Uciha Izuna X Senju Tobirama
4. Akhirnya ketemu! Izuna
Langkah Madara cepat dan penuh tekanan. Ia menyusuri jalan-jalan sempit di pinggir desa Uchiha bersama dua shinobi kepercayaannya, mata Sharingan-nya menyala terang—membaca setiap detail jejak, dedaunan yang patah, bahkan aroma samar darah di udara.
Hatinya tidak tenang. Pikirannya terus memutar bayangan adiknya yang terakhir kali ia lihat—tersenyum kecil sambil memeluk perutnya yang belum begitu tampak.
Uciha Izuna
"Aku akan jaga anak ini, Kak... bahkan kalau semua orang menolaknya."
Dan kini, dia menghilang.
Mereka tiba di pinggir sungai yang membelah wilayah antara Uchiha dan hutan liar. Salah satu shinobi berlutut dan menunjuk sesuatu.
???
“Madara-sama… ini darah.”
Madara mendekat. Memang benar. Di antara rerumputan, ada bercak darah yang belum sepenuhnya kering. Di dekatnya, ada sobekan kain putih—terlihat seperti bagian dari pakaian Izuna.
Madara diam. Napasnya berat.
Uciha Madara
"Lacak jejaknya. Jangan tinggalkan satu pun detail."
Mereka mulai menelusuri sisi sungai. Semakin dalam ke hutan, aroma darah memudar, tapi insting Madara malah makin kuat.
Uciha Madara
"Aku tahu kau masih hidup, Izuna..." bisiknya. "Tapi kalau Tobirama yang melakukan ini..."
Tangannya mengepal kuat. Amarahnya perlahan bangkit. Sebagai kakak, ia mulai menyalahkan dirinya sendiri. Ia tahu Izuna keras kepala. Ia tahu adiknya mencintai Tobirama dengan tulus—hal yang Madara sendiri tidak pernah pahami.
Uciha Madara
“Kalau saja aku tak memaksanya menggugurkan…”
Langkahnya terhenti tiba-tiba saat ia melihat sesuatu di bawah akar pohon besar, bekas api unggun kecil dan kain luka yang sudah kotor oleh darah.
Uciha Madara
"Dia ada di sini… belum lama."
Langit mulai gelap saat Madara menyusuri bagian terdalam hutan. Angin sore berembus lembut, tapi ketegangan dalam dirinya justru semakin menebal. Setiap bayangan pohon, setiap suara ranting patah, membuat jantungnya berdebar kencang.
Lalu, di bawah naungan pohon besar yang dikelilingi akar menjalar… ia melihatnya.
Seseorang tergeletak di sana.
Rambut hitam terurai. Pakaian sobek. Tubuh kurus yang terluka. Dan tangan yang memegang perutnya erat—Izuna
Izuna membuka matanya perlahan, pandangannya buram. Ia mencoba bicara, tapi hanya batuk darah. Suaranya nyaris tak terdengar.
Madara berlari menghampirinya, langsung berlutut dan mengangkat tubuh adiknya dengan hati-hati.
Uciha Madara
"Apa yang terjadi padamu? Siapa yang melakukan ini?" suaranya bergetar, antara panik dan marah.
Uciha Izuna
Izuna mencoba tersenyum samar, meski darah mengalir dari sudut bibirnya. “Maaf... aku tidak bisa pulang...”
Madara menggigit bibirnya, matanya berkaca-kaca. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan emosinya.
Uciha Madara
"Kenapa kau bodoh sekali, Izuna?" suaranya rendah.
Uciha Madara
"Kenapa kau tetap mempertahankan anak itu... dan kenapa kau percaya Tobirama?"
Uciha Izuna
Izuna memejamkan mata. “Karena aku mencintainya, Kak…”
Madara menunduk, memeluk adiknya erat, menahan air mata yang akhirnya jatuh.
Uciha Madara
"Sudah... kau selamat sekarang. Aku di sini. Aku akan melindungimu… dan anakmu.”
Comments
kamiya
seruu
2025-06-05
0