Tugas yang muncul bukan jenis tugas harian atau berbatas waktu. Ada 10 tugas yang bisa dikerjakan kapanpun, jika tugas itu selesai maka akan diganti tugas baru dengan poin yang bisa lebih besar atau kecil.
Mari lihat tugas apa yang bisa dia kerjakan. Tugas pertama sangat mudah, dia hanya perlu berjalan kaki selama dua jam dan mendapatkan poin sebanyak 10 poin.
Menekan mulai. Tulisan tugas yang dia pilih menjadi lebih tebal dan terang. Memilih tugas lain untuk dikerjakan secara bersamaan, muncul simbol X besar berwarna merah. Rupanya tidak dapat mengerjakan lebih dari satu tugas misi.
"Apakah jarak ke pasar jauh ayah?"
Bayu yang mengira Gaffi lelah berjalan, berjongkok untuk menggendong putranya. "Kamu capek? Sini ayah gendong."
Gaffi mundur untuk menghindari tangan Bayu yang hendak meraihnya. "Enggak capek."
Bayu tidak memaksa. "Lumayan jauh, kalau jalan kaki butuh dua puluh menit."
Menghitung dari dimulainya tugas yang dipilih, perjalanan pulang pergi baru menghabiskan waktu setengah jam. Masih ada satu setengah jam lagi. Tapi itu tidak masalah, berbelanja selalu butuh banyak waktu dan juga berkeliling. Selama dia tidak mengeluh, Bayu pasti terus mengajaknya berputar-putar sekitar pasar.
Pasar tidak sepi seperti dimasa depan. Masyarakat masih belum mengenal belanja online ataupun supermarket, Gaffi yang datang dari masa depan menjadi bersemangat. Ada penjual yang menjual anak ayam. Bukan karena ayam itu hewan langka, namun warna bulu mereka berwarna-warni.
Gaffi mencubit telapak tangan Bayu. Dia ingin sekali menyeret Bayu untuk melihat ke sana. "Kamu mau beli anak ayam?"
Kepala Gaffi mengangguk cepat. "Mau!!!'
Bayu bertanya pada penjual, harga satu ekor anak ayam adalah satu perak. Bayu mengeluarkan lima perak dan minta semua anak ayam dimasukan kedalam kandang bambu kecil agar mudah dibawa.
Gaffi mengulurkan tangan. Kadang bambu berukuran persegi tidak berat. Anak-anak ayam warna-warni itu juga tidak takut kepada manusia dan terus bercicit.
"Sekarang warna di bulu mereka akan bertahan paling lama selama dua minggu." Bayu mengingatkan Gaffi supaya tidak terkejut.
"Eh, kenapa?! Bukannya ini warna asli bulu mereka?"
Bayu mencolek gemas dagu Gaffi. "Bodoh. Bulu anak ayam awalnya kuning atau putih lalu berubah seiring pertumbuhannya."
Gaffi setengah percaya. "Tidak bisakah kita mempertahankan warna asli bulu mereka seperti ini?"
Bayu mengatakan tidak dan berhenti bicara. Penjual ayam sengaja berdagang persis di depan pintu masuk pasar untuk menarik perhatian anak-anak yang ikut pergi ke pasar bersama ibu atau neneknya. Memasuki bagian dalam pasar, Bayu yang berjaga-jaga mengeluarkan tali dan mengikat tangannya dan Gaffi agar tidak terpisah.
"Ini untuk apa?"
Bayu tidak kewalahan selalu ditanya ini itu. Dengan sabar dia menjawab rasa penasaran putranya. "Marak penculikan anak. Ayah cuma punya kamu, kalau kamu hilang ayah bisa sedih."
Gaffi menjadi gugup. Dulu dia ditinggalkan dengan sengaja oleh orangtua kandungnya. Tuhan baik dan membawanya ke tahun 1985 untuk menjadi anak Bayu. Pria itu penyayang dan selalu bersikap lembut kepadanya. Kalau-kalau dirinya benar-benar diculik, membayangkannya saja sukses membuatnya ketakutan.
"Jangan takut. Ayah sudah mengikat kedua tangan kita, selama kamu tidak sembarangan berlarian, orang-orang jahat tidak akan punya kesempatan untuk menculik kamu."
***
Mamat berteriak kesal pada karyawannya yang selalu buat kesalahan yang sama. "Kamu tuh bego atau gimana sih?! Sudah berkali-kali diajarin ya masa gak ngerti dan bisa juga!! Bisa lari semua pelanggan saya gara-gara kamu."
Pemuda yang dimarahi terus-terusan juga sudah tidak sabar. Melepas seragam bengkel, dia mendorong Mamat. "Yasudah kalau tidak puas sama kerja saya. Saya berhenti kerja!"
Mamat yang di dorong ingin sekali memukul pemuda itu namun ditahan oleh montir lain. "Sudah pak jangan digubris. Si Toni memang gak ada niatan kerja serius, makanya gak becus terus kerja dia." Bowo yang merupakan montir senior dan sudah lama kerja di bengkel Mamat juga tidak puas dengan kerja Toni. Biarkan saja anak itu berhenti kerja. Capek sekali harus kerja dua kali untuk membereskan kerjaan Toni yang selalu salah.
Barusan, pelanggan bengkel Mamat datang sambil komplen. Kemarin mobil Toyota yang dia bawa untuk ganti oli mendadak mogok pagi ini saat dibawa berangkat kerja. Asap mengebul dari kap mesin, setelah diperiksa rupanya bagian katup oli tidak terpasang rapat sehingga tumpah. Mesin juga menjadi panas karena oli yang tersisa di mesin hampir habis semua ke buang saat diperjalanan.
Setelah meminta maaf dan berjanji biaya perbaikan gratis, pelanggan Mamat pulang. Namun sumber masalah, si Toni tidak mau disalahkan. Padahal dialah yang bertugas mengganti oli di mobil itu kemarin. Mamat naik pitam dan terjadilah cek-cok.
***
Bayu pergi ke toko yang menjual perabotan. Yang berjaga di toko adalah ibu-ibu berbaju gamis. "Silakan mampir. Mau beli apa masnya?"
Bayu melihat sekeliling toko. "Ada penggorengan ukuran sedang Bu?"
"Ya ada dong. Sebentar, nah ini dia"
Bayu melihat dua wajan penggorengan. Dia memilih yang tidak lengket saat memasak. "Ini berapa Bu?"
"Murah kok. Cuma lima ratus perak saja."
"Gak bisa lebih murah lagi Bu?"
"Waduh, ini udah murah saya kasih harganya. Mas lihat deh, ini wajan penggorengan bermerk. Di tv suka ada iklannya, kadang juga dipakai pas adegan memasak di sinetron."
Bayu tidak berani menawar lagi. Penjual di toko ini cerewet, bisa lama kalau terus tawar-menawar. "Yasudah Bu, saya ambil ini satu. Terus saya juga perlu sodet, sendok sup, pisau, alas pemotong, dan setengah lusin alat makan, piring mangkok."
"Banyak juga kamu belanjanya. kalau gini sih, ibu kasih diskon deh."
Gaffi juga tertarik dengan celengan ayam yang ditaruh diatas konter kasir. "Ayah, mau itu juga."
Bayu tidak tahu harus tertawa atau apa. Gaffi sepertinya suka sekali dengan ayam. Pertama kali yang dia beli adalah anak ayam lalu sekarang celengan ayam.
"Oke. Bu, untuk mangkoknya tolong yang ada gambar ayam juga ya. Anak saya suka."
Ibu penjual baru sadar kalau Bayu tidak datang sendiri. Tampilan Gaffi dengan kandang ayam kecil terlalu lucu, ibu penjual yang jarang bertemu anak kecil putih dan tampan di desa tidak menagih uang untuk celengan ayam yang diinginkan Gaffi. "Celengannya saya kasih gratis untuk anak kamu. Ya Gusti, cakep tenan anak mu ini loh."
Gaffi yang bahunya di dorong untuk maju, tersenyum malu-malu. "Makasih banyak Bu."
Ibu penjual makin bersemangat. "Udah cakep, pintar juga. Masnya mau belanja apalagi? Saya kasih diskon semua nanti belanjaan situ."
Bayu tidak sungkan. Dia juga memesan ember ukuran sedang dan besar, gayung, dan masih banyak lagi untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam hati puas sekali akan kepintaran dan kelucuan anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
deria
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 memanfaatkan anak tapi boleh juga asal jangan sering2😂😂😂😂
2024-08-31
2