Di dalam mobil Kevin, Soya yang lelah karena jalanan yang cukup macet sesekali berdecak dan beberapa kali terlihat merubah posisi duduknya sehingga membuat kakak sepupu yang berbeda hanya beberapa bulan itu menghela nafas.
"Tau gitu, pakai motor saja tadi!" cicitnya kesal.
Jika Soya yang susah terbiasa ngebut di jalanan agar segera sampai di tujuan, lain halnya dengan Kevin yang lebih suka memakai kendaraan beroda empat itu kesekolah. Pria pecinta keberhasilan dan sangat menjunjung kerapian dimanapun dia berada. Tak pernah dan tak akan pernah mau mengendarai kuda besi walau ia memilikinya. Hanya satu alasannya, tubuhnya tak lagi higienis. Sungguh berbanding terbalik dengan saudara sepupunya yang cantik layaknya barbie namun bagai devil.
"Ada apa, Mommy memintamu kerumah? ada masalah yang aku tak tahu? tanya Kevin di sela-sela kemacetan.
" Mana aku tahu! jika aku tahu lebih dulu aku tak akan datang dan memilih kabur ke Antartika!" kelakar Soya.
Kevin tertawa, Mami, Papi serta sang om yaitu ayah Soya selalu memiliki kejutan yang tak tak pernah menguntungkan bagi mereka namun sangat mengasyikkan bagi mereka para orang tua.
"Lalu, bagaimana dengan perjodohan itu?" tanya Soya.
"Selamanya aku tak akan mengakui Sheila sebagai calon pasanganku!" amit-amit!" ujar
"Jangan katakan itu, seolah aju akan benar-benar tertarik dengan wanita ular itu!" Kevin bergidik ngeri membayangkan jika ia tergila-gila dengan wanita yang dijodohkan nya itu. Jika perempuan yang dijodohkan nya itu adalah seorang yang ada dipikirannya sekarang tentu saja dia akan setuju.
Soya tersenyum, menarik sudut bibirnya. "Jangan pernah libatkan sahabatku dalam urusanmu! awas kau!" ancamnya, bak paranormal Soya menebak perasaan Kevin dengan tepat.
"Apa maksud mu?" tanya Kevin pura-pura tidak mengerti.
"Kau menyukainya! terlihat jelas!" ucap Soya dengan mata memandang lurus kedepan.
Kevin berdehem, menetralkan semburat merah di wajahnya. Dia tak menyangka jika selama ini apa yang ia lakukan terbaca dengan cukup jelas oleh adiknya ini. " A aku tak melakukan apapun, kau tahu itu." Elaknya.
"Ya, kamu memang tak melakukan apapun! tapi tatapan mata dan gestur tubuhmu sangat mudah terbaca olehku!" ujar Soya menatap Kevin dengan seksama.
"Sekarang saja, tanpa menyebut namanya. Pipimu seketika memerah! cih !"
"Stop! Soya!" seru Kevin.
Soya, gadis itu terdiam dan menatap ke arah depan dengan tatapan mengintimidasinya. "Ini peringatan! jangan libatkan dia jika hatimu tak tulus! kau tahu dengan pasti, bagaimana keluarga kita!" kata yang penuh penekanan itu membuat Kevin menghela nafasnya.
Gerbang dengan aksen bunga melati serta bubuhan cat berwarna emas itu membuat kesan mewah dan elegan lada rumah yang sudah ditempati dari Kevin lahir hingga saat ini. Walaupun terdapat banyak perubahan di berbagai sudut rumah. Namun, kesan mewah tak pernah luntur dari kediaman besar ini.
"Selamat siang Tuan Muda dan Nona Muda!" pria paruh baya dengan baju khas kepala pelayan datang menyambut kedua remaja itu.
"Nyonya serta yang lain sudah menunggu anda berdua, untuk makan siang bersama." tutur kepala pelayan kediaman besar Wijaya.
"Yang lain? beo Soya.
"Iya. Nona muda. Ada Tuan besar Wijaya bersama sang istri juga sedang menunggu kedatangan kalian."
Kevin dan Soya saling pandang. Mereka tahu jika seluruh keluarga besar berkumpul berarti memang ada hal yang serius yang akan para orang tua itu bicarakan.
"Kali ini riwayat siapa yang akan tamat!" ujar mereka secara bersamaan.
Kevin dan Soya saling melirik dan menghela nafas mereka. Dengan penuh degup jantung yang kian cepat, Soya serta Kevin akhirnya melangkahkan kakinya secara bersamaan menuju ke ruang makan.
Terdegup sayup-sayup tawa dari para orang tua yang membuat kedua remaja itu mengerutkan dahinya. "Selucu itu sampai kedengaran dari depan," cicit Soya.
"Selamat siang semua!" tegas Soya dengan mata elang memandang seluruh penghuni ruang makan itu.
Tawa yang cukup riang tadi seketika terhenti, setelah mendengar ucapan selamat siang yang sama sekali tak terdengar seperti sebuah sapaan.
"Siang sayang!" sahut sang ayah, Tuan besar Wijaya dengan senyum kerinduannya.
"Ayo, kalian bersih-bersih, setelah itu ikut kami makan siang bersama. Jangan terlalu lama, kita sedang ada tamu." ucapan yang diiringi senyum itu sama sekali tak menandakan gurauan, tali lebih suruhan yang mutlak.
Kevin dan Soya mengangguk secara bersamaan. Mereka memutar badan dan segera berlalu ke kamar mereka masing-masing untuk membersihkan diri. Tanpa Soya sadari, pria muda yang ada di kerumunan para orang tua itu, memandang Soya dengan sorot mata yang tak bisa diartikan dengan jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
_senpai_kim
Paragraf tiap halaman bikin saya ikut terbawa cerita.
2024-07-20
0