Suamiku Yang Cacat
Seorang dokter wanita duduk berhadapan dengan pasiennya yang baru saja datang untuk kontrol masalah kulit. “Untuk itu, ibu harus meminum obat rutin tiga kali sehari, kita lihat dalam seminggu apakah bentol-bentol ini akan menghilang, dan saya juga tidak pernah lelah untuk mengingatkan ibu untuk menghindari bahan-bahan makanan berjenis telur, dan kacang-kacangan!”
“Terimakasih atas pengertiannya dokter, saya izin pamit!” Ucap pasien ibu-ibu itu lalu pergi bersama suaminya.
Dokter itu tersenyum lalu melanjutkan melihat berkas-berkas data pasien selanjutnya, dia adalah Keisha Putri Maheswari, biasa di panggil dokter Kei, atau Keisha, gadis berusia 25 tahun itu merangkap sebagai dokter baru dua tahun lalu, setelah lulus magang di rumah sakit besar ini, kini dia dikenal sebagai dokter spesialis kulit yang sangat cantik dan ramah, tak jarang para dokter muda selalu mencoba untuk akrab dan mendekatkan dirinya padanya.
Tiba-tiba sebuah panggilan untuk para dokter segera pergi ke ruangan direktur rumah sakit, katanya di sana akan di beritahukan hal penting oleh beliau.
“Terimakasih sudah pada datang, saya hanya ingin menyampaikan, rumah sakit kita dipilih untuk ikut melakukan misi relawan di sebuah desa terpencil di ujung kota ini, maka dari itu saya ingin kalian untuk mengisi formulir ini, yang merasa tidak bersedia, bisa menolak dengan alasan yang valid.” Tegas sang direktur.
Keisha, salah satu dokter di antar mereka pun ikut mendaftarkan diri, dia ingin membantu hal kemanusiaan seperti ini, dua tahun bekerja sebagai dokter spesialis dia belum pernah merasakan hal yang menantang.
. . .
“Lo seriusan mau ikut ke sana?” tanya Mika, salah satu sahabatnya di kampus, Mika bekerja di perusahaan gadis itu memilih jurusan bisnis ketimbang kedokteran seperti Keisha.
“Serius lah, nih gue udah daftar,” jawab Keisha lugas.
“Gue jadi was-was anjir, semoga Lo sampe sana baik-baik aja, gue denger di sana ada kelompok bersenjata, gue jadi ngeri!” ucap Mika merinding, tetapi malah minum es.
“Kan ada tentara yang ikut, mereka juga pasti bakalan melindungi kita lah!” sahut Keisha kelewat santai.
Yap, di desa terpencil itu, kini tengah ada konflik dari kelompok bersenjata yang tiba-tiba datang menyerang desa tersebut, dan maka dari itu sejumlah tim medis lainnya dikerahkan untuk ikut membantu para tentara lainnya yang terkena luka, mereka para tim medis tidak akan ke desa terpencil karena wilayah itu sudah masuk zona merah, jadi mereka akan tiba di pos militer sementara.
Setibanya di sana Keisha dan tim medis lainnya segera membantu para tentara yang terluka, keadaan cukup kacau akibat kelompok bersenjata itu sangat menguasai medan sehingga para tentara sedikit kesulitan untuk menangkap mereka.
Mayat para warga terpencil itupun sebagian sudah bisa dievakuasi, selain Medan yang sulit, tempat pendaratan helikopter pun sulit, sehingga mereka harus mendarat satu persatu, ditambah keadaan yang cukup genting membuat mereka sangat amat waspada.
Keisha pergi mengobati seorang wanita tua yang selamat dari para teroris itu, Keisha mengobatinya dengan teliti, huh keadaan semakin riweh takala bahwa tim B tentara mengalami keguguran akibat saat akan membawa warga pergi menggunakan helikopter sebuah tembakan dilayangkan pada sang pilot sehingga membuat helikopter itu jatuh dan hancur seketika, tentara yang masih bertugas mengevakuasi warga yang masih belum di angkut berjibaku dengan kelompok bersenjata tersebut.
“Sebagian tim medis bersiap-siaplah, kita akan pergi menuju kota membawa mereka yang terluka!” ucap sang komandan pasukan C.
“Keadaan semakin tidak kondusif, kita tidak bisa terus-terusan berada di sini, mereka sungguh brutal!” Seru sang komandan, dia tidak mau terlalu ambil resiko, sepertinya yang bisa menangani kasus ini hanya tentara elit saja, mengingat sudah sedikit banyak rekannya yang sudah gugur.
Ya mereka memutuskan untuk membawa mereka ke kota, jika terus di kumpulkan itu akan semakin banyak dan memakan waktu, mengingat warga desa terpencil itu tidak sedikit, sekitaran 400 orang, banyak bukan?
Keisha yang terpilih pun, segera mengemasi barang-barangnya untuk menangani pasien nanti di dalam helikopter, dia begitu deg-degan takut-takut bila para kelompok bersenjata itu tiba di markas militer dan menembak masak mereka di sini, huh dia tidak menduga akan semengerikan ini, bener kata Mika, mengerikan!
“Kalian hati-hatilah!” ucap Keisha pada tim medis lainnya, mereka berpelukan sekilas.
Keisha seperti berat rasanya untuk menaiki helikopter tersebut, kaki seolah seperti terpaku di tempat. “Cepatlah naik, kita akan segera berangkat!” ucap seorang tentara yang juga ikut, Keisha mengangguk lalu ikut naik.
Helikopter terbang dengan aman, namun di pertengahan sebuah insiden tidak terduga terjadi, sebuah tembakan dari berbagai arah menghujam helikopter tersebut, Keisha yang berada di dalamnya terkejut dan takut, ya tuhan ini nyata bukan seperti film action yang di mana mereka melawan tidak terkena amunisi.
“Baling-balingnya terkena tembakan!” ucap sang pilot.
“Apakah tidak bisa terbang lebih tinggi lagi pak?” tanya Keisha panik, ya tuhan nyawanya tengah di pertaruhan, apakah ini rasa hatinya yang berat untuk ikut naik ke helikopter ini.
“Tidak bisa, kita akan segera jatuh, gunakan alat pelindung kalian, ekor mesinnya pun sudah patah! Sudah tidak ada harapan!”
Keisha menangis takut, jantungnya berdetak dua kali lipat, dia akan merasakan mati dengan secara sadar, apakah itu akan sangat menyakitkan.
Brak.
Helikopter tersebut jatuh di dekat tebing yang curam, suara ledakannya pun cukup keras, dilihat dari segi apapun mustahil orang-orang yang berada di sana selamat.
. . .
Sebuah api membakar habis sebuah paviliun tersebut, seorang remaja berjibaku dengan si jago merah untuk mencoba keluar namun nahas sebuah balok kayu jatuh menimpa sebelah matanya, dan membakar habis sebagian wajahnya.
Teriakkan kesakitan pria itu rasakan menahan rasa sakit di sekitar wajahnya yang kini sudah mulai merasakan perih yang teramat sakit, sehingga ….
“Tuan apakah anda baik-baik saja?” tanya sang bawahan menghampiri sang tuan yang kini tampak termenung tidak bergerak lalu pingsan.
“Tuan!” serunya panik, membawa tubuh tuannya untuk di baringkan, tubuh pria itu seketika menggigil kedinginan dengan keras.
Pria itu panik, tolonglah dia tidak bisa apa-apa, ini terlalu sulit untuknya yang tidak bisa merawat orang sakit, yang dia bisa hanya membuat orang sakit dan sekarang, tidak bisa merawatnya seperti ini. “Sial sekali.”
. . .
Keisha bergerak bangun merasakan sakit disekujur tubuhnya, dia merasakan seolah jatuh dari ketinggian, tapi memang jatuh sih. “Estt …, ya Tuhan aku selamat!” gumamnya melirik tubuhnya sendiri yang baik-baik saja tanpa lecet sedikitpun.
Keisha menatap sekitarnya yang hanya hutan belantara, seketika dia meneguk ludah kasar, apakah orang-orang dari berkelompok bersenjata akan segera menemuinya dan memenggal kepalanya? Pikirannya semakin liar, tapi ada yang aneh, mana bangkai helikopternya? Lalu di mana juga rekan tentara yang bersamanya?
Ada yang aneh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments