"Neng" Ujar Safrudin kepada Kinasih.
Kinasih pada saat itu sedang terbaring lemas di kamarnya karena demam. Kebetulan Safrudin memang sedang berada di kediaman mertuanya, tidak lain orangtua Kinasih.
Kinasih merasa kaget karena Safrudin tiba - tiba datang ke kamarnya.
"Muhun Mang, aya peryogi naon?" (Iya paman, ada perlu apa?) Jawab Kinasih.
Safrudin pun menghampiri Kinasih yang terlihat lemas dan pucat. Alih - alih kasihan kepada Kinasih, Safrudin merasa tergoda karena terlihat jelas lekukan badan Kinasih yang aduhai.
"Amang..." Desahan Kinasih yang pada saat itu dicumbu oleh Safrudin.
Safrudin pun terus menerus menerus memberikan sentuhan kepada Kinasih.
"Mang? Amang?! (Paman? Paman?!) Tanya Kinasih.
Safrudin pun sontak kaget, karena semua itu hanyalah hayalannya.
"Punten Neng, Amang ngalamun hehe, kumaha damang geulis?" (Maaf Neng, paman melamun hehe, gimana kabarnya?) Tanya Safrudin.
"Sakinten Amang, kawit namah teu tiasa gugah - gugah acan" (Mendingan Paman, kemarin - kemarin hanya bisa terbaring) Jawab Kinasih.
"Neng...., eh Akang aya didieu, Imas milarian ih" (Neng, eh Akang ada disini, Imas nyariin ih) Ujar Imas yang merupakan Bibi dari Kinasih dan Istri dari Safrudin yang tiba - tiba masuk ke dalam kamar Kinasih karena kamar Kinasih terlihat dengan posisi pintu terbuka.
"Ehhh Bibi" Jawab Kinasih.
Imas pun memeluk Kinasih yang pada saat itu masih terbaring di tempat tidur. Sedangkan Safrudin meninggalkan mereka berdua di dalam kamar.
Tak terasa waktu sudah menunjukan waktunya Imas dan Safrudin pulang. Imas dan Safrudin pun berpamitan kepada semuanya. Kinasih dengan kondisi yang masih terbaring lemah, mencoba bangun dan melihat mereka pulang.
Pada saat perjalanan pulang, Imas baru sadar bahwa kebutuhan di rumahnya ada yang sudah habis. Kemudian Imas meminta ijin kepada Safrudin suaminya untuk ke pasar terlebih dahulu karena ada barang yang perlu di beli. Kebetulan pada saat itu posisi pasar se arah dengan rumah mereka.
Safrudin pun mengizinkan dan mulai terbesit pemikiran kotor mengenai Kinasih. Alih - alih pulang kerumahnya lebih dahulu, Safrudin berbalik arah dan kembali kerumah mertuanya. Tekadnya kuat dan jiwa penasarannya menggebu - gebu. Jiwa Safrudin terus meronta - ronta ingin segera mencumbu tubuh molek Kinasih. Safrudin pun memang cukup pintar mengenali situasi. Posisi rumah tidak ada siapa - siapa selain Kinasih. Sepulang Imas dan Safrudin dari rumah mertuanya itu, mertuanya pun sama - sama meminta izin kepada Kinasih karena akan meninggalkannya sendiri di rumah untuk pergi ke ladang.
Tuk... Tuk.. Tuk...
(Suara seseorang sedang mengetuk pintu).
Kinasih sempat heran, siapa ya yang berkunjung,
"Ah mungkin itu Ibu dan Bapak" Pikir Kinasih.
Kinasih pun perlahan beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan untuk membuka pintu.
Kerekek kekekkk...
(Kinasih membuka pintu).
Kinasih kaget, ternyata yang mengetuk pintu itu Safrudin, pamannya sendiri.
"Amang, mana bibi?" (Paman, mana bibi?) Tanya Kinasih kepada Safrudin.
Tanpa basa basi, Safrudin mendorong badan Kinasih yang lemah itu untuk masuk ke rumah dan langsung mengunci pintu.
Kinasih yang pada saat itu kaget, dan merasa takut dengan perlakukan Safrudin, sempat terdiam sejenak dan mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Neng geulis...." (Neng cantik) Ucap Safrudin dengan nada halus sedikit menggoda.
"Amang bade naon? Mana bibi? Naha Amang nyalira kadieu na?" (Paman mau apa? Mana bibi? Kenapa Paman kesini sendirian?) Jawab Kinasih.
Tanpa berlama - lama, Safrudin melepas pakaian Kinasih. Kinasih kaget dan meronta - ronta karena Safrudin merudapaksa dirinya.
"Amang... teu kenging kitu, teu karunya ka Neng?" (Paman, jangan begitu, tidak kasihan kepada Neng?) Ucap Kinasih.
"Neng, ni teu kiat amang teh hoyong ti tatadi" (Neng, paman sudah tidak kuat dari tadi) Jawab Safrudin.
Tak menunggu lama, Safrudin pun langsung mendekap Kinasih dan mencumbu tiada henti. Kinasih meronta sambil menangis, namun dekapan Safrudin yang begitu kuat membuat Kinasih tak berdaya untuk melawan karena posisi Kinasih pun memang sedang lemah karena sakit demam yang di deritanya pada saat itu.
Safrudin pun berhasil menjajaki perawan Kinasih. Safrudin puas, dan tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Hatur nuhun Neng, ke Amang ameng deui kadieu nya, tos sakali mah ke sok dedeuieun" (Makasih Neng, nanti paman kesini lagi ya, udah sekali merasakan, pasti besoknya ketagihan) Ucap Safrudin kepada Kinasih yang pada saat itu sedang menangis tiada henti.
Sejak kejadian tersebut, Kinasih tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun kecuali Kinasih sendiri yang menginginkannya. Kinasih berubah menjadi pribadi yang sangat dingin, dan merubah penampilannya menjadi seksi. Kinasih beranggapan, semenjak kejadian tersebut, dirinya menjadi kotor, tidak pantas untuk siapapun dan Kinasih bertahan hidup dengan tujuan ingin menghancurkan laki - laki tak bermoral untuk membalas dendam perlakuan pamannya kepadanya. Bahkan Kinasih tidak pernah menyangka bahwa orang terdekatnya, keluarganya sendiri bisa melakukan hal keji seperti itu. Tidak ada satupun keluarga yang mengetahui penderitaan Kinasih. Kinasih menutup rapat memori kelamnya ini. Usia Kinasih pada saat itu 17 tahun. Dari sinilah kita tahu pengertian bercinta bagi Kinasih bukanlah kenikmatan melainkan sebuah amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Cantika
Kinasihhhhh 😭 sedih bet
2024-08-18
0