"Tata ayo."
Itu bukan suara Devina, melainkan Alesa yang kini sudah berdiri di sampingnya. Alesa berniat menggandeng Aleta namun dengan cepat Aleta menghindar dan malah menggandeng Devina dengan terlebih dahulu jalan.
"Ayo Dev," ujarnya.
Devina kebingungan melihat sikap Aleta, begitu juga dengan Alesa yang menyipitkan matanya melihat perubahan sikap Aleta padanya.
"Kenapa sih tuh anak?" gumamnya berjalan mengikuti di belakang.
Suara tepuk tangan saat Aleta datang terdengar dari para tamu undangan yang malam ini hadir. Banyak di antara mereka yang memuji kecantikan Aleta malam ini.
Namun itu semua tetap tidak merubah rasa sakit hatinya. Aleta justru merasa semakin disia-siakan oleh laki-laki yang ternyata kini sudah memegangi tangannya. Lalu mengecupnya dengan begitu lembut.
Ah, lagi-lagi Aleta begitu larut dalam pikirannya sendiri sampai tidak menyadari jika tangannya kini sedang digenggam oleh laki-laki yang sangat ia benci, tetapi laki-laki itu kini sudah menjadi suaminya.
"Kamu siap sayang?" bisik Dipta.
Aleta menoleh, ia tersenyum tipis lalu mengangguk.
Kedua mempelai kini sudah siap memotong kue pengantin yang menjulang cukup tinggi di depannya. Semua tamu kembali bertepuk tangan, sampai tiba pada saatnya keduanya akan melakukan ciuman, Aleta berniat untuk menolak, tetapi saat tanpa sengaja matanya menangkap wajah Alesa tiba-tiba niatnya terurungkan. Sudut bibirnya tertarik ke atas.
Aleta membalas ciuman Dipta dengan penuh gairah, hanya sebentar memang tapi mampu membuat para tamu undangan khsusnya teman-teman mereka bertepuk tangan dengan semangat.
Aleta tersenyum puas saat melihat wajah kakaknya cukup merah, Alesa terlihat tetap tenang, namun Aleta sangat yakin jika kakaknya itu menaruh rasa cemburu atau bahkan kesal karena perbuatannya barusan.
"Kamu sangat menggoda sayang," bisik Dipta.
Aleta menatap Dipta dengan begitu lekat. "Kamu juga sangat nakal kak."
Setelahnya Aleta pergi untuk menemui teman-temannya. Diikuti Dipta yang sedang tersenyum penuh arti dengan tatapan matanya tidak lekat akan tubuh gadis itu yang masih dibaluti gaun pengantin.
Sekitar pukul 11 malam. Pesta pernikahan telah usai. Aleta dengan dibantu Devina juga mua yang ada sedang melepas gaun pengantinnya.
"Tata, gue rasa Dipta udah nggak sabar buat nerkam lo," goda Devina.
Aleta menyunggingkan senyumnya. Lalu melirik ke arah Devina. "Gue nggak minat tuh," balasnya sontak membuat Devina menghentikan aktivitasnya.
"Ngaco aja lo," ujarnya.
"Ayolah.. Gue tau kalian udah nunggu saat bahagia ini selama 5 tahun, nggak normal banget sih kalau lo masih belum siap," jelas Devina kembali membantu Aleta melepas gaunnya.
Terdengar helaan napas dari Aleta. Ia menatap Devina dengan diam sampai membuat Devina menyipitkan matanya. Tatapan Aleta kini tiba-tiba berubah menjadi sendu, Devina semakin merasa aneh dengan perubahan Aleta yang tiba-tiba.
"Bu, boleh keluar sekarang, biar aku yang bantu Tata," ujar Devina diangguki oleh sang MUA.
Setelah kepergian MUA tadi. Devina kembali menatap Aleta dengan selidik.
"Tata, are you okay beb?" tanyanya.
Saat itu juga Aleta menggeleng, matanya sudah menggenang dan siap meluncurkan cairan bening di wajahnya. Devina semakin dibuat terkejut melihatnya.
"Tata, lo kenap-"
Ceklek
"Kaka boleh masuk Ta?" kepala Alesa nyembul dari balik pintu.
Tanpa menunggu jawaban, Alesa langsung masuk begitu saja. Sementara Aleta buru-buru menyeka air mata yang sudah keluar tadi.
"Belum selesai Vin?" tanya Alesa.
"Udah kok kak," balas Devina.
"Kenapa?" tanya Aleta datar.
"Gue cuma mau bilang, keluarga Dipta udah pada balik," ujar Alesa.
Aleta mengangguk. "Nggak papa tadi udah pada pamit kok sama gue," jelasnya.
"Oh ya udah gue istirahat dulu ya capek juga, jangan lupa bikinin ponakan buat gue," ujar Alesa diselingi bisikan pada akhir kalimatnya.
Aleta menyunggingkan senyumnya. Lalu kembali menganggukan kepalanya. "Kakak tenang aja, malam ini akan menjadi malam yang panas untuk aku sama kaka Dipta," terangnya.
Sial, Aleta merasa jijik sendiri setelah mengatakan itu. Ia bahkan tidak sudi disentuh oleh Dipta. Meski sekarang ini ia sangat berniat untuk membuat kakaknya kesal. Namun raut wajah Alesa tampak baik-baik saja. Seperti tidak sedang menahan sebuah amarah apa lagi rasa cemburu.
"Lo pemain emang kak," ujarnya dalam hati.
"Bye gue duluan, lo juga Vin. Jangan ganggu pengantin baru," ujar Alesa sebelum kepergiannya.
"Gue nginep di sini, biar Aleta nggak jadi keluarin suara halalnya sekarang," goda Devina mendapat gelak tawa dari Alesa bersamaan dengan kepergiaannya.
"Tata, lo tadi kenapa? Sebenarnya apa yang lo sembunyiin beb?" tanya Devina setelah kepergian Alesa.
"Gue nggak papa kok Vin. Udah sana lo pergi dari kamar pengantin ini," usirnya.
"Ngusir lo? Ck, awas aja lo," kesalnya.
"Kalau ada apa-apa bilang ya Ta," ujarnya diangguki oleh Aleta.
Kini Aleta seorang diri di dalam kamar. Ia memandangi luar dari jendela kamarnya. Meski ia bersikap seolah baik-baik saja. Nyatanya dirinya benar-benar hancur sekarang.
Bahkan jika kebanyakan pengantin baru sudah tidak sabar menunggu malam pertama mereka. Lain halnya dengan Aleta yang justru tanpa minat menghabiskan waktu malamnya bersama laki-laki yang sudah menjadi suaminya.
Pikiran Aleta kini sibuk mencari cara membalas rasa sakit hatinya.
Pintu terbuka bersamaan dengan Dipta yang masuk dan langsung menghampirinya. Dipeluknya tubuh Aleta dari belakang, rasanya begitu nyaman setiap kali Dipta memeluknya seperti disaat mereka masih menjadi sepasang kekasih, tapi kenyamanan yang ia rasakan kini berbeda, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Cup
Tanpa izin Dipat mengecup punggung Aleta, tangan laki-laki itu juga mengusap lembut bagian perut Aleta. Posisi mereka kini masih sama seperti tadi, dimana Dipta memeluk Aleta dari bagian belakang.
"I love you Tata," bisiknya.
Suara Dipta sudah berat, meski Aleta belum melakukan apa-apa namun Aleta sangat yakin jika Dipta sudah menginginkan sesuatu, menginginkan haknya dari Aleta yang kini sudah resmi menjadi istrinya.
Aleta tidak menjawab, ia semakin merasa hancur setiap kali mengingat pengkhianatan Dipta. Sikap lembut Dipta sekarang dan bahkan selama ini hanya sebuah kebohongan, Dipta memang memperlakukannya dengan begitu baik, tetapi dibalik itu semua ternyata hanya sebuah kepalsuan, Dipta pemain ulung yang sampai bisa mendapat umpan dua sekaligus.
Dirasa pundaknya kini diremas oleh tangan yang biasanya menggenggam dengan begitu erat, Aleta memejamkan sejenak, sebelum akhirnya ia menoleh dan menatap Dipta yang juga sedang menatapnya dalam.
Ingin rasanya Aleta berteriak sekencang mungkin saat melihat tatapan teduh suaminya itu. Kenapa bisa mata teduh itu bersikap tidak adil padanya?
"Kak," lirihnya.
Sejujurnya ia berat mengatakannya, namun ia juga tidak rela jika tubuhnya diserahkan begitu saja untuk laki-laki yang sudah mengkhianatinya. Sekalipun itu suaminya.
"Tamu bulananku baru saja datang," ujarnya.
Aleta dapat melihat perubahan pada raut wajah Dipta, namun ia juga merasa lega.
"Jadi, sabar ya?" bisiknya begitu menggoda sebelum akhirnya pergi disertai senyum tipis pada sudut bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
ArianiDesy
masih penasaran isi chat nya
2024-11-04
0
💥💚 Sany ❤💕
Sungguh teka-teki yang rumit.
2024-08-22
0
💥💚 Sany ❤💕
Jadi makin penasaran, napa bisa ya kk nya bersikap seolah-olah semua baik2 aja. Dipta pun gitu.
2024-08-22
0