NovelToon NovelToon

Suamiku Yang Cacat

Keisha Putri Maheswari (1)

Seorang dokter wanita duduk berhadapan dengan pasiennya yang baru saja datang untuk kontrol masalah kulit. “Untuk itu, ibu harus meminum obat rutin tiga kali sehari, kita lihat dalam seminggu apakah bentol-bentol ini akan menghilang, dan saya juga tidak pernah lelah untuk mengingatkan ibu untuk menghindari bahan-bahan makanan berjenis telur, dan kacang-kacangan!”

“Terimakasih atas pengertiannya dokter, saya izin pamit!” Ucap pasien ibu-ibu itu lalu pergi bersama suaminya.

Dokter itu tersenyum lalu melanjutkan melihat berkas-berkas data pasien selanjutnya, dia adalah Keisha Putri Maheswari, biasa di panggil dokter Kei, atau Keisha, gadis berusia 25 tahun itu merangkap sebagai dokter baru dua tahun lalu, setelah lulus magang di rumah sakit besar ini, kini dia dikenal sebagai dokter spesialis kulit yang sangat cantik dan ramah, tak jarang para dokter muda selalu mencoba untuk akrab dan mendekatkan dirinya padanya.

Tiba-tiba sebuah panggilan untuk para dokter segera pergi ke ruangan direktur rumah sakit, katanya di sana akan di beritahukan hal penting oleh beliau.

“Terimakasih sudah pada datang, saya hanya ingin menyampaikan, rumah sakit kita dipilih untuk ikut melakukan misi relawan di sebuah desa terpencil di ujung kota ini, maka dari itu saya ingin kalian untuk mengisi formulir ini, yang merasa tidak bersedia, bisa menolak dengan alasan yang valid.” Tegas sang direktur.

Keisha, salah satu dokter di antar mereka pun ikut mendaftarkan diri, dia ingin membantu hal kemanusiaan seperti ini, dua tahun bekerja sebagai dokter spesialis dia belum pernah merasakan hal yang menantang.

. . .

“Lo seriusan mau ikut ke sana?” tanya Mika, salah satu sahabatnya di kampus, Mika bekerja di perusahaan gadis itu memilih jurusan bisnis ketimbang kedokteran seperti Keisha.

“Serius lah, nih gue udah daftar,” jawab Keisha lugas.

“Gue jadi was-was anjir, semoga Lo sampe sana baik-baik aja, gue denger di sana ada kelompok bersenjata, gue jadi ngeri!” ucap Mika merinding, tetapi malah minum es.

“Kan ada tentara yang ikut, mereka juga pasti bakalan melindungi kita lah!” sahut Keisha kelewat santai.

Yap, di desa terpencil itu, kini tengah ada konflik dari kelompok bersenjata yang tiba-tiba datang menyerang desa tersebut, dan maka dari itu sejumlah tim medis lainnya dikerahkan untuk ikut membantu para tentara lainnya yang terkena luka, mereka para tim medis tidak akan ke desa terpencil karena wilayah itu sudah masuk zona merah, jadi mereka akan tiba di pos militer sementara.

Setibanya di sana Keisha dan tim medis lainnya segera membantu para tentara yang terluka, keadaan cukup kacau akibat kelompok bersenjata itu sangat menguasai medan sehingga para tentara sedikit kesulitan untuk menangkap mereka.

Mayat para warga terpencil itupun sebagian sudah bisa dievakuasi, selain Medan yang sulit, tempat pendaratan helikopter pun sulit, sehingga mereka harus mendarat satu persatu, ditambah keadaan yang cukup genting membuat mereka sangat amat waspada.

Keisha pergi mengobati seorang wanita tua yang selamat dari para teroris itu, Keisha mengobatinya dengan teliti, huh keadaan semakin riweh takala bahwa tim B tentara mengalami keguguran akibat saat akan membawa warga pergi menggunakan helikopter sebuah tembakan dilayangkan pada sang pilot sehingga membuat helikopter itu jatuh dan hancur seketika, tentara yang masih bertugas mengevakuasi warga yang masih belum di angkut berjibaku dengan kelompok bersenjata tersebut.

“Sebagian tim medis bersiap-siaplah, kita akan pergi menuju kota membawa mereka yang terluka!” ucap sang komandan pasukan C.

“Keadaan semakin tidak kondusif, kita tidak bisa terus-terusan berada di sini, mereka sungguh brutal!” Seru sang komandan, dia tidak mau terlalu ambil resiko, sepertinya yang bisa menangani kasus ini hanya tentara elit saja, mengingat sudah sedikit banyak rekannya yang sudah gugur.

Ya mereka memutuskan untuk membawa mereka ke kota, jika terus di kumpulkan itu akan semakin banyak dan memakan waktu, mengingat warga desa terpencil itu tidak sedikit, sekitaran 400 orang, banyak bukan?

Keisha yang terpilih pun, segera mengemasi barang-barangnya untuk menangani pasien nanti di dalam helikopter, dia begitu deg-degan takut-takut bila para kelompok bersenjata itu tiba di markas militer dan menembak masak mereka di sini, huh dia tidak menduga akan semengerikan ini, bener kata Mika, mengerikan!

“Kalian hati-hatilah!” ucap Keisha pada tim medis lainnya, mereka berpelukan sekilas.

Keisha seperti berat rasanya untuk menaiki helikopter tersebut, kaki seolah seperti terpaku di tempat. “Cepatlah naik, kita akan segera berangkat!” ucap seorang tentara yang juga ikut, Keisha mengangguk lalu ikut naik.

Helikopter terbang dengan aman, namun di pertengahan sebuah insiden tidak terduga terjadi, sebuah tembakan dari berbagai arah menghujam helikopter tersebut, Keisha yang berada di dalamnya terkejut dan takut, ya tuhan ini nyata bukan seperti film action yang di mana mereka melawan tidak terkena amunisi.

“Baling-balingnya terkena tembakan!” ucap sang pilot.

“Apakah tidak bisa terbang lebih tinggi lagi pak?” tanya Keisha panik, ya tuhan nyawanya tengah di pertaruhan, apakah ini rasa hatinya yang berat untuk ikut naik ke helikopter ini.

“Tidak bisa, kita akan segera jatuh, gunakan alat pelindung kalian, ekor mesinnya pun sudah patah! Sudah tidak ada harapan!”

Keisha menangis takut, jantungnya berdetak dua kali lipat, dia akan merasakan mati dengan secara sadar, apakah itu akan sangat menyakitkan.

Brak.

Helikopter tersebut jatuh di dekat tebing yang curam, suara ledakannya pun cukup keras, dilihat dari segi apapun mustahil orang-orang yang berada di sana selamat.

. . .

Sebuah api membakar habis sebuah paviliun tersebut, seorang remaja berjibaku dengan si jago merah untuk mencoba keluar namun nahas sebuah balok kayu jatuh menimpa sebelah matanya, dan membakar habis sebagian wajahnya.

Teriakkan kesakitan pria itu rasakan menahan rasa sakit di sekitar wajahnya yang kini sudah mulai merasakan perih yang teramat sakit, sehingga ….

“Tuan apakah anda baik-baik saja?” tanya sang bawahan menghampiri sang tuan yang kini tampak termenung tidak bergerak lalu pingsan.

“Tuan!” serunya panik, membawa tubuh tuannya untuk di baringkan, tubuh pria itu seketika menggigil kedinginan dengan keras.

Pria itu panik, tolonglah dia tidak bisa apa-apa, ini terlalu sulit untuknya yang tidak bisa merawat orang sakit, yang dia bisa hanya membuat orang sakit dan sekarang, tidak bisa merawatnya seperti ini. “Sial sekali.”

. . .

Keisha bergerak bangun merasakan sakit disekujur tubuhnya, dia merasakan seolah jatuh dari ketinggian, tapi memang jatuh sih. “Estt …, ya Tuhan aku selamat!” gumamnya melirik tubuhnya sendiri yang baik-baik saja tanpa lecet sedikitpun.

Keisha menatap sekitarnya yang hanya hutan belantara, seketika dia meneguk ludah kasar, apakah orang-orang dari berkelompok bersenjata akan segera menemuinya dan memenggal kepalanya? Pikirannya semakin liar, tapi ada yang aneh, mana bangkai helikopternya? Lalu di mana juga rekan tentara yang bersamanya?

Ada yang aneh!

Mengobati Seorang Pria (2)

Keisha menatap tubuhnya yang baik-baik saja, bahkan baju beserta jas dokternya masih utuh putih, cuma terkena noda sedikit, tas medisnya pun tergeletak di sampingnya. “Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi!” paniknya melirik sekitarnya, hanya hutan lebat dan rimbun, ia jadi merinding. Keisha mengambil tasnya, saat akan membukanya sebuah benda dingin menempel di permukaan kulit lehernya, dia menelan ludahnya susah payah, melirik dengan ekor matanya ‘padang!

“A–ampun!” Keisha seperti sulit untuk mengeluarkan suaranya, bergerak dikit, lehernya bisa putus, dia jadi berpikir apakah ini para kelompok bersenjata yang sudah berhasil menemukannya?

Apakah ini ajalnya? Ya tuhan, ini sangat menakutkan, dia akan mati dengan cara dipenggal, terkena jarum suntik saja rasanya sudah ingin pingsan, apa lagi ini, sangat mengerikan.

“Dari entitas mana kamu?!” suara itu sangat mengerikan, bagi Keisha yang sebentar lagi akan bertemu ajalnya.

Pria itu mengangkat Keisha berdiri lalu memojokkannya di bawah pohon dengan leher yang tercekik, Keisha menatap rumit pria di depannya ini, pakaian seperti zaman dulu, dengan pedang dan katana yang di bawanya.

“Saya tanya, dari entitas mana kamu!?” geram pria itu semakin mencekik leher Keisha.

“Sa–saya dari entitas manusia!” jawab Keisha terbata-bata, dia menjawab benar kan?

Siapapun tolong nafasnya sudah berada di ujung tanduk. “Manusia?” gumamnya meneliti penampilan Keisha yang kini memakai jas dokter, dan celana jeans hitam kulot, beserta sepatu putih miliknya, rambut di kuncir, aneh' sekali.

“Apakah kamu menipuku hah!” bentaknya. “Kamu pikir saya bodoh! Lihat penampilan anehmu! Cepatlah mengaku, atau aku akan memenggal kepalamu disini!”

Aneh dari mananya? Gila nih orang' dumel Keisha. “Saya dari entitas terkuat di bumi, maksud saya dokter!” jawab Keisha asal, nafasnya sudah mulai tidak stabil.

Pria itu melepaskan cekikannya, sehingga Keisha dengan rakus menghirup udara sebanyak mungkin. “Sialan pria ini!” kesal Keisha membatin.

“Dokter? Kata aneh apalagi itu!?” tanya pria itu menatap Keisha tajam.

Keisha jadi ketar-ketir sendiri, takut di cekek lagi, ya ampun itu sangat menakutkan. “Ma–maksud saya dokter itu adalah tabib, tukan obat yang sakit-sakit itu!” gugupnya, sampai penataan kata-katanya jadi amburadul.

Si pria yang mendengar itu mengangguk sekilas. “Ikut aku! Atau aku akan membunuhmu disini!” Pria itu kembali menodongkan pedangnya pada Keisha yang kembali ketakutan.

Dengan patuh Keisha mengangguk lalu berdiri, tidak lupa tas medisnya yang sudah tergeletak dia bawa mengikuti langkah pria itu, rasanya dia mau kabur saja, tetapi melihat lebatnya hutan dan dia takut para teroris itu menemukannya lalu membunuhnya dengan keji, tapi! Mungkin saja pria ini salah satu dari mereka! Ya ampun dia jadi bimbang sendiri.

“Jangan coba-coba untuk berani kabur, atau aku akan memenggalmu sekarang juga!”

Keisha menelan ludahnya kasar, mengerikan.

. . .

Sekitar sepuluh menitan berjalan melewati hutan yang begitu rimbun dan sedikit gelap, akhirnya kedua orang itu bertemu dengan jalan setapak, Keisha menatap kagum dengan luasnya sawah dan ladang yang begitu asri nan hijau, belum terjamah oleh polusi dan udara tidak sehat. Dia baru tahu bahwa ada kehidupan di dalam hutan ini, tetapi mereka tidak terkena dampak oleh para orang berkelompok bersenjata itu kan, sepertinya iya, mereka nampak baik-baik saja.

Mereka berdua sampai di sebuah gubuk yang, err …, seperti tidak layak huni, seperti kandang kambing milik eyangnya, ups …, ya ampun Keisha jahat sekali pemikiranmu.

Bruk!

“Cepat periksa dia!” Lagi dan lagi pria itu kembali mengeluarkan pedangnya untuk mengancam Keisha.

Keisha yang ketakutan segera membuka tas medisnya lalu dia pun mengambil stetoskop miliknya, saat akan memulai memeriksa, sebuah tangan lain menepis tangannya dengan cukup keras. Keisha yang masih gugup dan ketakutan jelas semakin parno, apa dia membuat kesalahan?

“Apa yang kau lakukan sialan!” geram suara itu begitu berat, menatap Keisha tajam.

Jantung Keisha tidak berhenti berdetak saking takutnya. Keisha melirik pria yang membawanya kemari.

“Maaf tuan, gadis ini hanya ingin memeriksa anda, dia bilang dia seorang tabib!” sela sang pengawal membungkuk.

Pria yang tiduran itu menatap rupa Keisha, dari manakah gadis ini? Kenapa penampilannya begitu aneh? Setahu dia tidak ada seorang tabib yang berpakaian seperti itu.

“Kau pikir aku bodoh!” geram pria nyalang. Tentu dia tidak percaya mana ada rupa tabib seperti itu, tabib sendiri memiliki baju khas mereka, supaya dikenal masyarakat.

“Bu–bukan seperti itu tuan, gadis ini memang benar-benar tabib!” pria itu menendang kecil kaki Keisha yang sedang bersimpuh untuk ikut bersandiwara dengannya, ayolah dia sudah sedikit lelah untuk mencari seorang tabib yang mau mengobati tuannya ini.

Dikatakan bahwa sebagian warga desa disini begitu takut akan sosok pria yang terlentang tidak berdaya itu. “Be-benar saya seorang tabib yang langka maka dari itu saya seperti ini tuan!” jawab Keisha asal, dia juga sempat melirik sekilas pada pria yang berdiri di sampingnya ini.

“Tuan, lebih baik anda di obati olehnya saja, saya takut luka anda akan semakin parah,” pria itu menatap memohon pada tuannya yang semakin parah, bahkan bibir pria itu sudah tampak mulai memucat.

Pria itu tidak menjawab, sang pengawal pun menganggap keterdiaman tuannya itu sebagai pertanda bahwa dia mau diobati. “Cepat lakukan!” desisnya pada Keisha.

Gadis itu sudah seperti orang tidak waras, pikirannya entah kemana, bingung? Tentu saja, dia bingung semuanya tampak berbeda, dan dia pun baru sadar bahwa mereka menggunakan pakaian seperti masa-masa kerajaan gitu, apa iya ini sebuah drama? Tetapi ini terlalu nyata, dan luka pria itu cukup lebar, dia perlu menjahitnya.

Keisha segera mengeluarkan peralatan medisnya setelah dilapisi oleh kain bersih miliknya, Keisha menuangkan antiseptik pada mangkok sedikit sebelum menggunakan jarum suntik tersebut.

Kedua pria itu tercengang dengan alat-alat aneh yang Keisha gunakan, apakah benar dia seorang tabib, pria yang satunya disebut sebagai pengawal itu hanya bisa menatap kearah lain, sebab mata tuannya seperti mau keluar menatapnya tajam sedari tadi, mengerikan sekali.

Keisha segera mendekat pada pria yang terbaring lemah itu, dia dengan sedikit gugup mulai mengelap darah-darah yang mengalir di sekitaran perut pria itu, walaupun dia dokter spesialis kulit, ya bisa dibilang masalah menjahit seperti ini dia bisa lakukan.

Lagi, kedua pria itu menatap aneh pada jarum suntik milik Keisha, pria yang berbaring itu melotot tajam, mau diapakan dia dengan jarum aneh itu. “Tenanglah ini hanya obat bius, luka anda akan saya jahit, sebab lukanya terlalu lebar, jika dibiarkan terus terbuka, itu bisa menyebabkan pendarahan yang hebat,” ucap Azalea memberi kejelasan, huh sepertinya dia harus menekan rasa takutnya.

“Apakah itu tidak berbahaya?” tanya sang pengawal, setahu dirinya obat bius hanya untuk membuat orang pingsan.

“Tidak tuan.”

Pria itu meringis saat jarum suntik itu di cucukan di perutnya.

. . .

Holla aku update ni, semoga ada yang baca,✌️

Btw aku bukan dokter ya, semuanya aku riset dari google jadi kalo ada kesalahan atau penempatan kata tidak tepat, kalian bisa kasih tau di kolom komentar.

Gambar ilustrasi AI adai

☞facebook: Yubis

☞instagram: pch_1w

Tahun 1201 (3)

Setelah biusnya bereaksi Keisha langsung melakukan penjahitan pada luka yang menganga lebar di perut sang pria, Keisha melakukan pekerjaannya dengan telaten tanpa merasakan takut seperti yang awal-awal.

Kedua pria itu pun fokus pada Keisha dan peralatan aneh milik gadis itu, dan mereka juga baru mengetahui bahwa luka seperti itu bisa di jahit, dan lagi, raut tuannya pun tidak merasakan sakit saat jarum itu menusuk dan menjahit rapi perut pria itu.

Tiga atau empat menitan akhirnya selesai, Keisha membersihkannya dengan telaten. “Apakah saya bisa pergi sekarang?” tanya Keisha, dia harus menemukan rekan tentara yang lain, dia tidak mau terus-terusan berada disini bersama kedua pria aneh dan mengerikan ini, ya mengerikan, salah sedikit langsung diacungi pedang, kan jadi parno.

“Apakah anda yakin nona?” tanya pria itu melirik ke arah luar yang sudah mulai gelap, pria itu juga mulai menyalakan lentera di dalam rumah gubuk itu.

Keisha mengangguk yakin. “Saya yakin tuan!” jawabnya mantap, Keisha mengangkat tas medisnya lalu bersiap untuk pergi.

Saat membuka pintu alangkah terkejutnya dia saat melihat gelapnya malam yang cukup mengerikan, di mana hari indah itu? Apakah dia yakin? Aduh jadi ragu lagi, Keisha sudah sangat ingin pulang, menemui ibu, ayah dan saudara-saudaranya yang lain.

“Silahkan nona!” ucap pria itu menunjuk pintu keluar, aduh Keisha bahkan gemetaran. “Apakah anda ragu nona?” tanya pria itu.

Wajah Keisha jadi pias karena takut, ya ampun. “Boleh tidak aku menginap saja, ini sangat gelap!” lesunya, dia tidak mau ambil resiko, tetapi menginap disini juga resiko bukan? Serba salah dia ini.

. . .

Malam semakin larut, Keisha duduk termenung di depan api unggun yang dibuat oleh pria itu, entah jam berapa sekarang dia tidak tahu, yang terpenting malam sudah semakin larut, Keisha tidak berani tidur sebab, ya takut sih.

“Ini makanlah!” ucap pria itu menyodorkan sebuah ubi bakar, ingat bukan singkong.

“Terimakasih!” Keisha mengambilnya dan itu cukup panas, ya ampun sial sekali.

“Jika boleh tahu siapakah namamu nona? Sepertinya kau bukan berasal dari sini!” ucap pria itu bertanya.

“Namaku Keisha, kalau kamu?” tanya Keisha balik.

Pria itu mengangguk. “Chris, saya pengawal pribadi tuan!”

Keisha melirik pria yang diobatinya beberapa jam lalu, kini pria itu tengah tertidur pulas. “Bolehkah saya bertanya?” tanya Keisha penasaran. “Mungkin ini agak sedikit privasi, kenapa pria itu selalu menggunakan topeng? Bahkan saat tidur pun,” ungkapnya melirik penasaran pada ranjang reot tersebut.

“Ya itu memang privasi, jadi saya sebagai bawahnya hanya akan menjawab sedikit,” tukas Chris melirik sang tuan sekilas. “Dia seperti itu karena masa lalunya, jadi ya …, dia mengalami penyakit dan berakhir disini!” Chris menatap Keisha yang kini tengah termenung.

“Kamu sendiri kenapa bisa ada disini?” tanya Chris penasaran.

Keisha yang ditanya seperti itu jadi sedih sendiri. “Aku pun tidak tahu, semuanya terjadi begitu saja, maka dari itu aku berinisiatif untuk ke hutan lagi, siapa tahu rekan-rekan ku yang lain masih selamat sepertiku!” Keisha malah curhat, tapi tidak apa-apa dia lega kok.

Chris mengangguk singkat mendengar ucapan Keisha, dia tidak mau bertanya terlalu banyak, dia sadar itu bukan ranahnya untuk bertanya sembarangan.

. . .

Keesokan paginya Keisha bangun dan dia sudah rapi sekali, kini dia akan segera berangkat kehutanan tempat dia berada disini saat pertama kali, Keisha melihat di depan sudah ada seseorang yang tengah duduk sambil menatap matahari terbit yang begitu cantik.

“Permisi!” ucapnya membungkuk, tetapi tidak ada sahutan.

“Apakah kau akan pergi sekarang nona?” tanya Chris yang datang dari luar.

“Iya, saya takut nanti kesiangan,” jawab Keisha.

“Bolehkah saya mengantarkan mu?” tanya Chris, inisiatif saja sih, bukan apa-apa.

Keisha melirik pada pria yang duduk di kursi yang kini tidak bereaksi apa, diam saja seperti orang bisu.

“Tuan memang seperti itu nona.”

“Oh ya, aku baru ingat, untuk lukanya jangan dulu terkena air, biarkan kering beberapa hari dulu, ya?” ucap Keisha mengingatkan.

“Oh, begitu, baiklah.”

Pada akhirnya Keisha diantarkan oleh Chris, entah kenapa Keisha selalu curi-curi pandang pada pria lumpuh itu, seperti tidak mau meninggalkannya. “Kamu kenapa sih kei, kenal aja kagak!” batinya dongkol.

Sesampainya di tempat pertama kali dia bangun, Keisha jadi bingung sendiri, setelah sampai disini dia ngapain, mau cari rekan-rekannya? Mana berani, lihatlah tumbuhan hutan liar ini sungguh mengerikan, apalagi ini seperti daerah tropis pasti akan banyak ular besar, mengingat berita di dunianya bahwa ada seorang wanita dewasa yang dimakan oleh ular piton.

“Sudah sampai nona, saya akan langsung pulang!” ucap Chris hendak pergi.

“Tunggu!” seru Keisha, dia menatap pakaian Chris, dia ingin menanyakan ini sedari tadi malam tetapi tidak urung juga. “Tahun berapakah sekarang?” tanyanya, penuh harap.

Chris menyerngit bingung. “1201.”

Keisha yang mendengar itu melotot tajam, yang benar saja. “Kamu bohong ya?” tuding Keisha.

“Kenapa harus bohong?” tanya Chris balik.

“Ya mana mungkin!” pekiknya frustasi. “Apa iya gue kena gangguan delusi?” gumamnya. “Tapi kan gue selama ini baik-baik saja, bahkan dokter gak ada tuh memvonis gue memiliki gangguan jiwa!” celetuknya pada diri sendiri, dia masih belum percaya, ayolah dia ini dari masa depan seorang dokter yang selalu berpikiran logis dan logika, bukan semacam ini, dan itu.

Chris yang berpikir tabib ini sudah mulai gila segera pergi, tetapi keburu di teriaki oleh Keisha.

“Tunggu!”

“Ck! Apa lagi?”

“Em– bolehkah aku ikut denganmu saja? Sungguh aku tidak tahu lagi harus kemana!” Keisha menangis, ayolah tolong dia, dia luntang-lantung di dunia orang, tidak punya sanak saudara.

“Tidak! Saya tidak bisa memberimu makan!” jawab Chris.

“Bagaimana jika saya menjadi perawat tuan lumpuh itu!” seru Keisha.

“Cukup!” bentak Chris. “Kamu boleh ikut, tetapi jangan sesekali berbicara bahwa pria itu lumpuh, atau kau akan tahu akibatnya!”

Chris berpikir sepertinya tidak masalah menambah satu orang lagi, apalagi gadis ini seorang tabib, dan dia juga tidak perlu untuk menggaji gadis ini. “Tidak buruk juga!” batinnya.

. . .

...“ดูเหมือนว่านี่คือโชคชะตาที่จะพาเรามาพบกัน”...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!