Sinar matahari pagi begitu hangat menyapa pagi hari yang cerah.
Hari ini Freya si gadis cantik bunga desa yang selalu menjadi pusat perhatian dan incaran para pemuda yang ingin mempersunting dirinya.
Namun Freya tak pernah sekalipun memperhatikan ataupun memberi kesempatan kepada para pria di desanya yang ingin memiliki dirinya.
Freya memang memiliki paras yang sangat cantik dan berbeda dari orang kebanyakan yang tinggal di desa yang cukup maju tersebut.
Kulitnya begitu putih seputih susu matanya bersinar dan menyejukkan siapapun yang memandang, rambutnya terurai hitam legam dan bentuk tubuhnya yang tinggi semampai membuat Freya menjadi pujaan hati banyak orang,tak jarang juga yang iri dengan kecantikannya.
Freya tinggal bersama Paman dan Bibinya setelah kepergian kedua orang tuanya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih kecil.
Ayah Freya seorang pengusaha sukses di kota sementara Ibunya seorang wanita kelahiran Jepang maka tak heran jika Freya memiliki paras yang begitu cantik.
Paman Freya bersedia mengurus dan menjaga Freya karena wasiat kedua orang tuanya, untuk menjaganya hingga dewasa dan mengelola keuangan dan beberapa harta peninggalan kedua orang tua Freya.
Paman Freya mempunyai seorang anak laki-laki usianya lebih tua 5 tahun dari Freya yang bernama Dirga ia pun sangat menyayangi Freya karena memang Dirga ingin sekali memiliki saudara perempuan sementara sang Ibu tak bisa lagi untuk melahirkan setelah kelahirannya.
Freya hidup bahagia tanpa kekurangan kasih sayang orang tua ia tumbuh menjadi gadis cantik yang pintar dan juga berbudi pekerti yang baik.
Meskipun mereka hidup di desa namun mereka menjadi salah satu keluarga yang cukup terpandang dan di hormati warga sekitar.
Paman Freya bernama Wira Raharja sementara sang Istri bernama Ibu Nilam Puspita mereka memiliki usaha di bidang pertanian dan juga toko sembako.
Wira sama sekali tak pernah mengusik harta warisan Freya mulai uang tabungan dan juga apartemen peninggalan orang tua Freya sementara rumah mewah orang tua Freya , Wira jual dan ia simpan ke dalam deposito atas nama Freya.
Hanya mobil yang selalu Freya pakai adalah mobil kesayangan sang almarhum Ayahnya yang selalu di pakainya kemanapun sementara kendaraan yang lainnya Wira memilih untuk menjualnya juga.
Hari ini seperti biasa Freya pergi untuk melihat kondisi perkebunan sawit milik Wira, meskipun hidup di desa namun Freya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan nilai dan lulusan terbaik sebagai sarjana Ekonomi.
Freya bersama sang Paman bekerja sama mengelola bisnis perkebunan sawit mereka yang kini mulai berkembang pesat setelah di kelola Dirga sebagai Direktur utama menggantikan posisi Wira yang ingin pensiun sementara Freya bertugas sebagai Wakil Direktur.
Banyak warga yang menggantung hidup dengan bekerja sebagai karyawan dan juga staf di perkebunan sawit milik Wira .
Sementara Ibu Nilam lebih memilih untuk menyibukkan dirinya dengan membuka warung sembako untuk memenuhi kebutuhan para warga yang lumayan jauh menuju pasar kalau ingin membeli kebutuhan sehari -hari.
Nilam melihat peluang usaha dari jarak tempuh yang cukup jauh ke kota hanya sekedar untuk membeli kebutuhan, dengan idenya untuk membuka toko sembako membuat warga tak lagi harus bersusah payah menempuh perjalanan jauh.
Dengan koneksi yang di miliki Wira membuat Nilam tak harus repot memasok barang-barang keperluan toko.
Freya berjalan mengelilingi kebun sawit di temani Pak Bagas sebagai orang kepercayaan Wira.
"Maaf sebelumnya Non, apa Nona gak kepingin keluar dari desa ini? mengingat banyak pemuda dan pemudi di desa yang memilih untuk pergi mengadu nasib ke kota "
Tanya Pak Bagas sembari berjalan beriringan dengan Freya melihat kondisi perkebunan sawit yang memasuki masa siap panen.
Freya hanya mengulas senyum tipis mendengar pertanyaan Pak Bagas.
" Enggak kayanya Pak, soalnya saya betah disini dan juga saya tidak mau meninggalkan Paman dan Bibi"
" Nona memang berbeda dari gadis kebanyakan "
" Berbeda apanya Pak Bagas? Saya sama saja kok hanya pola pikir saya mungkin yang berbeda "
" Tepat seperti yang Nona katakan, di usia Nona ini banyak yang menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang bahkan ada yang sudah nikah loh , tapi Nona Freya malah betah tinggal di desa seperti ini"
" Saya mau tinggal demi Paman dan Bibi, lagi pula mau kemana saya tanpa mereka ?"
" Benar juga, Nona memang berbeda "
" Ya sudah, jangan bahas saya lagi , gimana persiapan untuk panen kita kali ini Pak?"
" Semuanya sudah siap kita tinggal menunggu waktu yang pas saja, seminggu atau dua Minggu lagi kita bisa panen"
" Alhamdulillah, semoga panen kita kali ini lebih banyak dari hasil panen sebelumnya ya Pak"
" Amin , semoga saja Nona"
Pak Bagas kembali menggiring Freya menuju area perkebunan yang lebih luas.
Nampak beberapa pekerja menatap ke arah kedatangan mereka dengan hormat dan kekaguman terutama pada sosok Freya yang cantik.
" Selamat pagi Nona Freya" sapa para pekerja.
" Selamat pagi semuanya, semangat bekerja ya semuanya " jawab Freya ramah.
" Terimakasih Nona, kami pasti akan selalu bersemangat bekerja di perkebunan ini"
" Iya, terima kasih untuk semuanya"
Freya kemudian melanjutkan kembali perjalanannya memeriksa perkebunan di temani Pak Bagas.
Menjelang siang hari Freya memutuskan untuk kembali ke pabrik, kali ini tanpa Pak Bagas pria paruh baya itu hanya bertugas untuk menemani Freya jika datang berkunjung ia akan kembali bekerja mengawasi para pekerja.
Freya menggunakan mobil jip tua milik Wira untuk ke perkebunan ia memang lihai dalam hal menyetir.
Butuh waktu sekitar tiga puluh menit Freya kembali ke pabrik.
Ia memarkirkan jip nya di halaman pabrik yang luas nampak beberapa kendaraan beroda besar terparkir dengan membawa hasil panen dari blok perkebunan sawitnya yang lain.
" Nona, anda baru datang?" sambut sopir truk pembawa hasil panennya.
" Iya, saya berkeliling perkebunan di blok selatan dulu"
" Oh begitu"
" Bagaimana, apa hasil panen yang di blok lainnya sudah selesai atau masih dilakukan?"
" Masih Nona, kita akan lama panen kali ini karena panen kelapa sawit kita kali ini benar-benar melimpah "
" Syukurlah, kalau begitu aku senang mendengarnya, kembalilah bekerja dan jika panen kita selesai sampaikan pada para pekerja ada bonus untuk mereka nanti"
" Wahhh...serius Nona? Semua pasti akan senang dengan kabar ini , terima kasih Nona saya akan segera memberi tahu mereka semuanya "
" Iya sama-sama"
Freya meninggalkan sopir pabriknya dan kembali berjalan menuju pabrik untuk memeriksa ke adaan pengolahan di dalam dan menuju ruangan kantor Dirga dimana sang Kakak bekerja sebagai pimpinan perusahaan milik Wira.
Freya mengetuk pintu ruangan kerja Dirga tak lama Dirga mempersilahkan dirinya untuk masuk.
" Siang Kak!"
" Oh kau Frey, sudah selesai berkelilingnya? "
" Sudah, kata Pak Bagas satu atau dua Minggu lagi kita bisa mulai panen di blok selatan, dan semoga saja panen kita yang sekarang bisa cepat selesai dan pindah ke Blok selatan"
" Baguslah , sekarang kita bisa beristirahat sejenak untuk makan siang" ucap Dirga.
" Iya , aku juga mau mengajak Kakak makan siang makanya aku datang"
" Tapi Kakak ada janji dengan teman kuliah Kakak dulu, dia sengaja datang ingin berenang dengan Kakak sekalian kami ingin membicarakan bisnis."
" Ya sudah, Kak Dirga pergi saja biar Frey makan di kantin saja"
Frey terlihat kecewa dan hal itu bisa di lihat Dirga dengan jelas.
" Ehmm, begini saja bagaimana kalau kau ikut Kakak saja kita makan siang bersama sekalian Kakak kenalkan dia padamu"
Freya menatap Dirga dengan mata berbinar senang.
" Sungguh? iya Frey mau ikut"
Dirga mengusap kepala sang adik dengan sayangnya ia memang tak pernah bisa melihat Freya sedih ataupun kecewa.
" Ya sudah , ayo kita berangkat"
" Kita mau makan dimana Kak?
" Di cafe yang ada di kota tak jauh dari sini "
" Asyik, ayo Kak kita harus segera pergi"
Freya menarik tangan Dirga segera meninggalkan ruang kantor dengan tergesa -gesa.
🍁🍁🍁🍁
Beberapa saat kemudian Dirga dan Freya tiba di cafe yang berada di alun-alun kota.
" Kak Dirga masuk duluan saja, aku mau belanja dulu keperluanku sebentar"
" Ya sudah, tapi jangan lama-lama, Kakak tunggu kamu di dalam"
" Siap Bos!!"
" Dasar kau ini , cepat sana!"
Dirga pergi memasuki cafe sementara Freya pergi ke pusat perbelanjaan tepat di samping cafe.
Dirga mencari meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang yang akan ia temui .
" Hei, aku disini"
Baru saja Dirga ingin bicara tampak seseorang sedang melambaikan tangan menyambutnya dari meja di hadapannya.
" Maaf , membuat mu lama menunggu, apa kabar bro lama kita tak bertemu?"
Dirga dengan mengulurkan tangannya dan memeluk teman sekaligus sahabat saat mereka kuliah di kota.
" Aku baik, tidak apa-apa aku juga baru sampai" ucap Arka sahabat Dirga
Arka seorang pria tampan dan juga pengusaha sukses dengan menjalankan perusahaan keluarga di bidang ekspor dan impor juga beberapa usahanya di bidang teknologi.
" Ayo silahkan duduk" Arka mempersilakan Dirga.
Arka memesan makanan untuknya dan Dirga dan juga beberapa cemilan dan minuman ringan untuk menemani mereka berbincang -bincang.
" Ku dengar kau sudah sukses dengan perusahaan teknologimu Ar? " tanya Dirga
" Ya begitulah, kau juga sudah sukses sudah jadi Direktur "
" Oh kau bisa saja, aku hanya menjalankan perusahaan orang tua, semuanya juga bukan usahaku sendiri aku di bantu orang-orang hebat terutama adik perempuanku dia selalu memberikan masukan dan ide- idenya selalu membuat terobosan dan membuat perubahan banyak orang sangat menyukainya dan berkat dia perusahaan kami semakin berkembang pesat" tutur Dirga bangga.
" Kau sangat menyayangi adikmu rupanya, aku penasaran ingin bertemu dengannya " ucap Arka.
" Jangan bilang kau penasaran? "
" Mendengar ceritamu siapa yang tak akan penasaran?"
" Dia disini "
" Apa? Dia disini ? Dimana?" tanya Arka melihat kesana kemari.
Dirga tersenyum melihat rasa penasaran Arka pada adiknya.
" Dia sedang belanja di supermarket sebelah nanti dia juga akan kesini"
" Ohhh "
"Ya sudah , bagaimana dengan tawaran bisnis mu itu? Tanya Dirga
Arka mengajak Dirga untuk bekerja sama di bidang impor, kebetulan perusahaan yang dikelola Arka sedang kekurangan kelapa sawit untuk di olah dan di impor ke luar negeri.
Itu sebabnya Arka membuat janji ingin bertemu Dirga ia ingat jika sahabatnya itu adalah anak dari pemilik perkebunan sawit yang terkenal di desa ini dan sudah banyak yang menjadi ownernya.
" Seperti yang sudah aku katakan aku butuh pasokan kelapa sawit, dan ku dengar kelapa sawit dari perkebunanmulah yang terbaik jadi aku ingin kita bisa bekerja sama kau akan mendapatkan harga yang baik dan juga kerja sama ini bisa untuk jangka panjang kalau kau setuju" tutur Arka.
" Sepertinya menarik, baiklah aku akan membicarakannya dengan Ayahku juga Freya terlebih dahulu " ucap Dirga.
" Baiklah, aku tunggu kabar baiknya "
" Kak Dirga, maaf aku lama"
Tiba-tiba Freya datang dengan tergesa -gesa dengan tangan di penuhi beberapa paperbag.
" Frey, kau belanja banyak sekali" Dirga membantu dengan meraih belanjaan Freya di bantu Arka yang sesaat terpaku melihat kedatangan Freya.
" Terimakasih" ucap Freya kepada Arka.
Arka tak bergeming ia tetap menatap Freya tanpa berkedip
" Ya Tuhan, gadis ini sungguh cantik ia seperti boneka hidup" batin Arka.
Dirga menatap sekilas Arka yang terdiam menatap sang adik, sementara Freya sudah duduk sedari tadi di samping Dirga.
" Ar...ehemm"
Dirga sengaja membuat Arka tersentak dari keterdiamannya dan bersikap kikuk karena ia bisa bersikap bodoh tanpa sadar sementara Freya bersikap seperti biasa acuh dan tak peduli ia sudah terbiasa menanggapi sikap pria yang akan bertingkah seperti yang Arka lakukan.
" Ah...maaf, aku bersikap tidak sopan" ucap Arka.
" Tidak apa-apa, santai saja Tuan....?"
" Arka, namaku Arka Wiratama aku sahabat Kakakmu Dirga" ucap Arka memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan kepada Freya.
" Iya, Kak Dirga sudah bilang akan bertemu sahabatnya , aku Freya Raharja adik Kak Dirga" Freya menerima uluran tangan Arka dan kini keduanya berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.
Freya cenderung bersikap dingin dan acuh Dirga sudah tahu kenapa dan alasan sang adik bersikap demikian.
Freya selalu menjadi bahan gunjingan karena parasnya yang terlalu cantik dan banyak gadis yang iri bahkan membencinya karena para pria akan selalu mencuri pandang atau perhatian Freya itu sebabnya ia bersikap dingin.
" Maafkan atas sikap adikku, dia memang seperti ini acuh, tapi jika kau sudah kenal dengannya sebenarnya dia ini sangat cerewet dan jail" ucap Dirga.
" Kak Dirga, apa yang kau katakan?kau bilang aku cerewet? " Freya mencubit pinggang Dirga.
" Awww...ampun Frey, sakiiiittt"
" Makanya jangan macam-macam denganku!!"
" Iya maaf"
Dirga mengelus pinggangnya yang sakit dengan mengaduh tanpa henti, Arka mengulas senyum melihat interaksi kedua saudara itu.
Freya memesan makanan kesukaannya yaitu Bakso super pedas dan juga es campur porsi jumbo.
" Frey, apa kau tidak salah dengan makananmu ini? Tanya Dirga cemas melihat begitu banyaknya sambal di mangkuk bakso Freya.
" Tidak, ini memang kesukaan Frey, sudah jangan ganggu dulu"
Freya mulai menyantap makanannya dengan penuh semangat dan tanpa sedikit pun merasa kepedasan.
Dirga dan Arka di buat melongo dengan apa yang dilakukan Freya terutama Arka yang menelan ludah melihat Freya ia sendiri jadi merasa tertarik untuk mencoba namun takut melihat banyaknya sambal ia hanya bergedik ngeri.
Beberapa hari kemudian Arka datang berkunjung ke kediaman Raharja , setelah sebelumnya Dirga memberikan kabar jika Wira dan Freya sudah setuju untuk bekerja sama dengan perusahaan Arka.
Tepat pukul delapan pagi Arka sudah tiba di desa dan Dirga yang menjemputnya di bandara pagi -pagi sekali.
Wira dan Nilam menyambut Arka dengan ramah .
" Selamat datang di kediaman kami Tuan Arka , semoga kau suka dan nyaman di kediaman kami" sambut Wira.
" Terimakasih Om, Tante panggil saja nama saya Arka seperti Dirga, dia sahabat saya jadi jangan sungkan terhadap saya"
" Baiklah kalau begitu, kami akan senang menjamu mu sebagai keluarga tentunya " timpah Nilam.
" Terimakasih Tante"
" Ayo masuk, kau pasti lelah setelah perjalan kemari " ajak Nilam dan Wira yang beranjak bersama Dirga dan Arka masuk menuju ruang tamu.
" Tidak apa-apa Tante, saya sudah terbiasa melakukan perjalanan" ucap Arka.
" Kau pasti sangat sibuk pastinya"
" Ya begitulah"
Nilam dan Wira kemudian mengajak Arka untuk duduk di ruang tamu sementara Dirga duduk di samping Arka mereka kemudian kembali berbincang tentang perjalanan dan juga beberapa obrolan - obrolan sederhana untuk lebih akrab.
"Pagi Paman, Bibi!"
Tiba-tiba Freya datang dengan terlihat segar sehabis mandi pagi menyapa Wira dan Nilam.
" Pagi Frey" jawab Wira dan Nilam.
" Frey, kau baru bangun jam segini?" tanya Dirga.
" Iya, memang kenapa? Ini kan hari libur jadi sengaja aku bangun siang" jawab Freya.
" Dasar , anak gadis tidak baik bangun siang "
" Biarin, lagipula hanya di hari libur aku bangun siang, tidak apa-apa kan Bi?" Freya memeluk Nilam dengan mengerucutkan bibirnya manja.
" Iya sayang , tidak apa-apa jangan dengarkan Kakakmu itu" ucap Nilam.
" Ibu selalu saja membelanya" kesal Dirga
" Weeee"
Freya memeletkan lidahnya membuat Dirga kesal namun ia hanya ingin menjahili sang adik saja, Arka yang melihat sikap manja Freya pun tersenyum tipis tak bisa di pungkiri jika ia terpesona pada sosok Freya usai pertemuannya terakhir kali saat mereka di cafe beberapa hari yang lalu.
" Sudah, jangan bertengkar Freya hari ini kita kedatangan tamu, kau sudah kenal dengan Arka bukan? "
" Iya Paman, Freya tahu "
" Untuk bener hari Arka akan tinggal di rumah kita sebagai tamu, ia akan mengunjungi pabrik dan perusahaan kita untuk rencana kerjasama kita " tutur Wira.
" Iya Paman "
" Kau sebagai wakil direktur Paman minta kau untuk menemani dan membantu Arka selama disini"
" Iya Paman, Frey tahu serahkan saja semuanya padaku"
" Bagus, kau memang yang terbaik "
" sekarang kau antar Arka ke lantai atas dia akan menginap di kamar sebelah Dirga dan kau"
" Iya, Arka ayo aku antar kau ke kamarmu"
" Terimakasih Frey, maaf aku merepotkanmu" Arka sedikit kikuk karena ia tak tahu jika Freya akan bersikap akrab dan ramah terhadapnya.
" Tidak apa-apa, sudah kewajibanku untuk membuat tamu Paman nyaman dan senang di sini"
Freya berjalan terlebih dahulu di ikuti Arka dengan menarik koper miliknya menaiki tangga menuju kamar di lantai atas kediaman Raharja.
" Ini kamar mu, semoga kau suka dengan kamar ini, dan kalau kau perlu sesuatu bilang saja padaku atau pada pelayan rumah" ucap Freya.
" Terimakasih Frey, aku suka kamar dan suasananya disini sangat nyaman" Arka dengan memasuki kamarnya.
" Baiklah, kau beristirahatlah kau pasti lelah nanti siang atau besok saja kau bisa berkunjung ke perusahaan ataupun ke pabrik kami"
" Oke"
Freya melangkah meninggalkan kamar namun tanpa di duga Arka menarik tangannya hingga membuat Freya terkejut dan kembali menatap Arka
DEG
Keduanya saling menatap, Arka tak kuasa untuk tidak menatap gadis yang selama beberapa hari ini membuatnya tersiksa dengan bayangannya yang selalu hadir setiap malam bahkan setiap waktu dalam pikirannya dan juga mimpinya.
Berbeda dengan Arka, Freya merasa tidak nyaman dengan tatapan Arka terhadapnya ia merasa risih dan juga ada sesuatu membuatnya tidak nyaman .
" Arka, apa yang kau lakukan? kenapa kau menarik tanganku seperti ini ?"
" Oh maaf, aku hanya ingin mengatakan sesuatu Frey"
Arka melepaskan tangan Freya terlihat jika gadis itu tak menyukai perlakuan Arka terhadapnya.
" Katakan saja , tak usah pegang- pegang segala"
" Frey, apa kita bisa untuk lebih dekat?"
" Dekat? apa maksukmu dengan dekat ? "
Freya memotong perkataan Arka sebelum pria itu menyelesaikan perkataannya dengan sedikit ragu Arka kembali menatap Freya.
" Ehmm, bukan apa-apa Frey, aku hanya ingin kita lebih akrab dan aku ingin lebih mengenalmu itu saja, aku tidak punya maksud apapun" ucap Arka.
" Kita lihat saja nanti, kau sahabat Kakakku jadi untuk beberapa hari ke depan mungkin kita bisa untuk saling mengenal satu sama lain " Freya dengan tetap bersikap menjaga jaraknya.
" Baiklah, terima kasih kau sudah mau memberikan ku kesempatan untuk itu"
" Ya sudah, aku tinggal dulu semoga kau senang tinggal di desa ini"
" Sekali lagi terimakasih Frey"
" Iya"
Freya segera pergi meninggalkan kamar untuk di tempati Arka sementara tinggal di desa .
Menjelang siang Freya pergi bersama Arka untuk melihat - lihat suasana desa dan juga perkebunan.
Freya memilih untuk berjalan kaki untuk bisa lebih detail menjelaskan apa saja yang ada di desa kepada Arka nantinya.
" Terimakasih kau sudah mau menemaniku berkeliling desa Frey"
" Tidak apa-apa, lagipula ini sudah tugasku untuk menemanimu"
Penampilan cantik Freya selalu saja mencuri perhatian banyak orang dan kali ini ia ditemani Arka yang berpenampilan tampan dan juga gagah membuat keduanya jadi pusat perhatian warga sekitar yang melihat keduanya berjalan kaki bersama.
" Hei, siapa pria tampan itu? Kenapa dia bisa berjalan bersama Non Freya"
" Mungkin teman atau saudaranya mungkin"
" Mana mungkin itu saudaranya mereka tidak mirip, malah seperti pasangan "
" Mereka cukup serasi"
Begitulah kasak kusuk warga yang melihat ke arah Freya dan Arka yang berjalan di sekitar desa dan berjalan menuju lokasi perkebunan sawit.
" Maaf ya, kalau kau merasa risih dengan perkataan warga desa" ucap Freya.
" Tidak apa-apa, aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan "
Freya tersenyum tipis dan kembali berjalan bersama Arka menuju perkebunan meninggalkan desa.
" Kelihatannya kau sudah terbiasa dengan perlakuan mereka" tanya Arka.
" Bukan biasa tapi sudah terbiasa karena semua itu sudah menjadi makanan sehari-hari ku disini sedari kecil" jawab Freya.
" Tapi kenapa mereka memperlakukanmu begitu Frey?"
" Karena fisikku yang berbeda dari orang - orang disini"
" Oh...karena kau sangat cantik Frey, kau seperti boneka hidup"
" Hahahaha...ada -ada saja kau ini Arka, mana ada aku seperti boneka hidup aku manusia sama sepertimu dan orang lain "
Freya tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Arka, seketika Arka terpesona pada kecantikan Freya .
" Aku tidak bercanda Frey , kau memang cantik"
" Hahahaha, sudah jangan bercanda ayo kita ke sana saja"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!