REED RAIN ( SANG PENGUASA PIKIRAN)

REED RAIN ( SANG PENGUASA PIKIRAN)

PROLOG

Malam itu hujan turun sangat lebat. Seorang pemulung sedang mencari tempat berteduh. Namun tidak ada tempat.

Hingga tiba di sebuah Pembuangan sampah tempat dia sehari hari mencari rejeki dari mengais sampah sampah yang bisa dia jual kembali.

Oek... Oek... Oek...

Duar Duar Gelegar...

" Aduh petir ini sangat berbahaya. Aku tidak boleh berteduh di bawah pohon. Aku akan masuk ke sebelah sana saja."

" kok tadi aku samar samar dengar ada bayi nangis sih? Aduh bikin aku merinding saja!"

Oek... Oek ... Oek...

" Aduh tidak salah lagi. ini beneran suara bayi nangis. Aduh Gusti... Kok Yo serem yooo malam malam hujan petir ada bayi nangis jadi ingat cerita horor di televisi Mpok Ati sih. "

Oek... Oek... Oek...

" Tambah kenceng nangis e... Aku cari dah. Kalo beneran bayi kan kasian. Siapa orang tua yang sudah buang bayi di pembuangan sampah ini yooo jahat banget!"

Pemulung itu terus menajamkan pendengarannya untuk mencari asal suara tangisan bayi tadi.

Tiba di sudut pembuangan sampah , dia melihat ada doz Aqua yang sudah basah bergerak gerak dan tangisan itu sangat keras. Segera dia buka dan dia terkejut melihat bayi merah yang menangis keras karena kehujanan dan kedinginan. Bibir bayi itu sudah biru karena kedinginan. Tubuh kecilnya juga biru karena air hujan yang sudah menggenang di sekitarnya.

Pemulung tadi langsung menggendong bayi itu dan membawa dalam dekapannya . Tapi karena bajunya yang juga basah membuat dia panik sebab si bayi tambah keras menangis.

Pemulung tadi segera berlari di bawah sebuah karton , membawa ke klinik terdekat.

Sampai di pintu klinik dia jelaskan semuanya. Untung saja malam itu ada dokter yang jaga di klinik tersebut.

" Pak dokter maaf saya tidak punya uang untuk bayar obat. Tapi kasian bayi ini saya temukan di pembuangan sampah. Saya mohon pak dokter baik hati bisa menolong anak ini. Tolong ya pak dokter kasian. Nangis terus."

Dokter itu pun iba dan membawa bayi itu ke ruang periksa.

" Sus tolong kau ganti baju bayi ini sus. Dan tolong di handuki ya. "

" Iya dokter."

" Pak. Terima kasih. Anda baik hati. sudah selamatkan bayi ini. Jika bapak merasa keberatan saya akan titipkan bayi itu ke panti asuhan Tante saya besok. "

" Jangan dokter. Saya senang bisa rawat bayi itu. Kasian jika tidak ada yang mengasuh saya bersedia angkat bayi itu. Kebetulan saya juga sendiri. "

" Tapi anda kan tadi katakan tidak punya uang. Bagaimana bisa anda akan penuhi kebutuhan bayi itu? Anda sebagai orang tua angkat juga harus bisa menjamin kehidupan bayi itu dengan baik Lo. "

" Iya dok saya paham. Saya akan bekerja keras. "

" Hmmm begini saja. Apakah bapak bersedia membantu saya untuk bersihkan halaman rumah saya? Nanti bapak akan saya beri gaji bulanan , biar bapak bisa memberikan kehidupan yang baik kepada anak itu. Bagaimana?"

" Wah baiklah dokter saya bersedia "

...****************...

TIGA BULAN KEMUDIAN

" Maaf pak. Saya dipindah tugaskan oleh rumah sakit untuk bisa dinas di kota lain. Apakah bapak akan ikut saya? "

" Apa? Pak dokter harus pindah?"

" Iya pak. Jadi maafkan saya jika bapak tidak bisa ikut saya pindah maka saya tidak lagi bisa menolong bapak mengasuh anak bapak itu?"

" Saya tidak ingin merepotkan dokter terus. Baiklah dok. Saya tidak ikut. Maafkan saya dok. Saya akan tetap di kota ini saja. Sambil menjaga makam keluarga saya. "

" Tapi bagaimana dengan anak bapak nantinya?"

" Saya akan bekerja di tempat lain saja pak. Mumpung saya masih kuat. "

" Baiklah saya akan segera pindah. Kalo begitu ini pesangon untuk bapak dan anak bapak ya. Saya harap bapak bisa gunakan dengan baik. "

" Baiklah dokter. Terima kasih banyak."

Sejak saat itu kehidupan si pemulung dengan bayi yang ditemukan jadi tidak menentu juga. Pemulung tadi bingung untuk selanjutnya dia akan bekerja apa?

" Untung ada pak dokter yang baik beri aku pesangon tiga puluh juta. Aku harus bisa kontrak rumah untuk kenyamanan si kecil ini. Kasian dia. Baiklah sekarang aku harus Carikan rumah kontrakan dulu. Baru aku akan cari kerja."

pemulung itu pun mencari rumah kontrakan dan akhirnya menemukan yang bisa di sewa sepuluh tahun langsung. Dengan biaya sewa dua juta lima ratus ribu pertahun. Jadi pemulung tadi menyewa dengan uang yang diberikan dokter tadi. Dua puluh lima juta dia bayar cash sama pemilik rumah.

Walaupun sangat sederhana, tapi cukup nyaman untuk mereka berdua.

Seminggu sudah pak pemulung ini mencari pekerjaan tapi tidak dia temukan. Akhirnya dengan modal lima juta dia gunakan untuk berjualan asongan saja di terminal dan di stasiun yang kebetulan berdekatan.

Setiap hari pemulung ini pun menjual barang dagangannya di tiap stasiun dan terminal yang dia rasa dekat dengan rumahnya.

Satu hari di terminal, satu hari lagi di stasiun. Begitu setiap hari dia berganti ganti tempat jualan. Sambil menggendong bayinya.

...****************...

SEPULUH TAHUN KEMUDIAN

Hari itu dia berjualan seperti biasa dengan dibantu oleh anak pungutnya itu. Tapi si bapak tidak menyerah walaupun dia tahu Reed anak angkatnya itu bisu. Tapi dia selalu mengajarkan hal yang baik dan memotivasi pada Reed. Membuat Reed tumbuh menjadi anak yang baik hati dan berjiwa besar. Dia bisa menjadi anak yang selalu semangat dan pantang menyerah seperti papanya. Reed memang tidak tahu siapa dia sebenarnya. Papa angkatnya ini tidak pernah memberitahu masa lalunya.

Hingga tiba pada suatu hari. Kala sore menjelang. Keduanya pulang setelah berjualan.

Tapi dengan tidak di sangka sangka ada mobil yang menabrak si bapak penjual asongan ini hingga terpental jauh dan kepalanya terbentur aspal keras. Saat itu juga nyawanya tak tertolong.

Reed langsung memeluk sang papa dan menangis keras tanpa suara. Karena dia memang anak yang tunawicara. Tapi lelehan air matanya membuat semua orang tahu dia sangat berduka kala itu.

Teman teman papanya yang juga masih lalu lalang menjual dagangannya akhirnya berlarian menuju tempat Reed memeluk sang papa.

" Ya ampun... Pak Rory... Kok bisa sih. Siapa yang menabrak siapa... Tanggung jawab dong... kejar kejar mobil itu!" teriakan marah para pedagang asongan itu sampai membuat kemacetan luar biasa. Tapi pelaku tidak di ketahui dan tidak bisa tertangkap sama sekali.

Saat itulah Reed tiba tiba mendengar suara tawa yang sangat keras yang disertai kata kata umpatan juga.

" Hahahahaha gembel saja kok mereka marah. Bagus dah sekalian saja kalian mati... Biar bumi tidak sesak dengan kalian kaum gembel!"

Reed terkejut saat dia mendengar suara tanpa wujud itu. Dia mulai mencari dimana orang yang berkata demikian itu. Matanya tiba-tiba menjadi mata yang penuh emosi. Tapi tiba-tiba semua sura suara bising masuk dalam pikiran dan pendengaran Reed. Reed mulai pusing dan akhirnya pingsan. Membuat semua orang akhirnya menggendong Reed dan membawa jenazah papa Reed pulang untuk dimandikan dan dimakamkan saat itu juga oleh teman teman pak Rory. Papa angkatnya itu.

...****************...

Seminggu setelah kematian papanya yang tragis membuat Reed yang sekarang tinggal di rumah kontrakan yang tinggal beberapa hari saja itu pun menjadi semakin pendiam. Para tetangga yang iba masih saja memberikan makanan pada Reed yang seorang diri.

Tapi Reed akhirnya terusir dari kontrakan karena sudah sepuluh tahun masa sewa habis. Reed hanya membawa beberapa lembar uang peninggalan papanya dan pemberian para tetangga itu pun akhirnya pergi dari rumah kontrakan yang selama sepuluh tahun ini menjadi tempat ternyaman dan terindah bersama papanya, pak Rory.

Dengan derai air mata Reed meninggalkan rumah kenangan itu. Dia pergi membawa beberapa pakaian dan meninggalkan rumah kenangan itu dengan hati yang hancur. Dia tidak tahu kemana akan pergi. Dia tidak punya siapa siapa lagi. Dia hanya sebrang kara sekarang...

Tapi satu hal yang dia sadari sekarang. Sejak kematian tragis sang papa. Reed sekarang bisa membaca pikiran orang orang di sekitarnya. Hal itu adalah kemampuan dadakan yang dia terima sebagai anugerah karena dia tunawicara.

Dengan kemampuan itulah akhirnya Reed membulatkan hati untuk melanjutkan perjuangan papanya dulu walaupun sebagai pedagang asongan dia bahagia dan bisa hidup.

Saat itulah Reed memulai kehidupan barunya. Sebagai anak yatim piatu sebatang kara dan penjual asongan juga.

Dia tidur di terminal dan di stasiun seperti biasanya dia berjualan dengan papanya. Dia sekarang membaur dengan pedagang lainnya yang juga dua puluh empat jam berjualan di terminal besar dan stasiun besar kota itu.

Bagaimana kelanjutan kehidupan Reed? Apakah selamanya dia akan menjadi pedagang asongan? Atau dia akan menemukan kehidupan barunya?

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!