang duluan, dan Nay tadi ada mata kuliah tambahan. Makanya Nay hari ini bawa mobil sendiri." jawab Nayra.

"Oh gitu, ya udah ayo kita masuk." ajak sang ayah.

Akhirnya Nayra pun masuk mengikuti langkah sang ayah.

"Koq sendiri?"

Sama seperti orang tua Sean, sang ibu juga ikut-ikutan menyindir. Tetapi Nayra tidak menanggapi semua itu dan malah berlalu untuk masuk ke dalam kamar.

"Kenapa tuh anak, pi?. Koq kayak lagi ada masalah?"

Naluri keibuannya terusik, sementara sang ayah menganggap hal itu dengan pikiran yang biasa saja.

"Lagi capek aja kali, mi." jawab pria itu.

"Ya sudah, papi mau makan sekarang?" tanya ibu Nayra lagi.

"Mau mandi dulu." jawab sang ayah.

Tak lama pria tersebut pun bergegas mandi. Selang beberapa saat mereka sudah ada di meja makan, tetapi saat dipanggil Nayra tidak turun seperti biasa.

"Tidur apa ya?" tanya ibunya kepada sang ayah. 

"Iya, mungkin. Udah biarin aja, ntar juga kalau laper turun sendiri."

Sang ibu pun tidak bisa mempermasalahkan hal tersebut dan memilih lanjut makan.

***

Hari-hari berikutnya semua terjadi sama saja. Saking sudah jarangnya Nayra dan Sean terlihat bersama, hal tersebut memunculkan berbagai spekulasi.

"Si Nayra sama Sean beneran musuhan kali ya?"

Ochi berkata pada Milka, kala mereka sedang tak bersama dengan Nayra.

"Iya, beberapa hari belakangan ini gue liat dia pergi dan pulang sendirian melulu. Si Sean nya juga kayak sama temennya terus." ucap Milka.

"Apa jangan-jangan salah satu dari mereka ada yg nyatain perasaan, tapi yang satunya nolak." gumam Ochi.

"Secara kan mereka berdua sama-sama udah punya pacar." lanjutnya lagi.

Sejenak Milka pun tampak berpikir.

"Bisa jadi sih." ujarnya kemudian.

"Tapi menurut lo kira-kira siapa yang menyatakan perasaan. Sean atau Nayra?" Ochi mengajukan pertanyaan.

Sejenak keduanya pun kini sama-sama bergumam.

"Kayaknya si Sean deh." Milka mengeluarkan pendapat.

"Tapi kalau dilihat-lihat, si Nayra yang selalu mau nempel ke si Sean. Apa jangan-jangan dia?" tanya Ochi.

"Nayla kan cowoknya ganteng, perfect juga. Nggak kalah sama si Sean." jawab Milka.

"Tapi yang selalu ada sama Nayra kan si Sean. Namanya orang ketemu terus, ya perasaannya pasti beda lah sama yang jarang atau sesekali."

Ochi mengatakan hal yang cukup masuk akal. Tak lama kemudian Nayra tiba dan mereka langsung bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Something Happen

Nayra merasa begitu lapar pagi ini. Tak seperti biasanya, entah kenapa ia tiba-tiba saja ingin makan berat. Padahal seumur-umur ia selalu sarapan dengan jus atau roti saja. Itupun hanya satu potong ditambah sedikit butter.

Tapi hari ini mulutnya ingin sekali makan nasi dengan sayuran yang dimasak bening, serta tempe goreng dan sambal. Seperti masakan kesukaan Sean selama ini.

"Lagi masak apa mbak?"

Ibu Nayra, Viola Wagner yang berkebangsaan Jerman bertanya pada asisten rumah tangga, yang saat ini tengah sibuk memasak di dapur.

Bule yang sudah fasih dengan bahasa lokal tersebut tampak terheran-heran. Sebab si asisten rumah tangga biasanya masak di jam 10 pagi. Tapi ini masih jam 7 an sudah masak.

"Ini bu, neng Nayra minta masakin ini." jawab asisten rumah tangga yang bernama Siti tersebut.

"Hah?. Nayra?"

Viola terkejut dan merasa agak aneh. Ia memperhatikan sayur bening yang masih mendidih di atas kompor, serta tempe yang masih berada di penggorengan.

"Koq tumben dia mau makan berat pagi-pagi?" tanya nya kemudian.

"Ya, namanya orang kepengen bu. Untung tadi tukang sayur lewat." jawab Siti.

"Oh ya sudah kalau gitu. Saya mau bikin kopi bapak dulu." ujar Viola.

"Baik, bu."

Siti lanjut masak, kemudian Viola beralih ke meja makan untuk membuat segelas kopi bagi sang suami, Ignatius Jonathan Santoso.

Selang beberapa menit berlalu, tampak Jonathan dan Nayra sama-sama turun dari lantai dua. Setibanya dimeja makan, Nayra tampak sumringah dengan masakan Siti yang sudah jadi.

"Loh, tumben ada nasi?" Jonathan terheran-heran.

"Tuh, anakmu tiba-tiba minta nasi dan lauk sama mbak Siti." jawab Viola.

"Seumur-umur nggak pernah." lanjutnya lagi.

Tampak Nayra langsung saja memenuhi piringnya, kemudian makan dengan lahap. Awalnya Viola dan Jonathan biasa saja, sampai akhirnya mereka benar-benar tercengang ketika Nayra menambah hingga dua kali.

"Nay, kamu teh kesurupan jurig?"

Viola yang pernah tinggal cukup lama di Bandung tersebut bertanya dengan logat Sunda.

"Laper, mi." jawab Nayra sambil terus makan.

Viola dan Jonathan saling bertatapan satu sama lain.

"Eta kesurupan jurig kampus pi, pasti."

Viola berbicara pada suaminya dengan suara perlahan. Nayra kemudian menghabiskan makan paginya itu dan mengakhirinya dengan segelas air dingin.

"Ah, ini baru makan." ujarnya kemudian. Tak lama setelah bersendawa, gadis blasteran itu pun pamit untuk berangkat kerja.

"Kamu pergi sama Sean?" tanya Jonathan.

Nayra yang lupa pada Sean untuk beberapa menit tersebut, tiba-tiba teringat kembali.

"Nggak, Pi. Nay berangkat sendiri." ucap Nayra. Ia berusaha keras menyembunyikan rahasia di dalam matanya.

"Si Sean nggak kelihatan belakangan ini." ujar Jonathan.

"Ada koq, cuma lagi sibuk aja." Nayra beralasan.

Tak lama gadis itu menghilang dibalik pintu.

"Biarin aja, pi. Nayra itu kan sudah punya pacar. Nggak harus sama Sean terus, kasihan perasaan pacarnya."

Viola seolah memanfaatkan momen.

"Papi lebih percaya sama Sean ketimbang Philo." jawab Jonathan.

"Papi nggak dengar waktu itu ibunya Sean nyindir kita. Pas pacarnya Sean, datang dan ngadu kalau Sean nggak punya waktu buat dia."

Ingatan kedua orang tersebut pun kini melayang pada sebuah peristiwa waktu itu. Felicia pacar Sean datang pada Minggu pagi, sekitar jam sembilan.

Rutinitas di hari libur keluarga Nayra adalah menyiram dan merapikan halaman depan rumah, serta membersihkan mobil sendiri sebelum berangkat ibadah.

"Nanti tante bilang sama Sean, supaya dia lebih banyak menghabiskan waktunya sama kamu. Kamu itu kan pacarnya dan kamu lebih berhak atas waktu yang dimiliki anak tante. Bukan cewek yang udah punya pacar, tapi ketergantungan sama pacar orang."

Ci Nina atau Nina Chen sengaja menyindir sambil melirik ke arah Viola. Saat itu Jonathan masih sibuk mencuci mobil, sama halnya dengan Pablo Alejandro Blanco, ayah Sean yang berkebangsaan spanyol.

"Heh, situ nyindir anak saya?"

Viola si bule yang sudah melokal itu pun langsung berubah mode menjadi emak-emak baperan.

"Kita nggak nyebut merk ya. Kalau situ tersinggung, ya berarti benar dong."

"Mi, ada apa sih?"

"Ma, kenapa lagi?."

Jonathan dan Pablo yang sama-sama notice pada tingkah istri-istri mereka tersebut, langsung mendekat. Sebab takut terjadi huru-hara.

Benar saja, belum sempat mereka meredam istri-istri mereka, tiba-tiba Viola langsung menyemprot Nina dan Felicia dengan selang air yang ia gunakan untuk menyiram tanaman.

"Eh, eh, eh. Kurang ajar ya."

"Aaaaaa."

Nina yang tak terima balas melakukan hal serupa, sementara para suami mencoba melerai. Tak lama Nayra dan Sean tiba dari suatu arah. Mereka sebelumnya berangkat untuk care free day dan baru kini pulang.

"Mi."

"Ma."

"Ada apa sih?"

Mereka mendekat dan mencoba menarik ibu-ibu mereka. Lalu keduanya sama-sama tersiram, persis seperti yang dialami ayah-ayah mereka.

Dan disaat keadaan genting seperti itu Felicia malah mempermasalahkan dari mana Sean dan Nayra, lalu ia pun ngambek.

"Ingat kan?"

Viola yang saat ini menyadarkan lamunan sang suami mengenai peristiwa itu.

"Jadi papi biarkan saja kalau Nayra sudah mandiri, nggak tergantung sama anaknya mak lampir itu lagi."

Jonathan menghela nafas agak dalam. Ia sedang tak ingin mencari ribut pagi ini.

"Iya mi, ya sudah. Papi berangkat dulu ya."

Jonathan mencium kening istrinya itu, lalu ia pun berangkat kerja.

***

Sore hari.

Felicia minta dijemput ditempat kerja. Keinginan yang sebelumnya jarang sekali dipenuhi oleh Sean. Mengingat ia selalu pulang bersama dengan Nayra dan Felicia tak mau jika ada gadis itu bersama mereka.

Tetapi hari ini Sean datang, dan Felicia cukup kaget. Alice teman sekantornya pun ikut terkejut, sebab jarang sekali Sean menjemput Felicia.

"Hai sayang."

Felicia menyapa dan memeluk Sean, ketika telah masuk ke dalam mobil. Sean balas memeluk dan mencium kening gadis itu.

Sejatinya ia memang mencintai Felicia, tetapi ia tak dapat menolak setiap permintaan Nayra. Membagi waktu antara Felicia dan Nayra adalah hal paling berat yang pernah ia lakukan.

Felicia adalah cinta pertamanya, sedang Nayra adalah sahabat yang selalu bersamanya sejak kecil. Ia selalu tak bisa membiarkan Nayra sendirian. Apalagi pacarnya Philo sangat jarang ada untuknya.

"Kita makan dulu aja yuk." ajak Sean pada Felicia, dan lagi-lagi gadis itu terkejut.

"Kesambet setan apa kamu?" tanya nya kemudian.

"Biasanya apa-apa selalu buru-buru, demi membagi waktu buat si Nayra." lanjutnya lagi.

"Sayang, aku nggak mau ribut. Kepala aku lagi pusing, aku pengen tenang."

Sean berkata seolah-olah saat ini dirinya tengah menghadapi sebuah masalah yang serius.

"Kamu kenapa?" tanya Felicia heran.

Sementara Sean mulai menghidupkan mesin mobil dan menginjak pedal gas.

"Lagi ada masalah aja di kantor." jawab Sean. Padahal bukan itu duduk perkaranya.

Sampai hari ini ia masih terus mengingat kejadian yang ia alami bersama Nayra. Sampai hari ini juga mereka tidak saling bertegur sapa dan semua terasa semakin canggung. Ia tak tau harus mulai memperbaiki dari arah yang mana.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!