BAB 5 isi HAti

(POV.dimas)

...****************...

setelah hujan reda aku izin pada ibu dan juga Elvi yang sudah menjadi istriku sekarang, untuk menemui Arif sahabat... aku tidak menyangka bahwa kami betul-betul telah menikah,. awalnya aku hanya sekedar ingin bermain-main saja dengannya, setelah kurasa cukup satu tahun putus dengan Rina.... gadis yang aku pacari selama kurang lebih dari 4 tahun. hanya dia yang mungkin sampai saat ini aku belum bisa melepas bayang-bayangannya..

kami putus karena dia belum siap untuk menikah dan ingin mengejar cita-citanya sebagai wanita karir.

tanpa ada rasa cinta aku nekat menjalin hubungan kurang lebih 2 tahun dengan elfi jujur dari awal ber hubungan aku berniat untuk memutuskannya. tapi dia gadis yang sangat baik dan perhatian terhadap ibu, apalagi Rina tidak pernah seperhatian itu sama ibu. hal ini yang membuat ibu senang dan menyetujui hubunganku dengan elfi.

ibu berkata bahwa gadis cantik itu banyak tapi gadis yang baik dan setia itu jarang sekali....

sampai waktunya tiba di saat ibu Krisis harus diopname, ibu mendesak untuk menikah. karena beliau ingin menimang cucu sebelum meninggal. beliau sering berkata usia tidak ada yang tahu. kapanpun Tuhan bisa mengambil nyawa ibu, apalagi ibu juga sakit-sakitan, aku sangat sedih sekali jika ibu sudah berkata seperti itu.

emang penyakit ibu cukup parah karena sudah harus menjalani Hemodialisa setiap 2 minggu sekali. ibu ingin disaat pergi meninggalkanku, aku tidak sendirian karena ada istri dan anaknya akan menjadi tempatku pulang.

saat itu ada elfi, dan ibu memintanya agar mau menikah denganku. elfi pun terlihat bahagia dan menyetujuinya.

seminggu ibu pulang dari opname, kami mengadakan lamaran yang sebenarnya aku sendiri belum yakin pada elfi, tapi karena nggak ingin membuat ibu sedih dan kecewa aku menyetujuinya.

sebulan sebelum acara pernikahan, aku sangat sok karena elfi mengetahui hubunganku dengan Rina dan kami masih berkomunikasi serta saling memberi perhatian.

terlihat kekecewaan di wajahnya, ia sangat marah besar padaku. tapi sebisa mungkin dia menahan amarahnya. dia hanya menangis dan memukuli dadaku, aku bingung saat itu, dan aku hanya meminta maaf dan memohon untuk tidak membatalkan pernikahan ini.

tanpa ada jawaban dia meninggalkan rumahku dengan derai air mata yang aku tahu pasti sangat menyakitinya.

dua minggu tanpa kabar Elfi, ternyata membuatku merasa ada yang kosong di hati ini. entahlah apa aku sudah mulai merasakan kehilangan, karena dia biasanya selalu hadir di setiap hari-hariku.

aku juga sadar, ternyata selama 2 tahun kami bersama hanya dia yang selalu memulai komunikasi, dia yang selalu telepon aku lebih dulu. menanyakan kabarku dan kabar ibu, mengingatkanku untuk jangan lupa makan dan solat, dan masih banyak lagi bentuk perhatian yang selalu diberi untukku.

dan saat elfi menghilang, membuatku resah, ingin menemuinya. tapi dia selalu tak pernah ada di rumah, aku datangi tempat kerja kerjanya pun dia selalu menghindar.

sampai akhirnya Elfi mau membalas chat dan memberitahu keberadaannya, entah kenapa yang aku rasakan sepertinya lega sekali, ingin cepat-cepat bertemu dengannya.

di cafe bintang kami bertemu, Dia terlihat sangat cantik dengan rambut hitam panjang di kuncir kuda. kulit putih bersihnya terlihat sangat kontras dengan dress warna hitam yang dikenakannya.

rasanya aku ingin segera memeluknya, tapi sebisa mungkin ku menahan diri. apalagi suasana di cafe saat itu ramai.

kenapa baru sekarang aku melihatnya begitu berarti, tetapi aku belum yakin benar dengan perasaanku, apakah aku sudah mulai jatuh cinta padanya...

pada waktu yang akan menjawab tentang perasaanku padanya. satu yang pasti aku akan ikhlas menjalani biduk rumah tangga dengannya, mana ombak ini membuat perahu kami berlayar kami sudah siap dengan segala konsekuensinya.

...****************...

hari pernikahan tiba, jujur perasaanku sangat gugup. selama mendekati akad nikah, pikiranku justru tertuju pada Rina. dia tahu hari ini aku menikah, aku tidak tahu apakah dia akan datang atau tidak. setelah lamaranku dengan Elvi, secara pribadi aku memang kembali melamar dan mengajak Rina untuk menikah tapi dia tidak ada kepastian. kalau dilihat dari gelagak nya dia masih tertarik padaku, karena dia juga begitu perhatian. aku menganggap Rina menolak lamaran pribadiku.

aku ingat pesan Arif setelah Elvi marah padaku waktu itu, kita ngobrol di kantor, aku menghampiri Arif dan duduk di sudut meja kerjanya.

"kenapa lu, muka kusut banget kayak belum disetrika.."ucap Arif yang memandangku dengan mimik heran...

aku menghela nafas dan menghembuskan perlahan.

"elfi sampai sekarang belum ada kabar ini udah seminggu lewat sejak gua ketahuan chat Rina.."lirik ku memandang sudut ruangan.

"lagian kan gua udah bilang dari awal, kalau niat lu cuma main-main sama Elvi mending lu tinggalin. karena menurut gua dia tuh polos banget terlalu baik buat lo.

buat apa juga lu masih berharap sama si Rina...? dia itu cuma mau main-main saja sama lo, kalau dia beneran sayang dan cinta sama lu, kenapa dia malah tarik ulur perasaan loh. elfi aja tuh paket komplit menurut gua, emang sih dia kalah cantik dari Rina, tapi yang pasti menurut gua, dia udah ada di depan mata lo, beneran sayang sama lu dengan tulus, bukan cuma elu doang. tapi ke nyokap lu juga, sampai sempat -sempatnya dia izin kerja buat nganterin nyokap lu cuci darah di saat lu lagi nggak bisa nganterin kena posisi lo di luar kota.

ingat pesan gua ya dim, jangan sampai lu nyesal kehilangan Elfi. kalau lu nggak niat sama dia, biar gua aja yang maju. siapa tahu Elvy suka sama gua, gua bakalan jadi cowok yang bahagia kalau bisa jadi suaminya.."jelas Arif panjang lebar....

aku langsung memukul kepalanya dengan berkas map di tangan....

"sembarangan aja lo, gua cuma lagi gamang sama perasaan sendiri. udah seminggu ini Elvi nggak ngirim gua pesan atau apa. angkat telepon gua juga nggak. balas chat gue juga nggak. gua datang ke rumahnya kata orang tuanya nggak ada. gua datang ke tempat kerjanya pada bilang nggak ada, gua jadi kayak anak ayam kehilangan induknya..."sahutku sambil menukar rambut seperti orang frustasi...

"gua cuma takut dia membatalkan pernikahan, dan nyokap gua malah drop..."0 lanjut ku, sambil kembali duduk di kursi tempatku bekerja...

"ya udah itu sih DL, derita lu... sabar aja pokoknya.... mungkin dia cuma mau nenangin diri dulu..... lu banyak-banyak berdoa aja supaya dia jadi jodoh gua..... hahaha.."lirik Arif,...

"dasar kampret,,, teman lagi susah bukannya bantu solusi malah ngeledek...."asalku sambil melanjutkan pekerjaan yang akhir-akhir ini nambah banyak.....

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!