Bagaikan terbangun dari mimpi buruk. Semua terjadi begitu cepat. Dia belum bisa menerima kenyataan akan kepergian kekasihnya. Dia masih menyangkal akan kepergian Daniel dan masih berharap semua itu mimpi tapi sayangnya bukan.
Mau seberapa keras dirinya menyangkal, dia tetap dihadapkan dengan kenyataan pahit akan kepergian kekasihnya.
Lucy sudah berada di pemakaman untuk mengantar kepergian Daniel ke peristirahatan terakhirnya. Semuanya menangis dan merasa begitu kehilangan. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka jika Daniel akan pergi meninggalkan mereka begitu cepat.
Satu persatu dari mereka mulai memberikan penghormatan terakhir. Lucy adalah orang yang paling tidak sanggup melihat Daniel berada di dalam peti mati. Dia berusaha bersikap tegar namun perpisahan itu begitu menyakitkan bagi dirinya.
Segala kenangan yang telah dia lewati bersama dengan Daniel membayang-bayangi dirinya. Kenangan itu bagaikan potongan puzzle yang terus bergerak dalam ingatan, merangkai menjadi sebuah memori yang tak bisa dia lupakan sehingga membuat dirinya semakin jatuh ke dalam kesedihan.
Lucy berdiri sedikit jauh, dia tidak ingin ada yang melihat dirinya. Dia akan menangisi kepergian kekasihnya dalam diam namun Ibu Daniel menghampiri dengan sebuah kotak kayu yang tidak terlalu besar.
“Lucy, kenapa kau bersembunyi di sini?” wajahnya terlihat lelah dan kedua mata membengkak akibat terlalu banyak menangisi kepergian putranya.
“Maaf, Aunty. Rasanya aku tidak sanggup mengantar kepergian Daniel," kedua mata Lucy pun membengkak. Dia sudah menangisi kepergian Daniel semalaman tapi semua itu tidaklah cukup. Dia sangat berharap Daniel muncul di depan pintu rumahnya tapi semua itu tidak mungkin terjadi.
“Tidak ada yang sanggup, Lucy. Aku pun tidak sanggup tapi semua sudah terjadi dan ini adalah takdirnya. Kita tidak boleh terlalu tenggelam dalam kesedihan akan kepergian Daniel apalagi dirimu. Kau adalah orang yang paling dia cintai, dia tidak akan suka melihat kau menangisi kepergiannya terlalu lama.”
“Kenapa, Aunty?” air mata Lucy kembali berlinang, “Kenapa dia harus diambil dari kita?” Jika dia tahu akan terjadi hal seperti ini, dia pasti sudah mencegah agar Daniel tidak pergi ke Amerika.
“Aunty juga tidak tahu. Semua ini terjadi secara tiba-tiba. Kita tidak bisa mengubah apa pun selain merelakan kepergiannya.”
“Aku tidak bisa,” Lucy menggeleng, dia tidak bisa menerima kepergian Daniel.
“Tolong jangan seperti ini, Lucy. Kita harus merelakan dirinya agar dia bisa beristirahat dengan tenang. Aku tahu kau begitu kehilangan dirinya dan kami juga merasakan hal yang sama. Ini barang-barang yang dia tinggalkan dan aku rasa kaulah yang paling pantas untuk menyimpannya,” barang yang dia bawa diberikan kepada Lucy.
Lucy mengambilnya dengan tangan gemetar. Semua benda itu, akan menjadi barang paling berharga dalam hidupnya.
“Tolong katakan jika semua ini hanya mimpi saja, Aunty!” Dia harap seseorang membangunkan dirinya lalu mengatakan jika semua itu hanyalah mimpi saja.
“ Aku juga berharap demikian tapi sayangnya ini bukanlah mimpi, Lucy!”
Lucy menangis tersedu. Ibu Daniel memeluknya, mencoba menghibur dirinya namun pada akhirnya mereka berdua menangis bersama karena mereka sama-sama tak bisa menerima kepergian Daniel.
“Pergilah, ucapkan sepatah atau dua patah kata sebelum dia dimakamkan,” ibu Daniel mengusap bahu Lucy untuk memberinya kekuatan.
Lucy mengangguk, sungguh dia tidak sanggup. Rasanya ingin berlari pergi lalu menenggelamkan diri ke dalam sebuah sungai. Dengan perlahan, Lucy menghampiri peti mati sambil memikirkan kata terakhir yang akan dia ucapkan untuk kekasih hatinya.
Serangkaian kata sudah tersusun di dalam benak namun setelah dia berhenti di sisi peti mati, Lucy jatuh bersimpuh dan menangis dengan pilu. Lidahnya terasa kelu, apa yang ingin dia ucapkan tak dapat lagi dia lontarkan. Dia hanya bisa menangis saja, menangisi kepergian Daniel untuk selama-lamanya.
“Jangan pergi, Daniel. Jangan pergi!” Akhirnya ucapan itu saja yang dapat dia ucapkan.
“Aku tidak sanggup hidup tanpa dirimu, Daniel. Kenapa kau meninggalkan aku dengan cara seperti ini? Kenapa Daniel?” Rasanya sakit, benar-benar sakit. Sosok yang dia cintai, sudah tidak ada lagi.
Lucy menangisi di sisi peti mati, memeluk peti mati itu seolah-olah dia sedang memeluk Daniel. Tak ada lagi kata-kata yang dapat dia ucapkan, dia hanya bisa mengantar kepergian Daniel dengan tangisan dan perasaan hancur.
Seseorang mendekati Lucy, menarik tangannya dan membawanya pergi karena pemakaman sudah akan dilakukan. Langit pada siang itu tampak suram, awan gelap telah menghiasi kota Moskow sejak pagi. Alam seakan ikut bersedih, dengan kepergian Daniel. Dia pemuda yang baik, pemuda yang penuh kasih sayang oleh karena itu semua yang mengenal dirinya merasa begitu kehilangan.
Acara pemakaman dihiasi dengan air mata. Laki-laki mau pun wanita, tidak ada satu pun yang tidak menangis. Suara tangisan semakin pecah saat peti mati dimasukkan ke dalam liang lahat. Ibu Daniel sampai pingsan, tangisan anak-anak nyaring terdengar.
Kata perpisahan terucap di hati Lucy, dia sudah tak sanggup berkata-kata lagi. Itu akan menjadi hari paling buruk yang tidak akan pernah dia lupakan.
Pemakaman berjalan dengan cepat karena hujan deras tiba-tiba saja turun. Langit seolah ikut menangis, mengantar kepergian Daniel. Satu persatu pelayat mulai pergi, begitu juga dengan keluarga Daniel. Makam mulai sepi namun Lucy masih berdiri di bawah guyuran air hujan karena dia belum mau pergi.
Jared menghampiri, memberikan payung agar Lucy tidak semakin basah. Lucy berpaling, memandangi pemuda itu namun dia kembali memandangi makam Daniel.
"Untuk apa kau masih berada di sini?" tanya Lucy dengan sinis.
"Aku sudah berjanji pada Daniel untuk menjagamu jadi mulai sekarang kau adalah tanggung jawabku!"
"Tidak perlu, aku tidak membutuhkan simpati darimu.Pergilah, aku ingin sendirian."
"Tidak. Aku akan menemanimu di sini!"
"Terserah kau saja tapi aku tidak butuh tanggung jawab darimu!" entah apa yang dipinta Daniel pada pemuda itu tapi dia tidak butuh.
"Ikut aku pulang, Lucy. Aku yang akan menjagamu mulai sekarang."
"Tidak, sudah aku katakan tidak. Memangnya siapa kau?" teriak Lucy dengan keras. Tatapan tajamnya sudah tertuju ke arah Jared.
"Bukankah sudah aku katakan, aku yang akan menjagamu mulai sekarang," Jared tersenyum lembut namun Lucy tidak membutuhkan pemuda itu.
"Aku tidak butuh dirimu!" Lucy melangkah pergi, mendekati makam. Dia memandangi makam Daniel sejenak lalu melihat ke arah Jared. Meski Daniel telah meminta sesuatu pada pemuda itu, tapi dia tidak membutuhkan simpatinya apalagi tanggung jawab yang tidak perlu pemuda itu lakukan.
Memangnya dia siapa? Dia bahkan tidak kenal sama sekali dengan pemuda itu. Lucy melangkah pergi, meninggalkan makam.
Jared ditinggal sendiri. Pria itu mendekati makam dan berdiri cukup lama di sana. Dia tidak menyangka permintaan Daniel sebelum kecelakaan itu terjadi, merupakan sebuah firasat yang Daniel dapatkan sebelum kepergiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
gia nasgia
kisahnya Lucu sedih juga🥺🥺🥺
2025-03-04
0
Muh. Yahya Adiputra
yaa Allah perpisahan yg terjadi karena ditinggal mati rasanya pastiii sangatt nyesek sekali😭😭😭
2024-11-20
1
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
pasti berat ditinggal sang kekasih
2024-11-10
1