"Hai,Ra," Sapa Rega. Ia dengan sengaja menyapa Aira ketika sedang berjalan bersama dengan istri baru nya.
"Idih apaan sih jijik banget gua liatnya." batin Aira membuang muka. Aira yang semula duduk di meja nomor satu bersama dengan Ega. Kini telah pindah ke meja belakang. Karena tidak mau melihat penampakan Rega dan juga Via.
"Kamu mau kemana, Ra. Jangan buru-buru dong." ujar Ega mengejar Aira dengan nafas yang tersengal-sengal. Karena kecepatan jalan Aira kali ini sedikit meningkat.
"Aku ga mau liat dia," ujar Aira dengan lantang.
"Kamu jangan terlalu nampak gitu dong. Nanti, mereka malah senang lihat kamu sedih gini," jawab Ega. Supaya Aira tidak terlalu menampakkan kesedihan nya di depan mantan kekasihnya.
"Aha aku punya ide bagus kali ini. Kamu cukup jadi penonton aja." ujar Aira
"Maksud kamu, apa?" tanya Ega. Kini,dirinya telah di buat bingung oleh ucapan Aira.
"Liat aja setelah ini, pasti Rega bakal tetap memilih aku. Meskipun dia sudah menikahi wanita lain." ujar Aira menyibirkan bibirnya.
"Plis,Ra. Jangan lakuin aneh-aneh. Aku ga mau kamu terluka." pinta Ega memohon.
Setelah lama berbincang. Aira pergi ke meja dimana Rega dan juga Via menempati meja. Dengan tiba-tiba,Aira duduk dan juga memeluk tubuh Rega di depan istrinya.
Urat malunya kini sudah di sembunyikan. Yang terpenting untuk saat ini bag Aira adalah kesehatan hati. Ia terluka wanita lain juga harus merasakan.
"Aduh mas, ternyata kamu udah disini ya. Tadi kan kamu bilang nya di meja belakang kok sekarang di depan sih?" ujar Aira menggoda Rega di depan istrinya. Mentalnya sangat berani bahkan, di depan umum.
"Mas, kamu kok diemin pelakor ini sih?" ujar Via menggampar pipi Rega.
Ersya: Entahlah, gue bimbang.
Renata: Bimbang kenapa, Re?
Ersya: Gue masih berat sama Rega, Re.
Renata: Astaga, lu mikirin cita-cita atau cinta sih?
Ersya: Ya, dua-duanya lah, Re.
Renata: Yaudah, Ersya, lu ajak aja Rega ke kotamu menempuh pendidikan.
Ersya: Heh, jangan ngadi-ngadi lu, ya.
Memang benar terasa berat yang dirasakan oleh Ersya karena Rega juga bersikap sangat hangat terhadap dirinya. Dirinya masih labil terhadap percintaan. Namun, terbalik yang ada malah di belakang Ersya, Rega seperti buaya tak berpawang siapa pun yang ia rayu. Karena pintarnya dirinya merayu, sampai sering dimintai cara oleh teman-temannya untuk merayu wanita.
Rega: Awas aja lu ya sampai gue denger lu bilang ke Ersya kalau gue main belakang!!!
Akbar: Yaelah, sans kali bro.
Rega: Sans-sans, awas aja kalau malah lu yang main belakang dengan Ersya.
Akbar: Iya-iya, bawel. Ersya kecintaan lu tuh, nggak doyan gw.
Rega: Bawel-bawel, pala lu.
Akbar: Ihh, diem! Argghhh, gw lagi pusing, ganggu aja lu.
Rega: Better gw ganggu lu, daripada lu ganggu Ersya gw.
Akbar: Ya terserah lo aja.
Rega: Eh, lu tahu nggak sih?
Akbar: Apaan, cuy?
Rega: Sebenernya gw tuh cinta beneran sama Ersya, tapi gw masih ingin deket sama banyak cewek. Gimana ya menurut lo?
Akbar: Ya, itu mah lo aja yang kemaruk, ege serakah.
Rega: Hilih.
Akbar: Bagi satu boleh lah.
Rega: Tipe lo yang kayak gimana?
Akbar: Yang gimana aja deh, yang penting mau sama gue juga.
Rega: Arghhh, lu mah mainin aja, ngapain serius-serius? Juga masih muda, masih waktunya main-main.
Akbar: Main-main mah ada tempatnya, bukan mainin perasaan orang lain juga.
Rega: Lo mah belum ngerasain aja mainin orang, karma mah belakangan kalo gue.
Akbar: Dah lah, gue malah pusing dengerin lo ceramah kayak gini.
Rega: Hisss..... Yaudah sih, pergi sana.
Akbar: Ok.
Itulah percakapan antara Akbar dan Rega yang membahas cewek. Bagi Akbar, pacar hanyalah formalitas, berbanding terbalik dengan Rega. Jika Rega menganggap pacar adalah suatu kewajiban, bahkan jika putus dari yang satu, ia akan melanjutkan dengan orang lain lagi. Seolah-olah tak ada putusnya ia berpacaran.
Akbar memang terkadang terlihat sangat polos dibandingkan siapa pun. Namun, siapa sangka ia juga bisa terlihat brutal jika sudah menemukan pasangan yang cocok baginya. Pacar bukan hanya sekadar untuk kesenangan bagi Akbar, tetapi juga sebagai pengisi hari-harinya.
Mungkin juga Rega karena faktor gen yang membuat dirinya menjadi playboy. Ayah Rega memang juga terkenal dengan playboy-nya. Bahkan sampai memiliki dua istri. Ketika remaja, ayah Rega sangat doyan bermain wanita. Tak hanya satu, dua, atau tiga yang ia rentengi, namun hampir tak terhitung oleh jari kaki maupun jari tangan.
Ayah Rega: "Nak, kalau bisa kamu punya banyak pacar dong biar seperti ayah ini, sudah tua pun masih gagah."
Rega: "Gak ah, itu mah ayah saja suka nyakitin wanita."
Ayah Rega: "Bukan begitu, nak. Ketika kita mendapatkan banyak perhatian dari seorang wanita, maka kita akan terlihat lebih muda selalu dan tidak cepat tua."
Rega: Ajaran siapa coba ya, astaga.
Ayah Rega: Ajaran kakekmu dong, siapa lagi hahaha (sambil tertawa terbahak-bahak riang gembira).
Rega: Emang kalian sekeluarga nggak bener ya, playboy semua.
Ayah: Tak apa, nak, tak masalah. Apalagi kan kamu ini masih sangat muda.
Rega: Nggak dulu ya, Ayah (padahal di belakang Ayah dan di luar rumah bisa dikatakan dirinya mengikuti jejak Ayahnya, tapi dirinya tak mau jika Ayahnya tahu bahwa Rega berkelakuan sama dengan Ayahnya, karena Rega sangat benci ibunya yang telah dikhianati oleh Ayahnya. Ayahnya yang sering ia sebut tak cukup dengan satu wanita).
Memang benar ayah Rega tak cukup dengan satu wanita. Jika ayahnya cukup dengan satu wanita, maka ibu Rega tidak akan diduakan oleh ayahnya. Rega sangat membenci ayahnya karena ayahnya telah menduakan ibunya. Namun entah karena dendam atau bagaimana, Rega malah menuruti jejak ayahnya itu.
Ayahnya selalu memberi masukan dan dorongan seperti itu seolah ia acuhkan, padahal sebenarnya ia selalu melakukannya diam-diam. Mungkin Rega akan berhenti ketika menemukan cinta sejatinya.
Namun di sisi lain, Rega sangat cinta dengan Ersya, namun ia tak bisa menyikapi perempuan seperti Ersya. Ersya bermodelkan wanita yang cuek dan dingin, namun sebenarnya ia adalah wanita yang sangat penuh kasih sayang dan peduli terhadap orang di sekitarnya, terlebih pada kekasihnya sendiri.
"Kalo kekasih orang tidak boleh ya, hahah."
Rega: Sayang.
Ersya: Iya, kenapa sayang?
Rega: Kamu kenapa sih berubah jadi cuek gitu sama aku?
Ersya: Cuek gimana, sayang? Enggak kok, aku selalu seperti ini dari dulu.
Rega: Enggak, ini bukan Ersya yang aku kenal dulu.
Ersya: Emang yang kamu kenal dulu gimana?
Rega: Kamu dulu sangat care sama aku.
Ersya: Sekarang juga, sayang.
Rega: Enggak, kamu udah beda, bukan seperti Ersya yang aku kenal dulu.
Ersya: Maksud kamu gimana sih? Aku sama sekali nggak paham dengan yang kamu bilang aku berubah dan aku berbeda. Aku sama sekali nggak berubah dan aku juga nggak berbeda. Aku selalu seperti ini, masih Ersya yang dikenal oleh banyak orang, tidak seperti yang ada di pikiranmu.
Rega: Ya, kalau memang nggak berubah, tapi kenapa aku malah merasakan perubahan dan perbedaan sikap terhadap kamu?
Ersya: Ini aku yang salah, atau kamu yang nggak waras sih sebenarnya?
Rega: Iya-iya, aku yang nggak waras!
Ersya: Ihhh, apaan sih kamu kok jadi aku?
Rega: Terus mau kamu gimana?
Ersya: Biasanya juga aku, kamu bukan lo.
Rega: Yaudah lah, terserah kamu aja.
Ersya: Ih, kamu kok jadi gitu sih sama aku?
Rega: Terus aku harus gimana?
Ersya: Ya jangan lo, aku.
Rega: Dah lah, bye, aku bad mood.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments