Malam itu hujan turun sangat lebat. Seorang pemulung sedang mencari tempat berteduh. Namun tidak ada tempat.
Hingga tiba di sebuah Pembuangan sampah tempat dia sehari hari mencari rejeki dari mengais sampah sampah yang bisa dia jual kembali.
Oek... Oek... Oek...
Duar Duar Gelegar...
" Aduh petir ini sangat berbahaya. Aku tidak boleh berteduh di bawah pohon. Aku akan masuk ke sebelah sana saja."
" kok tadi aku samar samar dengar ada bayi nangis sih? Aduh bikin aku merinding saja!"
Oek... Oek ... Oek...
" Aduh tidak salah lagi. ini beneran suara bayi nangis. Aduh Gusti... Kok Yo serem yooo malam malam hujan petir ada bayi nangis jadi ingat cerita horor di televisi Mpok Ati sih. "
Oek... Oek... Oek...
" Tambah kenceng nangis e... Aku cari dah. Kalo beneran bayi kan kasian. Siapa orang tua yang sudah buang bayi di pembuangan sampah ini yooo jahat banget!"
Pemulung itu terus menajamkan pendengarannya untuk mencari asal suara tangisan bayi tadi.
Tiba di sudut pembuangan sampah , dia melihat ada doz Aqua yang sudah basah bergerak gerak dan tangisan itu sangat keras. Segera dia buka dan dia terkejut melihat bayi merah yang menangis keras karena kehujanan dan kedinginan. Bibir bayi itu sudah biru karena kedinginan. Tubuh kecilnya juga biru karena air hujan yang sudah menggenang di sekitarnya.
Pemulung tadi langsung menggendong bayi itu dan membawa dalam dekapannya . Tapi karena bajunya yang juga basah membuat dia panik sebab si bayi tambah keras menangis.
Pemulung tadi segera berlari di bawah sebuah karton , membawa ke klinik terdekat.
Sampai di pintu klinik dia jelaskan semuanya. Untung saja malam itu ada dokter yang jaga di klinik tersebut.
" Pak dokter maaf saya tidak punya uang untuk bayar obat. Tapi kasian bayi ini saya temukan di pembuangan sampah. Saya mohon pak dokter baik hati bisa menolong anak ini. Tolong ya pak dokter kasian. Nangis terus."
Dokter itu pun iba dan membawa bayi itu ke ruang periksa.
" Sus tolong kau ganti baju bayi ini sus. Dan tolong di handuki ya. "
" Iya dokter."
" Pak. Terima kasih. Anda baik hati. sudah selamatkan bayi ini. Jika bapak merasa keberatan saya akan titipkan bayi itu ke panti asuhan Tante saya besok. "
" Jangan dokter. Saya senang bisa rawat bayi itu. Kasian jika tidak ada yang mengasuh saya bersedia angkat bayi itu. Kebetulan saya juga sendiri. "
" Tapi anda kan tadi katakan tidak punya uang. Bagaimana bisa anda akan penuhi kebutuhan bayi itu? Anda sebagai orang tua angkat juga harus bisa menjamin kehidupan bayi itu dengan baik Lo. "
" Iya dok saya paham. Saya akan bekerja keras. "
" Hmmm begini saja. Apakah bapak bersedia membantu saya untuk bersihkan halaman rumah saya? Nanti bapak akan saya beri gaji bulanan , biar bapak bisa memberikan kehidupan yang baik kepada anak itu. Bagaimana?"
" Wah baiklah dokter saya bersedia "
...****************...
TIGA BULAN KEMUDIAN
" Maaf pak. Saya dipindah tugaskan oleh rumah sakit untuk bisa dinas di kota lain. Apakah bapak akan ikut saya? "
" Apa? Pak dokter harus pindah?"
" Iya pak. Jadi maafkan saya jika bapak tidak bisa ikut saya pindah maka saya tidak lagi bisa menolong bapak mengasuh anak bapak itu?"
" Saya tidak ingin merepotkan dokter terus. Baiklah dok. Saya tidak ikut. Maafkan saya dok. Saya akan tetap di kota ini saja. Sambil menjaga makam keluarga saya. "
" Tapi bagaimana dengan anak bapak nantinya?"
" Saya akan bekerja di tempat lain saja pak. Mumpung saya masih kuat. "
" Baiklah saya akan segera pindah. Kalo begitu ini pesangon untuk bapak dan anak bapak ya. Saya harap bapak bisa gunakan dengan baik. "
" Baiklah dokter. Terima kasih banyak."
Sejak saat itu kehidupan si pemulung dengan bayi yang ditemukan jadi tidak menentu juga. Pemulung tadi bingung untuk selanjutnya dia akan bekerja apa?
" Untung ada pak dokter yang baik beri aku pesangon tiga puluh juta. Aku harus bisa kontrak rumah untuk kenyamanan si kecil ini. Kasian dia. Baiklah sekarang aku harus Carikan rumah kontrakan dulu. Baru aku akan cari kerja."
pemulung itu pun mencari rumah kontrakan dan akhirnya menemukan yang bisa di sewa sepuluh tahun langsung. Dengan biaya sewa dua juta lima ratus ribu pertahun. Jadi pemulung tadi menyewa dengan uang yang diberikan dokter tadi. Dua puluh lima juta dia bayar cash sama pemilik rumah.
Walaupun sangat sederhana, tapi cukup nyaman untuk mereka berdua.
Seminggu sudah pak pemulung ini mencari pekerjaan tapi tidak dia temukan. Akhirnya dengan modal lima juta dia gunakan untuk berjualan asongan saja di terminal dan di stasiun yang kebetulan berdekatan.
Setiap hari pemulung ini pun menjual barang dagangannya di tiap stasiun dan terminal yang dia rasa dekat dengan rumahnya.
Satu hari di terminal, satu hari lagi di stasiun. Begitu setiap hari dia berganti ganti tempat jualan. Sambil menggendong bayinya.
...****************...
SEPULUH TAHUN KEMUDIAN
Hari itu dia berjualan seperti biasa dengan dibantu oleh anak pungutnya itu. Tapi si bapak tidak menyerah walaupun dia tahu Reed anak angkatnya itu bisu. Tapi dia selalu mengajarkan hal yang baik dan memotivasi pada Reed. Membuat Reed tumbuh menjadi anak yang baik hati dan berjiwa besar. Dia bisa menjadi anak yang selalu semangat dan pantang menyerah seperti papanya. Reed memang tidak tahu siapa dia sebenarnya. Papa angkatnya ini tidak pernah memberitahu masa lalunya.
Hingga tiba pada suatu hari. Kala sore menjelang. Keduanya pulang setelah berjualan.
Tapi dengan tidak di sangka sangka ada mobil yang menabrak si bapak penjual asongan ini hingga terpental jauh dan kepalanya terbentur aspal keras. Saat itu juga nyawanya tak tertolong.
Reed langsung memeluk sang papa dan menangis keras tanpa suara. Karena dia memang anak yang tunawicara. Tapi lelehan air matanya membuat semua orang tahu dia sangat berduka kala itu.
Teman teman papanya yang juga masih lalu lalang menjual dagangannya akhirnya berlarian menuju tempat Reed memeluk sang papa.
" Ya ampun... Pak Rory... Kok bisa sih. Siapa yang menabrak siapa... Tanggung jawab dong... kejar kejar mobil itu!" teriakan marah para pedagang asongan itu sampai membuat kemacetan luar biasa. Tapi pelaku tidak di ketahui dan tidak bisa tertangkap sama sekali.
Saat itulah Reed tiba tiba mendengar suara tawa yang sangat keras yang disertai kata kata umpatan juga.
" Hahahahaha gembel saja kok mereka marah. Bagus dah sekalian saja kalian mati... Biar bumi tidak sesak dengan kalian kaum gembel!"
Reed terkejut saat dia mendengar suara tanpa wujud itu. Dia mulai mencari dimana orang yang berkata demikian itu. Matanya tiba-tiba menjadi mata yang penuh emosi. Tapi tiba-tiba semua sura suara bising masuk dalam pikiran dan pendengaran Reed. Reed mulai pusing dan akhirnya pingsan. Membuat semua orang akhirnya menggendong Reed dan membawa jenazah papa Reed pulang untuk dimandikan dan dimakamkan saat itu juga oleh teman teman pak Rory. Papa angkatnya itu.
...****************...
Seminggu setelah kematian papanya yang tragis membuat Reed yang sekarang tinggal di rumah kontrakan yang tinggal beberapa hari saja itu pun menjadi semakin pendiam. Para tetangga yang iba masih saja memberikan makanan pada Reed yang seorang diri.
Tapi Reed akhirnya terusir dari kontrakan karena sudah sepuluh tahun masa sewa habis. Reed hanya membawa beberapa lembar uang peninggalan papanya dan pemberian para tetangga itu pun akhirnya pergi dari rumah kontrakan yang selama sepuluh tahun ini menjadi tempat ternyaman dan terindah bersama papanya, pak Rory.
Dengan derai air mata Reed meninggalkan rumah kenangan itu. Dia pergi membawa beberapa pakaian dan meninggalkan rumah kenangan itu dengan hati yang hancur. Dia tidak tahu kemana akan pergi. Dia tidak punya siapa siapa lagi. Dia hanya sebrang kara sekarang...
Tapi satu hal yang dia sadari sekarang. Sejak kematian tragis sang papa. Reed sekarang bisa membaca pikiran orang orang di sekitarnya. Hal itu adalah kemampuan dadakan yang dia terima sebagai anugerah karena dia tunawicara.
Dengan kemampuan itulah akhirnya Reed membulatkan hati untuk melanjutkan perjuangan papanya dulu walaupun sebagai pedagang asongan dia bahagia dan bisa hidup.
Saat itulah Reed memulai kehidupan barunya. Sebagai anak yatim piatu sebatang kara dan penjual asongan juga.
Dia tidur di terminal dan di stasiun seperti biasanya dia berjualan dengan papanya. Dia sekarang membaur dengan pedagang lainnya yang juga dua puluh empat jam berjualan di terminal besar dan stasiun besar kota itu.
Bagaimana kelanjutan kehidupan Reed? Apakah selamanya dia akan menjadi pedagang asongan? Atau dia akan menemukan kehidupan barunya?
Bersambung...
Hari itu hujan tidak berhenti mulai pagi sampai sore .
Membuat semua orang di kawasan kecil di bawah jembatan itu mulai panik.
Air sungai sudah meluap tinggi. Dan air pun mulai menerjang ruang ruang kardus di sepanjang jembatan itu.
Teriakan minta tolong sudah hingar bingar terdengar memekakkan telinga.
Semua orang sibuk menyelamatkan diri dan barang berharga mereka masing-masing.
Reed yang lelah seharian jualan pulang dan tidur. Dia tidak menyadari bahwa semua orang sudah pada kebingungan.
Tidak ada yang tahu si Reed kecil masih tidur di rumah kardusnya.
Saat semua orang telah pergi. Reed baru menyadari dia telah lalai karena ketiduran. Kini dia pun tidak bisa minta tolong dia tidak bisa mengeluarkan suaranya.
Akhirnya dia pun pasrah dan hanyut terbawa arus sungai yang meluap.
Reed kecil pun hanyut dan mulai tenggelam.
Mata itu sudah mulai tertutup dan tubuh itu sudah di seret arus sungai yang deras dan meluap itu.
Sekujur tubuhnya penuh luka luka karena terbentur beberapa kali di bebatuan sungai dan di barang barang yang hanyut.
Reed pun sudah tidak lagi bisa melawan arus. Akhirnya mulai tenggelam. Dia pun tidak sadar lagi.
Saat Reed mulai hilang kesadarannya dan tenggelam perlahan mata kecil itu melihat ada seseorang yang berenang dan membawa tubuhnya kembali ke atas. Tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa seseorang yang telah menyelamatkan nyawanya itu.
Saat itu diapun langsung pingsan lagi.
Entah sudah berapa lama Reed kecil tidak sadarkan diri. Saat dia sadar dia sudah ada di tepian sungai dan terbaring lemah dengan tubuh yang sudah tidak basah lagi.
Pagi itu Reed yang baru sadar mengerjap ngerjapkan mata kecilnya untuk menyesuaikan pandangannya ke sekelilingnya. Dia hanya melihat sungai yang mengalir tenang dan pepohonan yang begitu rindang. Serta tempat yang asing baginya. Entah seberapa jauh dia terbawa arus sungai saat itu.
Reed yang selalu tegar dalam hidup sebatang karanya akhirnya perlahan bangun dan duduk sambil kembali mengingat kejadian lalu.
" Siapakah orang yang sudah menyelamatkan aku itu? Aku sungguh tidak jelas dalam melihat. Aku juga merasa tidak mengenal orang itu? " tanya Reed dalam hatinya.
Sambil duduk termangu Reed mulai membersihkan sisa pasir dan tanah di tangan dan kakinya.
" Sekarang aku dimana ya? Pasti aku sudah jauh dari tempat asal ku. "
" Sekarang aku harus bagaimana melanjutkan hidup aku ya. Aku tidak kenal dimana aku berada sekarang. Aku juga tidak tahu harus kemana dan bekerja dimana?"
" Tapi aku harus tetap semangat. Apapun yang terjadi aku harus bisa bangkit dan berjuang. Walaupun aku akan banyak hadapi kesulitan tapi papa selalu berpesan padaku jika aku menjadi laki laki kelak aku harus tanggung jawab dan bekerja keras. Aku juga harus bisa mandiri dan sukses walaupun itu tidak mudah. Aku selalu ingat pesan papaku. Dan aku akan mencari tahu siapa yang menabrak papaku tanpa hati sedikit pun untuk bertanggung jawab kala itu. Aku janji aku akan menjadi laki laki kuat tegas kaya dan sukses demi menuntut pembalasan dendam pada penabrak papaku itu. Benar benar tidak tanggungjawab. bisa bisanya dia malah tertawa dan bangga serta sangat senang melihat hal itu. Kala kami dalam duka dan air mata.!!!"
Perlahan Reed bangkit dari duduknya dan mulai menatap mentari pagi yang hangat. Reed menghirup udara dalam dalam dan mulai berjalan sesuka kaki kecilnya melangkah.
" Hah aku harus kerja apa untuk cari uang buat makan ya? Aku mau kerja apa? Mana ada orang yang bisa terima aku kerja ? Aku juga tidak punya siapa siapa?
Saat Reed berjalan meninggalkan sungai agak jauh dia melihat banyak orang mondar mandir membawa belanjaan.
" Wah di depan ada pasar rupanya. Ehmmm aku ke sana saja untuk lihat lihat dulu. Bila ada yang bisa aku kerjakan maka aku akan menawarkan diri. " gunam Reed semangat dengan senyum yang lebar menghias bibir merah dan mungil itu. Membuat pipinya jadi kemerahan karena terik matahari yang sudah mulai meninggi.
Reed pun duduk di pinggir jalan masuk sambil mengamati semua pergerakan di pasar tradisional itu. Dia membaca nama pasar itu. Dan tersenyum.
Reed dulu pernah diajarkan membaca dan menulis oleh pak Rory papa angkatnya. Jadi dia bisa membaca dan menulis.
Reed tidak tahu dia ada di kota mana. Tapi dia cukup mengamati sekitar dan mulai mempelajari suasana di pasar tradisional itu.
Saat dia termangu dia melihat ibu ibu yang susah membawa banyak belanjaan akhirnya dia punya inisiatif untuk membantu tapi dia tidak bisa bicara membuat ibu itu menjadi salah paham. Dia dikira pengemis dan mau mencuri belanjaan ibu itu.
Keributan itu mengundang banyak orang datang. Tapi Reed terus berusaha menjelaskan apa yang dia ingin lakukan.
Hingga tiba tiba ada seorang ibu ibu lainnya yang datang.
" maaf Bu. Kalo saya lihat dia ini tunawicara jadi dia hanya bisa menjawab dengan kata isyarat. Saya paham yang dia katakan. Dia katakan maaf Bu saya tidak ingin mencuri saya bukan pencuri dan pengemis. Saya hanya inginwmbantu membawakan belanjaan ibu ke mobil itu. Karena saya lihat ibu sangat kesulitan untuk membawa belanjaan ini."
" Hah siapa kau. Jangan jangan kau adalah temannya atau orang yang suruh dia mencuri ya!"
" Saya guru sekolah luar biasa atau guru anak anak yang punya kebutuhan khusus. Jadi saya bisa komunikasi dengan orang yang mempunyai kekurangan bawaan. "
" Hoh begitu. Jadi adik ini mau bantu saya?"
" Iya Bu. dan ijinkan saja. Dia butuh mencari uang untuk dia makan Bu."
" Oooh begitu. Aduh aku jadi salah sangka ya. Maaf ya dik. Maaf karena belakangan ini banyak jambret dan begal Lo. Jadi ibu takut. "
Reed tersenyum dan berkata dalam bahasa isyaratnya , yang di terjemahkan oleh guru cantik itu.
" Terimakasih ibu. Saya tidak apa apa. Maaf jika saya mengagetkan ibu. " jelas sang guru pada ibu tadi.
" Terima kasih ya Bu guru. Mari kita mampir ke kedai itu dan kamu anak kecil pasti kamu belum makan ya? Ayo kita makan dulu. Mumpung ada kedai kecil itu."
ketiganya pun akhirnya menuju kedai kecil di samping pasar tradisional tersebut.
Sampai disitu sang guru pun bertanya pada Reed,"Hai nak. Siapa nama kamu dan rumah kamu dimana?"
Reed yang menunggu makan paginya di antar ke mejanya pun menjawab, " Nama saya Reed. Saya berasal dari kota yang jauh. saya tidak punya rumah disini. Papa saya meninggal kecelakaan. Saya hanyut terbawa arus sungai saat terjadi banjir di tempat saya. Jadi saya tidak tahu harus tinggal dimana?"
Sang guru tiba tiba merasa sangat terharu. Jadi akhirnya mengelus rambut Reed dengan sayang.
" Maafkan ibu. Jadi mengingatkan mu dengan dukamu ya."
" Ada apa ya Bu guru?"
" ah maaf saya lupa menafsirkan. "
Kemudian sang guru pun menjelaskan apa yang dikatakan oleh Reed kepada ibu yang ada di depannya itu.
" Ya ampun kasian sekali nasib mu nak. Memang papa kamu meninggal dunia di tabrak mobil ya hingga langsung meninggal di tempat?"
Reed hanya mengangguk anggukkan kepalanya dengan mata yang mulai berkaca kaca . Sang guru langsung memeluk Reed.
" Nak. Nama kamu Reed kan? Begini saja. Tiap pagi kau bantu ibu angkat belanjaan ya. Ibu setiap pagi belanja di sini. Dan rumah ibu tidak jauh dari sini. kapan kapan kau boleh main ke rumah ibu. "
" Iya kamu juga bantu bawa belanjaan ibu ya. Bu guru juga tiap hari sebelum berangkat ke sekolah pasti belanja dulu di sini."
Reed merasa senang dan berterima kasih berulang kali. Saat itu akhirnya ketiga orang itu pun menjadi dekat.
Reed senang walaupun dia tidak tahu malam ini dia harus tidur dimana?
Bagaimanakah kelanjutan hidup Reed di kota yang sama sekali tidak dia ketahui itu? Mampukah dia bertahan di kota itu?
Bersambung...
Pagi subuh itu Reed masih duduk di sebuah kios yang tutup dan berteduh disana.
Tapi saat dia mau berdiri dia malah di tendang oleh laki laki paruh baya berbadan besar dan berkumis tebal itu.
Bugh bugh bugh...
" Pergi! Pergi! Jangan buat para pelanggan aku jijik melihat mu!
" Paman kau jahat sekali pada teman aku!"
" Apa teman kamu? Sejak kapan kau punya teman seperti gembel itu?"
" Sejak tiga hari lalu. Saat aku jatuh dia yang menolong aku. "
" Hah hanya karena menolong kau saat jatuh sudah kau anggap teman. Sana sana pergi dari depan kios ku lihat banyak pelanggan aku yang pada antri. Sana cepat pergii!"
Reed pun segera pergi. Sedangkan gadis cilik itu di pegang tangannya oleh orang yang dipanggil paman itu untuk masuk kiosnya dan tidak boleh berteman dengan Reed lagi.
Reed pun pergi dengan segera. Dia harus mencari uang lagi untuk dia makan sehari hari. semua penghasilan Reed membantu banyak orang membawa belanjaan di pasar tradisional itu. Tidak di habiskan tapi dia rajin menabung juga.
Hari itu sudah sangat siang saat dia melihat ibu ibu penjual gorengan yang masih banyak dagangannya.
Reed mengulurkan uang warna hijau ke ibu itu untuk membeli gorengan yang beraneka macam itu.
Sang ibu pun tersenyum dan memberi banyak gorengan dagangannya itu.
Reed tersenyum dan mengangguk kepada ibu penjual gorengan tersebut. Dan membawa banyak gorengan ke tepi pasar. Di sana Reed melihat banyak pengemis duduk duduk disana dan Reed pun membagikan gorengan itu pada para pengemis tersebut. Dia sendiri mengambil secukupnya dan akhirnya pergi meninggalkan para pengemis tersebut.
Itulah kehidupan Reed sehari hari selama dia di kota asing. Jauh dari kota asalnya dulu. Hingga dia pun merasa pasar itu sekarang adalah rumahnya.
Saat malam tiba dia hanya tidur alas kardus di depan kios kios yang tutup. Subuh bangun sebelum pemilik kios datang.
Reed sangat rajin bekerja. Dia adalah anak yang baik hati dan rendah hati.
Banyak orang sekarang mengenal siapa Reed. Bocah tunawicara yang baik hati dan tampan itu semakin banyak orang bersimpati dan berempati. Banyak pelanggan memakai jasa angkut nya sehingga tiap hari dia mempunyai banyak tips dari para pelanggannya itu.
...****************...
SEPULUH TAHUN KEMUDIAN.
Reed kecil sekarang tumbuh jadi pemuda yang sangat tampan dengan rambut panjangnya yang hitam legam dan tubuhnya yang gagah membuat banyak gadis dan ibu ibu memujanya.
Banyak sekali pelanggan yang selalu menolong Reed hingga dia besar. dengan jasa angkut yang diberikan oleh Reed pada mereka, mereka juga tak segan memberikan tips yang banyak untuk pemuda tampan itu.
Bu guru yang dulu menolongnya sekarang sudah menikah dan tinggal di luar kota ikut suaminya dinas. Ibu yang dia tolong pertama dulu juga sudah meninggal tahun lalu. hingga Reed benar benar sekarang tidak ada lagi orang yang sangat dekat padanya.
Tapi kemampuan dia membaca pikiran semakin kuat. Dia tahu siapa saja di sekitarnya yang berbahaya. Tapi dia tidak mau menunjukkan kemampuannya itu pada siapapun.
kemampuannya itu sangat menolong dia dalam hidup sehari-hari. Di satu sisi dia memang tunawicara. Tapi di satu sisi dia adalah seseorang yang sangat hebat dalam membaca pikiran dan isi hati orang lain.
Reed sudah melatih kemampuannya itu d.wgan sangat baik. Sekarang di usianya yang dia puluh tahun dia sungguh menjadi pemuda yang tangguh yang diharapkan oleh papa Rory dulu.
Tapi Reed tidak sombong karena dia bisa membaca pikiran dan hati seseorang. Dia biasa saja. Tapi dia selalu waspada untuk menghindari bahaya. Walaupun dia juga sudah lama belajar bela diri dengan seseorang yang juga baik padanya selama di pasar tradisional tersebut.
Saat dia sadar sepuluh tahun yang lalu di tepi sungai, seseorang yang menolong dia ternyata memberikan dia satu kenang kenangan yaitu sebuah kalung indah yang mempunyai liontin batu berwarna biru safir. Ya mirip dengan batu blue safir dan gelang bermata ungu muda dan putih bening tembus pandang , seperti batu kecubung dan batu mustika air, yang indah sekali, dengan rantai perak.
Selama ini Reed menyimpan kedua benda itu dengan harapan suatu saat dia akan bertemu orang yang sudah menyelamatkan nyawanya itu hanya untuk berterima kasih saja. Tidak dengan maksud lainnya.
Kini Reed yang sudah bertumbuh menjadi pemuda tampan itu telah memiliki beberapa pekerjaan.
subuh dia menolong pelanggannya untuk membawa belanjaan. Siang habis makan siang dia membantu di sebuah bengkel bapak tua yang dulu pernah dia tolong karena pingsan di pasar. Bapak pemilik bengkel ini hanya tinggal sendirian karena istrinya sudah meninggal karena sakit dan putranya sudah menikah dan bekerja di luar kota.
Bengkel yang sangat besar itu banyak sekali membutuhkan karyawan. Jadi sebagai ucapan terima kasih Reed pun diajak bekerja dan belajar tentang mesin dan otomotif oleh Bapak tua ini.
Sore tiba Reed pun pulang kembali ke pasar. Dia tetap tinggal di depan kios yang tutup dan tidur disana.
Tapi malam itu tiba tiba pegawai rumah bapak pemilik bengkel itu mencari Reed karena sang tuan mencari Reed malam itu.
" Reed maafkan bapak. Bapak malam malam ganggu tidur dan istirahat mu. Mulai malam ini bapak minta tolong kamu temani bapak di rumah dan bengkel ini ya Reed. Karena pegawai yang tadi jemput kamu itu akan pulang kampung , orang tuanya sakit keras Reed. Jadi bapak tidak ada teman disini kalo malam. "
Reed terdiam sebentar dan akhirnya tersenyum dan mengangguk anggukkan kepalanya dengan tangan yang tertangkup di depan dadanya menyatakan jika dia sangat berterimakasih pada pemilik bengkel tersebut.
Malam itu akhirnya Reed pun tidur menemani bapak tersebut.
Bagaimana perjuangan Reed selanjutnya? Akankah Reed selamanya tinggal dengan pemilik bengkel tersebut?
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!