Hari-hari berlalu, dan meskipun Clara tahu Arman ada di sana untuk membantunya, rasa cemas dan takutnya terhadap Rina dan gengnya tidak sepenuhnya hilang. Setiap kali Clara melihat Rina di lorong sekolah, dia merasa jantungnya berdegup kencang. Arman sering kali berusaha untuk menemani Clara ke kelas, tetapi ada saat-saat di mana dia tidak bisa selalu berada di sana.
Suatu pagi, Clara terbangun dengan perasaan aneh. Dia merasa bahwa hari itu akan menjadi hari yang berat. Setelah bersiap-siap, dia berangkat ke sekolah dengan perasaan was-was. Ketika sampai di sekolah, Clara berjalan menuju lokernya dengan hati-hati. Namun, ketika membuka loker, dia menemukan sesuatu yang mengerikan.
Di dalam loker Clara, ada seekor tikus mati dengan darah yang menetes. Clara merasa mual dan hampir menangis. Dia segera menutup loker dan berlari ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Rasa takut dan jijik bercampur menjadi satu, membuatnya merasa sangat tertekan.
Saat dia berada di kamar mandi, ponselnya bergetar. Clara membuka pesan dari Arman. “Clara, kamu di mana? Aku sudah di depan kelas.”
Clara dengan tangan gemetar membalas pesan tersebut. “Aku di kamar mandi. Ada sesuatu yang mengerikan di lokerku.”
Tidak lama kemudian, Arman muncul di depan pintu kamar mandi. “Clara, kamu tidak apa-apa?” tanyanya dengan wajah khawatir.
Clara menggeleng, mencoba menahan air mata. “Ada tikus mati di lokerku, Arman. Aku tidak tahu siapa yang melakukan ini, tapi aku yakin itu ulah Rina dan gengnya.”
Arman merasakan kemarahan membara di dadanya. “Ini sudah keterlaluan. Kita harus melaporkan ini kepada pihak sekolah, Clara. Mereka tidak bisa terus menerus mengganggu kamu seperti ini.”
Clara merasa ragu. “Tapi, Arman, aku takut jika kita melaporkannya, mereka akan semakin marah dan melakukan hal yang lebih buruk.”
“Tetapi kamu tidak bisa terus hidup dalam ketakutan, Clara. Kita harus mengambil tindakan,” desak Arman.
Dengan perasaan ragu-ragu, Clara akhirnya setuju. Mereka pergi ke ruang guru dan melaporkan kejadian tersebut kepada Pak Budi, salah satu guru yang dikenal tegas namun adil. Pak Budi mendengarkan dengan seksama dan terlihat sangat marah setelah mendengar cerita Clara.
“Ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi,” kata Pak Budi dengan tegas. “Saya akan segera memanggil Rina dan teman-temannya ke ruang kepala sekolah.”
Beberapa saat kemudian, Rina dan gengnya dipanggil ke ruang kepala sekolah. Clara dan Arman juga diminta untuk datang. Ketika mereka semua berkumpul, kepala sekolah, Bu Anita, menatap mereka dengan serius.
“Rina, saya mendengar laporan bahwa kamu dan teman-temanmu telah melakukan tindakan yang sangat tidak pantas terhadap Clara,” kata Bu Anita dengan suara tegas. “Apa benar kalian melakukan hal itu?”
Rina mencoba tampak tidak bersalah. “Bu, kami tidak melakukan apa-apa. Itu pasti hanya salah paham.”
“Jangan berbohong, Rina,” kata Arman dengan suara keras. “Kami tahu bahwa kamu yang menaruh tikus mati di loker Clara.”
“Arman, tenang,” kata Bu Anita. “Kami akan mencari tahu kebenarannya. Rina, kami akan menyelidiki ini lebih lanjut. Jika benar kamu dan teman-temanmu yang melakukannya, maka akan ada konsekuensi serius.”
Setelah pertemuan itu, Clara merasa sedikit lega. Namun, dia tahu bahwa masalahnya belum sepenuhnya selesai. Dia masih harus menghadapi hari-hari yang sulit di sekolah. Meski begitu, dia merasa lebih kuat karena Arman selalu ada di sisinya.
---
Hari-hari berlalu dengan lambat. Rina dan gengnya tampak sedikit lebih tenang setelah peringatan dari Bu Anita. Namun, mereka masih menunjukkan sikap permusuhan terhadap Clara. Mereka sering kali menatapnya dengan tajam atau berbisik-bisik di belakangnya.
Suatu hari, saat Clara sedang duduk sendirian di kantin, Arman datang dengan membawa dua gelas jus. “Ini untukmu,” katanya sambil menyerahkan satu gelas kepada Clara.
“Terima kasih, Arman,” kata Clara sambil tersenyum. “Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik.”
“Aku hanya ingin kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian,” jawab Arman. “Kita akan melewati ini bersama-sama.”
Ketika mereka sedang berbicara, tiba-tiba seorang siswa laki-laki yang tidak dikenal mendekati meja mereka. “Hai, Clara. Aku dengar kamu sering diganggu. Apakah kamu baik-baik saja?”
Clara sedikit terkejut. “Oh, hai. Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya.”
“Aku Rendy, teman sekelas Arman. Jika kamu butuh bantuan, jangan ragu untuk meminta bantuan,” kata Rendy dengan senyum ramah.
“Terima kasih, Rendy,” jawab Clara. “Aku akan ingat itu.”
Setelah Rendy pergi, Arman menatap Clara dengan serius. “Clara, kamu lihat? Banyak orang yang peduli padamu. Kamu tidak perlu merasa sendirian.”
Clara merasa hatinya hangat. Meskipun masih ada banyak rintangan yang harus dihadapi, dia tahu bahwa ada orang-orang yang peduli dan siap membantunya. Itu memberinya kekuatan untuk terus bertahan.
---
Malam itu, Clara duduk di kamarnya dan memikirkan semua yang telah terjadi. Dia merasa lelah dengan semua perundungan yang terus-menerus dialaminya. Namun, dia juga merasa bahwa dia telah menemukan teman-teman yang bisa diandalkan. Arman, dan sekarang Rendy, membuatnya merasa bahwa dia tidak sendirian.
Clara memutuskan untuk menulis di buku hariannya, sesuatu yang jarang dia lakukan akhir-akhir ini. Dia menuliskan perasaannya, harapannya, dan rasa terima kasihnya kepada Arman dan Rendy. Menulis membuatnya merasa sedikit lebih lega.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Ada pesan dari Arman. “Clara, besok ada acara sekolah. Apakah kamu ingin pergi bersama?”
Clara tersenyum dan membalas, “Tentu, Arman. Terima kasih telah mengajakku.”
Keesokan harinya, Clara dan Arman pergi ke acara sekolah bersama. Mereka menikmati waktu mereka, tertawa dan berbicara tentang banyak hal. Clara merasa bahwa hidupnya mulai berubah menjadi lebih baik. Meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, dia tahu bahwa dia tidak perlu menghadapinya sendirian.
Saat acara berakhir, Clara merasa sangat berterima kasih kepada Arman. “Terima kasih, Arman. Hari ini sangat menyenangkan.”
“Aku juga senang, Clara. Kamu layak mendapatkan kebahagiaan,” jawab Arman sambil tersenyum.
Clara merasa bahwa masa depannya mulai terlihat lebih cerah. Dengan dukungan teman-temannya, dia yakin bahwa dia bisa melewati segala rintangan yang ada. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap kuat dan tidak menyerah, apapun yang terjadi.
---
Bersambung
Tetap setia ya guys untuk baca novel ini, dan mohon dukungannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments