...----------------...
"Heeey...!" sapa seorang wanita muda.
Dia menepuk bahu Suster Cleine sangat kencang, sampai Suster Cleine terlonjak kaget.
"Astaganaga... Kuda nil ngesot! Ada apa?!" tanya Suster Cleine sambil mengusap dadanya.
"Boleh minta gunting?" jawab wanita muda itu.
"Untuk apa?" tanya Suster Cleine dengan mata menyipit.
"Lihat, nih!.... Lihat ini, Suster!" ujar wanita muda itu sambil menjulurkan lidahnya panjang-panjang.
"Kenapa dengan lidah kamu, Casha?!" tanya Suster Cleine bingung.
"Kepanjangan! Saya gak bisa menutup mulut saya, Sus!" ujar wanita bernama Casha itu.
"Alaaamak! Apa lagi sekarang....?" monolog Suster Cleine sambil memijat keningnya.
"Apanya yang kepanjangan, Casha?" tanya Suster Cleine dengan sabar.
Entah dia harus tertawa atau menangis dengan semua kejadian hari ini, saat dia bertugas di RSJ tersebut.
"Leher saya, nih Sus!... Leher saya, Suster!" jawab Casha sambil memanjang-manjangkan lehernya.
"Oh, leher kamu kepanjangan?" ujar Suster Cleine sambil menghela nafas sabar.
"Tidak..., tapi si Callia itu sudah gila Suster! Dia ngomong sendiri lagi tuh! Omongannya jorok banget! Ih, amit-amit deh!" ujar si Casha mengadu kepada Suster Cleine.
Lalu Casha menirukan kata-kata Callia dengan gaya dan intonasi yang sama persis. Kata-kata yang membuat Suster Cleine membentaknya dengan kesal.
"Sudah!.... Sudah, hentikan!" seru Suster Cleine diujung kesabarannya.
Tiba-tiba, datang seorang perawat pria dengan tubuh tinggi dan besar bernama Hector.
"Ada masalah apa, Cleine?" tanya Hector.
"Ah, gak ada apa-apa Brother! Seperti biasanya, mereka sedang menikmati suasana. Kecuali Mr. Avram yang sedang tenggelam dalam dunianya sendiri, dan Mr. Forbes yang masih bengong terus..." jawab Suster Cleine sambil menjelaskan keadaan.
"Oke... Bagaimana dengan si Cullzen? Apakah dia masih terus ngoceh tentang proyeknya?" tanya Hector kepada Cleine.
"Ya, begitulah... Kasihan sekali anak muda itu! Gara-gara proyeknya yang gagal total, dia sampai frustasi begitu. Karena khayalannya terlalu tinggi... Setelah jatuh, dia menderita trauma psikis yang sangat berat! Dan berakhir di Rumah Sakit Jiwa ini..." jawab Suster Cleine.
"Dia masih bisa sembuh, kan, Cleine?" tanya Hector.
"Kata Dokter Dryas sih, prognosisnya masih lebih baik dari pada yang lain. Kalau yang seperti Mr. Forbes itu, sudah kronis. Dia sudah belasan tahun mengidap skizoprenia. Jika halusinasi auditoriknya muncul, dia akan mengamuk dan menimpuki rumah orang. Pokoknya seperti itulah!" jawab Suster Cleine panjang lebar.
"Hm... Pastinya tidak enak, hidup dengan suara-suara di telinga seperti itu..." ujar Hector.
Hector melangkah mendampingi Suster Cleine ke sudut ruangan.
"Pantas saja dia sering ngomong sendiri, malah kadang-kadang ngamuk gak jelas!" ujar Hector kembali.
Suster Cleine terkekeh mendengarnya.
"Hehehe.... Penyakit jiwa memang macam, Bro! Lihat tuh Mr. Avram itu, dia itu dulunya seorang direktur loh! Orang terhormat, kaya, rumah bak istana, dan istri yang sangat cantik. Sekarang? Seumur hidupnya dia akan terkurung di sini! Seorang Pembunuh yang berkepribadian ganda dan penyimpangan seksual! Iiihhh, ngeri kalau kamu dengar ceritanya Bro!" ujar Suster Cleine sambil bergidik.
"Oleh sebab itu, dia adalah salah satu pasien yang harus diawasi dengan ketat, Sus!" ujar Hector sambil memandang ke arah Avram.
"Kalau dia lagi diam begitu, kelihatannya gak bermasalah ya Bro! Asal jangan ada yang menyebut nama mantan istrinya...." perkataan Suster Cleine terjeda karena ada yang memanggil.
"SUSTER!"
Seorang pemuda memanggil Suster Cleine dengan keras sambil menunjuk ke arah layar televisi.
"Itu saya, Sus!" ujar pemuda itu.
"Yang mana?" tanya Suster Cleine.
"Ituuuu tuuuh, yang ituuuu!!!" jawabnya sambil terus menunjuk layar televisi itu.
"Yang mana?... Itu kan... Kuda!" ujar Suster Cleine dengan wajah bingung.
"Yang dibawahnya, Suster!... Yang dibawahnya!..." teriak pemuda itu mulai marah.
"Sial!!.... Lama-lama ikutan gila gue di sini!!" monolog Suster Cleine dengan wajah yang mulai frustasi.
"Hahahahaha! Jangan diladenin, Cleine! Namanya juga orang enggak waras! Hahahaha..." ujar Hector sambil terbahak.
Lalu mereka mulai berkeliling kembali untuk mengawasi para orang Gila di rumah sakit tersebut.
"Permisi, Suster.... Boleh minta rokok?" tanya seorang pemuda kepada Suster Cleine.
"Untuk apa?... Kamu kan enggak merokok?!" ujar Suster Cleine.
"Untuk nyalain api..." jawab pemuda tersebut.
"Untuk apa kamu nyalain api?" tanya Suster Cleine.
"Untuk membakar rokok!" jawab pemuda itu santai.
Suster Cleine meninggalkan pemuda itu dengan perasaan dongkol.
"Suster Cleeeeiiiinnneeeee....!!!"
Mendengar teriakan seseorang yang memanggilnya, Suster Cleine berhenti dan menoleh ke arah pemuda tersebut.
"Ada apa teriak-teriak, Damon?" tanya Suster Cleine.
"Tolong berikan kotak ini kepada Dokter Cabas!" ujar Damon sambil menyodorkan sebuah kotak.
"Apa isinya?" tanya Suster Cleine penasaran.
"Korek api yang sudah dipakai. Isinya ada dua puluh tujuh ribu batang dari dua puluh tujuh propinsi di Indonesia!" jawab Damon santai.
"Laaah! Buat apa korek api sebanyak itu? Kan sudah tidak bisa menyala?" ujar Suster Cleine bingung.
"Ya buat bikin pagar, lah! Satu, dua, tiga, empat puluh, empat puluh satu, tiga puluh lima, tiga puluh enam, tiga puluh tujuh....!" jawab pemuda stress tersebut drngan santai.
Suster Cleine dan Hector hanya bisa mengelus dada, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tiba-tiba ada suara yang memanggil Hector.
"Yo, Bro Hector! Kamu dipanggil sama Dokter Dryas! Ada pasien baru tuh!" teriak Suster Haidee dari ambang pintu ruangan itu.
"Huffft! Baiklah!" jawab Hector.
"Kenapa di dunia ini makin banyak saja orang gila?" keluh Hector sambil menghela nafas berat.
"Itu agar rumah sakit kita enggak kosong, Bro! Hahahahahaha...." jawab Suster Cleine sambil terbahak.
"Hahahahahahaha"
...****************...
...*Rumah Peristirahatan*...
... ------------------------------...
Rumah peristirahatan itu terletak di daerah Cisarua-Puncak. Jaraknya kira-kira dua kilometer dari arah pasar Cisarua. Terletak di tengah-tengah area perbukitan dan sawah. Sebuah rumah tua yang tidak terlalu besar, dengan arsitektur tahun lima puluhan bergaya Pendopo.
Di sekelilingnya terbentang kebun luas yang penuh dengan pepohonan rindang. Rumah peristirahatan itu sangat terpencil letaknya. Agak jauh jaraknya dengan rumah-rumah penduduk di sana, dan suasananya menyatu dengan alam.
Karena letaknya agak tinggi, pemandangan Gunung Gede jadi terlihat lebih rendah dari kejauhan. Udaranya tidak terlalu dingin, tapi terasa sejuk menyegarkan.
Sejak masih usia remaja, Alceena sangat suka berlibur di rumah peristirahatan milik Ayahnya itu. Hampir setiap tahun, tidak ada liburan yang terlewati tanpa singgah di sana.
Ketika Amalthea masih balita, mereka bisa tinggal sampai dua minggu di Pesanggrahan itu. Semakin Amalthea besar, waktu singgah mereka kesana jadi semakin singkat. Karena Amalthea selalu ingin cepat-cepat kembali ke Jakarta.
Ditambah lagi, seorang Claus Gildas sudah mulai merajai hatinya. Maka Amalthea semakin tidak betah lagi terkurung di sana.
"Pah...!"
"........"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
mayang sari
ngakak😄
2024-10-04
1
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
baru kali ini aku Nemu tulisan typo (drngan) ,😁
2024-10-03
1
®️ed 🔱hite
waduh tenggelam dong indonesia sama pentol korek api😁
2024-09-03
1