••
Aslan's adalah Putra tunggal dari pasangan suami Istri yang terkenal dalam dunia bisnis, hanya saja Aslan sudah lama kehilangan Daddy nya. Ia dibesarkan oleh wanita yang selalu dihormatinya, Yumna Maverick adalah nama Mommy nya Alsan.
Aslan's akan jadi satu-satunya penerus Keluarga Maverick yang akan mewarisi perusahaan besar yang dirintis oleh mendiang Daddy nya.
Saat ini Aslan's adalah mahasiswa akhir jurusan bisnis, ia tidak lagi terlalu aktif hanya saja ada sesuatu yang menariknya untuk terus datang ke kampusnya yaitu gadis beasiswa bernama Shea Marlove.
Gadis bermata indah bahkan berambut lurus dengan kulit putih itu sejak awal sudah mencuri perhatian Aslan, tak pernah Aslan's melihat kesombongan diwajah Shea sekalipun ia memiliki kecantikan dari gadis yang lain. Itulah pengamatan Aslan's.
Gadis itu termasuk mahasiswa berprestasi, ia berada di fakultas yang sama dengan Aslan's hanya saja ia masih cukup baru, berbeda dengan Aslan yang sebentar lagi akan lulus.
***
Perpustakaan adalah tempat dimana Shea sering menghabiskan waktu.
Langkah Aslan mendekat hingga duduk dengan jarak di dekat Shea.
Tatapan perempuan itu hanya fokus pada buku di tangannya sampai akhirnya suara Aslan terdengar.
“Hmm, apa kau menyukai buku hingga setiap hari kau datang ke perpustakaan?” tanya Aslan membuka percakapan.
Sudah lama Aslan's ingin melakukan itu, hanya saja ia selalu ragu.
Shea langsung menoleh, ia temukan Aslan menatapnya lalu memberikan senyuman padanya.
Aslan's tertawa saat Shea mengabaikannya begitu saja, rambut Shea yang tergerai panjang itu tampak Shea kibaskan ke belakang membuat Aslan semakin mengejek dirinya sendiri karena Shea ternyata menggunakan earphone.
Karena ingin dekat dengan gadis sederhana itu, Aslan mulai berani menyentuh bahu Shea dengan sebuah buku.
Kembali Shea menoleh lagi.
“Ya?” ucap Shea menjauhkan earphone dari telinganya.
Aslan's tersenyum lagi, wajah Shea benar-benar cantik dengan keadaan natural tanpa hiasan itu.
“Ah maaf kalau aku mengganggu waktu membaca mu, hanya saja apa aku boleh meminjam bukumu?” tanya Aslan's yang bingung harus berkata apa saat mata mereka sama-sama bertemu.
Shea melihat buku yang ada di tangannya.
“Kau bisa menemukan buku ini di rak nomor 5.” ucap Shea.
“Begitu ya, sedari tadi aku tak menemukannya.” ucap Aslan's berbohong.
Shea bangkit berdiri, tanpa ragu ia mengambilkan buku yang Aslan perlukan. Langkahnya cepat, ia berjinjit mengambil buku itu.
Pletak
“Ini bukunya.” ucap Shea meletakkan buku yang sama dihadapan Aslan's, usai memberikan buku itu tampaknya Shea memilih menjauh dari sana.
Aslan's hanya bisa melihat Shea yang mulai pergi.
Namun ada sebuah buku yang terlihat berada di bawah meja, bisa jadi buku itu milik Shea. Dengan segera Aslan mengambil buku itu lalu melihat isinya, ada banyak sekali rangkuman dari pelajaran setiap mata kuliah. Senyum Aslan makin lebar menatap nama Shea Marlove disana.
“Tidak hanya wajahnya yang cantik, bahkan tulisannya juga sangat cantik. Aku rasa aku semakin tertarik pada Gadis ini.” ucap Aslan's bermonolog.
***
Hari kelulusan tiba, malam itu ada acara yang dirayakan khusus fakultas bisnis. Para junior ikut hadir termasuk Shea yang akhirnya juga ikut dalam acara itu.
Awalnya semuanya berjalan dengan baik namun di akhir acara para mahasiswa beasiswa diminta menjadi tim pelayanan kampus hingga mereka ditahan untuk tidak pulang.
Shea termasuk di dalamnya, hal yang mengejutkan ketika lampu yang berada di atas panggung malah terjatuh ke bawah.
Shea yang saat itu ada dibawahnya hampir saja tertindih oleh lampu itu, untungnya Aslan menyelamatkan Shea.
“Kau baik-baik saja?” tanya Aslan's menatap Shea dengan cemas.
Harusnya seluruh Senior yang sudah lulus telah meninggalkan tempat acara itu tapi anehnya Aslan malah masih berada disana.
“Hei Shea, apa kau baik-baik saja?” tanya Aslan menatap Shea yang masih diam.
Jelas Shea terkejut saat pria di hadapannya malah mengetahui namanya.
“Apa kita saling mengenal?” tanya Shea ragu.
Anehnya Aslan tak mengatakan apapun, ia malah menggendong Shea dan membawa Shea ke tempat yang lebih baik.
Perlahan Aslan's mengangkat sedikit bagian kain yang menutup lutut Shea, ada luka disana.
“Lain kali kau harus melihat keadaan, jika lampu itu terjatuh maka kau tak akan berakhir seperti ini. Sudah pasti rumah sakit adalah tempat yang harus kau kunjungi.” ucap Aslan lalu meniup luka di lutut Shea.
Shea tak bisa berkata apa-apa lagi ditambah tatapan mahasiswa yang masih tertinggal disana cukup mengusik Shea.
Setelah beberapa kali memberikan tiupan, tampaknya Aslan's baru sadar dengan apa yang ia lakukan. Ia terlalu bersikap berlebihan pada Shea.
Kepala Aslan mendongak hingga tatapan mereka saling bertemu.
“Aku…aku memang mengenalmu.” ucap Aslan's.
Shea mengernyitkan dahinya.
“Hm, waktu di perpustakaan kau meninggalkan bukumu dan aku mengambilnya. Ada nama mu disana, maaf aku tak langsung mengembalikannya padamu. Bukumu masih ada bersamaku, aku akan segera mengembalikannya padamu.” ucap Aslan's menyerahkan ponselnya pada Shea.
“Kau bisa memasukan nomor ponselmu agar aku bisa menghubungimu dan dimana aku akan menyerahkan buku itu padamu.” ucap Aslan's.
Shea segera bangkit berdiri, ia semakin tak nyaman dengan tatapan yang lain padanya.
“Aku selalu berada di kampus, jika kau tak keberatan maka kau bisa memberikannya padaku.” ucap Shea.
Usai mengatakan itu, Shea kembali melanjutkan kegiatan tertundanya.
Sejak hari pengembalian buku itu, Aslan terus mendekati Shea dengan cara apapun hingga mereka sering bertemu ditempat Shea melakukan kerja paruh waktu.
Kedekatan itu terjalin cukup lama terjadi hingga Shea akhirnya menyelesaikan kuliahnya.
Hari kelulusan tiba, Aslan's hadir memberikan buket bunga pada Shea.
“Kau datang, kenapa tiba-tiba? Padahal aku tidak memberitahumu.” ucap Shea.
Aslan menyerahkan buket bunga pada Shea.
“Shea, kedatanganku hari ini untuk memberitahukan sesuatu padamu.” ucap Aslan's.
Shea heran mendengar ucapan Aslan, mereka cukup dekat usai beberapa tahun berdekatan.
Shea selalu mengisi kekosongan Aslan's yang kini belajar memimpin Perusahaan besar orang tuanya. Kebahagiaan Aslan mulai hadir karena adanya Shea dihidupnya.
“Aku mencintaimu Shea, aku ingin kau menjadi kekasihku.” ucap Aslan's.
Mendadak Shea ragu mendengar ucapan Aslan, sekalipun Shea jatuh cinta pada Aslan maka sudah pasti ia tak bisa menjalin hubungan pada Putra orang kaya itu.
Status sosial mereka berbeda sangat jauh.
“Aslan, maaf.” ucap Shea.
Aslan segera menggeleng.
“Jangan takut Shea, aku tahu bahwa kau juga memiliki perasaan yang sama denganku. Aku tak mau kita hanya jadi teman, terimalah perasaanku dan jadilah kekasihku.” ucap Aslan.
Shea masih menatap Aslan's.
“Aslan kau adalah Putra tunggal dan aku tahu bahwa kau sudah punya masa depan, tapi jelas bukan aku masa depanmu. Aku hanya Gadis yang tumbuh besar di sebuah panti asuhan dan sekarang aku memulai hidupku sendiri, aku tak ingin merusak masa depan pria hebat sepertimu. Kita hanya boleh saling mengenal, tapi tidak untuk…”
Aslan menggenggam tangan Shea, ia meyakinkan Shea.
“Aku ingin kau yang jadi masa depanku. Shea percayalah bahwa aku bisa meyakinkan Mommy, dan kita bisa bersama kelak. Jadilah kekasihku.” ucap Aslan's.
Shea kali ini diam menatap wajah Aslan.
_________
•
•
Satu tahun berlalu…
Aslan terlihat menjemput Shea yang kini bekerja di sebuah Perusahaan, ia adalah salah satu karyawan di sana.
“Kenapa datang menjemputku, kau juga sibukkan?” tanya Shea mendekati Aslan's membuat Aslan's menarik perempuan itu lalu memeluknya erat.
Pekerjaan di kantor membuat Aslan's cukup lelah, menjadi seorang pemimpin bukan hal yang mudah apalagi ia adalah Putra tunggal.
“Lelahku bisa terbayar jika memelukmu begini sayang.” ucap Aslan's.
Shea tersenyum, ia menepuk lembut punggung Aslan's.
Sudah setahun ini mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih bahkan Aslan's sering sekali menginap di Apartemen milik Shea, rasanya hidup Aslan yang dipenuhi pekerjaan hanya bisa mendapatkan rasa hangat setelah bertemu dengan Shea.
“Jadi harimu sangat melelahkan ya, aku harap kau tetap menjadi pemimpin yang baik.” ucap Shea.
“Hmm, terima kasih sayang.” ucap Aslan's.
Shea melepaskan pelukan itu, pipinya mendapatkan kecupan dari Aslan.
“Aku mencintaimu.” ucap Aslan's.
“Ya, aku juga.” balas Shea.
“Masuklah, aku ingin makan malam bersamamu.” ucap Aslan's.
“Dimana?” hanya Shea.
“Kenapa kau bertanya? Apartemen mu adalah tempat terbaik untukku, hanya masakanmu yang selalu membuatku merasa kenyang.” ucap Aslan menarik tangan Shea lalu memasukan perempuan itu ke mobilnya.
Shea hanya bisa tersenyum setiap kali mendengar ucapan Aslan yang terkesan berlebihan itu.
**
~Apartemen.
Shea meletakkan dua piring pasta ke atas meja, perut Shea dirangkul oleh Aslan's dari belakang.
Pria itu mulai meniup telinga Shea.
“Shea, bagaimana kalau kita melakukannya?” bisik Aslan's membuat Shea menoleh bahkan ia sampai terkejut oleh ucapan itu.
Meski mereka begitu dekat, bahkan tidur di ranjang yang sama, Aslan's merasa takut untuk melampaui batasan saat bersama Shea.
“Aslan, kenapa kau bicara begitu? Aku, aku takut.” ucap Shea jujur.
Aslan memutar tubuh Shea, ia tersenyum pada perempuan yang ia cintai selama ini.
“Maafkan aku jika aku membuatmu takut. Sekalipun kita melakukannya aku tak akan pernah meninggalkanmu, apa kau berpikir bahwa aku akan jadi seperti pria bajingan yang hanya mengambil milikmu lalu melepaskanmu?” tanya Aslan's.
Shea menggeleng.
“Bukan begitu. Hanya saja aku takut, apa yang terjadi kalau pada akhirnya aku bukan jodohmu? Aku menjaga kehormatanku untuk Suamiku.” ucap Shea.
Aslan mengecup pipi Shea dengan lembut.
“Apa kau ingin menikah denganku?” tanya Aslan's.
Tanpa ragu Shea mengangguk.
“Sebelum itu, bagaimana jika kau mengajakku bertemu dengan Mommy mu?” tanya Shea membuat Aslan's terdiam.
Shea bisa melihat bagaimana Aslan ragu untuk mempertemukan Shea pada wanita bernama Yumna itu.
“Belum waktunya ya? Tak apa Aslan's, aku adalah orang yang sabar untuk menunggu.” ucap Shea.
Lagi-lagi Aslan memberikan kecupan pada pipi Shea, setelahnya mereka makan malam bersama.
***
1 minggu berlalu…
Yumna masuk ke ruangan Putranya, ia bisa melihat betapa lelahnya Aslan's berkutat bersama berkas padahal baru saja rapat selesai.
“Aslan.” ucap Yumna membuat Aslan's mengangkat kepalanya lalu mengangguk.
“Ya, Mom.” ucap Aslan's.
Yumna semakin mendekat, ucapannya keluar bersamaan dengan Aslan's yang menutup berkas.
“Shea Marlove itu siapa? Tampaknya kau dekat sekali dengannya, sudah sejauh mana Aslan's?” tanya Yumna.
Aslan terkejut sekali saat nama Shea keluar dari mulut Yumna.
“Mommy tahu darimana tentang Shea?” tanya Aslan's.
Yumna bersedekap dada menatap wajah Aslan.
“Apa didunia ini kurang banyak wanita sampai kau memilih perempuan biasa sepertinya?” tanya Yumna tanpa menjawab pertanyaan Aslan's.
Aslan bangkit berdiri, tangannya tampak terkepal.
“Mom, jangan begini. Shea itu…”
“Putuskan dia, jangan membuat Mommy semakin malu saat kau memiliki hubungan dengan perempuan biasa. Mommy dengar dia adalah gadis yang dibesarkan di panti asuhan ya? Sudah pasti hidupnya cukup berat, lupakan dia dan kau bisa mendapatkan yang lebih baik dari perempuan itu.” ucap Yumna.
“Mommy! Shea adalah pilihanku. Aku hanya belum mengenalkan dia pada Mommy, Shea adalah perempuan yang baik dan terlebih aku mencintainya.” ucap Aslan's.
Yumna tak suka mendengar ucapan Aslan, tatapannya mulai tajam menatap Aslan.
“Kalau pada akhirnya kau harus menikah, maka bukan wanita biasa yang akan menjadi pendampingmu! Akan ada wanita pilihan yang cocok dan layak menikah dengan Putra tunggal Keluarga Maverick!” tegas Yumna.
“Mommy! Mommy kenapa jadi begini? Aku…”
“Bukankah Mommy memang begini? Hidupmu itu sudah punya kejelasan sejak kecil Aslan's, jangan memilih yang sembarangan karena itu hanya akan menghancurkan nama baik Keluarga besar kita!” tegas Yumna membuat Aslan's terdiam.
Yumna pergi setelah memperingatkan Aslan's.
**
Kembali hari mulai malam.
Aslan's datang ke Apartemen Shea setelah satu hari full tak memberi kabar pada Shea.
Bau alkohol menyeruak membuat Shea yang membukakan pintu sangat terkejut.
“Aslan, kau kenapa?” tanya Shea saat tubuh Aslan jatuh menimpanya, untungnya Shea masih bisa menahan.
“Aku mencintaimu Shea.” ucap Aslan's yang sudah diambang kemabukannya.
“Kau benar-benar mabuk, lalu apa kau mengemudi sendiri? Bagaimana bisa kau sampai ke sini?” tanya Shea cemas.
Aslan's mundur, ia tangkup wajah Shea lalu ia tersenyum.
“Aku naik taksi, karena aku mencintaimu makanya tujuanku adalah dirimu sayang. Aku benar-benar mencintaimu dan aku takut sekali kehilanganmu.” ucap Aslan.
Shea pun begitu, ia juga mencintai Aslan's. Apalagi Aslan's adalah pria yang baik, dia menjaga dan menghormati keputusan Shea selama ini. Hubungan mereka sehat dan Aslan selalu memberikan cinta tanpa pamrih.
Air mata Aslan's menetes membuat Shea bingung, masalah apa yang sedang dihadapi oleh kekasihnya itu.
“Aslan, sebenarnya ada apa?” tanya Shea.
Aslan menunduk, tapi hanya sebentar saja tatapannya kembali menatap Shea.
“Bukan apa-apa.” ucap Aslan's.
Bruk!
Aslan's tiba-tiba jatuh tersungkur ke lantai, terlihat tak stabil. Shea, dengan niat baik, hendak membantu dia bangkit. Namun, Aslan's malah menarik tubuh Shea ke arahnya lalu menc*um bibirnya dengan agresif.
Shea awalnya terkejut dan kebingungan, tidak tahu bagaimana cara meresapi ciuman Aslan yang terasa brutal.
Namun beberapa detik kemudian, entah mengapa, ciuman Aslan berubah menjadi lebih lembut dan penuh kasih sayang, membuat Shea terhanyut dalam cinta. Shea pun mulai membalas ciuman itu dengan penuh perasaan, melupakan segala keraguan dalam hatinya.
Dalam keadaan yang tidak bisa mereka jelaskan, mungkin karena efek mabuk yang menyerang Aslan's, keduanya mulai lupa akan segala batasan yang ada.
Aslan lantas mengangkat tubuh Shea dan menggendongnya ke kamar yang ditempati Shea, meninggalkan tatanan dunia di luar sana untuk menyelami dunia mereka berdua.
***
"Sakit, Aslan's," ringis Shea, wajahnya menahan sesuatu yang baru saja Aslan lakukan. Kekasihnya itu mabuk, namun matanya yang diliputi kabut tak biasa masih bisa melihat ekspresi Shea menahan sakit. "Aku akan berhenti, sayang, aku..."
"Apa kau berjanji tak akan pernah meninggalkanku? Kau akan tetap mencintaiku, bukan?" tanya Shea dengan suara bergetar. Tatapan mereka berdua beradu dalam intensitas yang tak terungkapkan. Aslan's mengangguk tanpa ragu, tangannya mengelus lembut wajah Shea. Mereka berdua sudah polos bersama di atas ranjang tidur Shea.
"Hmm, sampai mati aku akan mencintaimu saja, Shea," ucap Aslan's dengan suara penuh keyakinan.
Shea tersenyum mendengar ucapan Aslan's, hatinya menghangat. Tangannya mengalung erat di leher Aslan lalu memeluknya dengan erat.
"Lakukanlah, aku milikmu. Aku percaya padamu, Aslan's," bisik Shea.
Shea benar-benar menyerahkan dirinya pada Aslan malam itu, dan kedua hati mereka menjadi satu dalam perasaan cinta yang mendalam.
Aslan's menatap Shea dengan penuh kasih sayang, matanya berbicara lebih dalam dari kata-kata.
Bibir mereka pun kembali saling menyapa lembut, menciptakan harmoni yang sempurna antara cinta dan hasrat.
Malam itu menjadi saksi spesial bagi mereka berdua, momen di mana Aslan's dan Shea menyatukan hati dan jiwa sepenuhnya. Suasana kamar Shea terasa begitu tenang, hanya deru nafas yang bersahutan dan sisa suara yang terdengar, mencerminkan intensitas perasaan yang mereka alami.
Bersambung…
****
Pagi itu.
Aslan membuka matanya lebih dulu, ingatan tentang tadi malam membuat Aslan mengukir senyum ditambah perempuan yang ia cintai kini memeluknya erat.
Cup!
Aslan memberikan kecupan di kening Shea.
“Aku benar-benar mencintaimu Shea.” bisik Aslan dengan nada bahagianya.
Aslan menatap Shea yang memeluknya, perlahan Aslan menjauhkan tangan Shea dari pinggangnya.
“Aku akan buatkan makanan untukmu sarapan sayang.” ucap Aslan.
Sebelum itu, lebih dulu Aslan membersihkan dirinya.
Satu jam berlalu…
Shea sudah bangun dengan tubuh yang bersih, ia menyempatkan diri mandi sebelum keluar dari kamarnya. Ada bau sisa asap yang tidak enak masuk ke indra penciuman nya, langkah Shea yang terlihat masih sakit bahkan tubuhnya yang juga rapuh tampak begitu jelas.
“Aslan!” kaget Shea melihat pria itu sedang membungkus luka di tangannya.
“Apa yang terjadi?” kaget Shea mendekati Aslan.
Senyum Aslan langsung terbit membuat Shea tak menghilangkan cemasnya.
“Apa kau mencoba memasak lagi? Sudah aku katakan jangan melakukan itu Aslan, kau tak terbiasa memasak jadi…”
“Sayang, aku hanya ingin membuatkanmu sarapan karena tadi malam aku sudah melakukan hal menyakitkan untukmu. Aku mau mencoba melakukan sesuatu yang baik untukmu.” ucap Aslan.
Hembusan nafas Shea terdengar, ia meraih tangan Aslan lalu melihat banyak luka di jari Aslan.
“Kedepannya jangan melakukan ini lagi, biar aku yang memasak. Soal tadi malam…kau juga tak bersalah. Aku kan memperbolehkan mu, jadi sudahlah.” ucap Shea sedikit malu mengungkit soal kejadian yang sudah berlalu itu.
Aslan merasa gemas melihat reaksi Shea, tampak perempuan itu mulai mengambil alih pekerjaan yang dilakukan oleh Aslan namun hanya hitungan detik Aslan malah menarik tangan Shea.
“Kita pesan online saja, aku tak mau menyulitkan mu sayang dan aku tak mau kau kelelahan.” ucap Aslan.
Shea menoleh menatap wajah Aslan, ia tersenyum melihat pria tampan miliknya itu.
“Aku harus bagaimana kalau kau sudah berkata seperti itu, baiklah. Ayo kita menunggu di ruang tengah.” ajak Shea.
Tanpa ragu Aslan langsung menggendong tubuh Shea.
Mereka menjalani hubungan layaknya pasangan yang dimabuk cinta.
Waktu terus berjalan, seiringnya waktu hubungan mereka makin erat sebagai sepasang kekasih, Aslan bahkan sering menginap di kediaman Shea dan yang mulai menjadi kebiasaan untuk mereka adalah hubungan intim. Setiap kali mereka berdua stress dalam pekerjaan maka Aslan mengajak Shea untuk melakukan hal itu.
Malam itu.
“Aslan, apa kau mau makan?” tanya Shea yang baru selesai mandi.
“Tidak sayang, bukankah kita baru saja selesai makan?” tanya Aslan.
Shea tersenyum menatap wajah prianya itu.
“Begitu ya, artinya kau tak mau makan kan? Kalau aku membuat makanan jangan meminta makananku ya.” ucap Shea melangkah ke arah dapur, senyum Aslan terbit melihat Kekasihnya benar-benar lucu di matanya.
Ya, untuk hari itu Aslan tampak sibuk. Di pangkuannya sejak tadi sudah ada laptop yang sedang ia gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya. Mau bagaimana lagi, ia memang selalu sibuk.
Tak perlu lama, Shea muncul bersama sepiring salad.
Tatapan Aslan sudah sibuk bersama laptopnya berbeda dengan Shea yang memilih makan sambil menatap wajah Aslan.
“Aslan.” panggil Shea.
“Hm?” balas Aslan tanpa memandang Shea.
“Hubungan kita cukup lama juga ya, aku sudah berusia 23 tahun lebih dan kau sudah 27 tahun, jika kita membahas soal pernikahan apa kau akan terganggu tentang itu?” tanya Shea.
Aslan yang tadinya menggerakan jarinya di laptop mendadak berhenti saat mendengar ucapan Shea, ia tatap wajah Shea namun mulutnya malah bungkam.
Aslan tahu bahwa ia terlalu pengecut hendak membawa kemana hubungannya dengan Shea karena nyatanya Yumna tak suka pada Shea. Bagi Yumna, Shea hanya perempuan biasa tanpa keluarga. Dan Shea tak punya masa depan seindah Aslan.
“Aslan.” panggil Shea seraya meletakkan piring salad ke meja.
“Hmm?” balas Aslan.
Shea menatap wajah Aslan sebentar, lalu setelahnya Shea bangkit berdiri. Perempuan itu memilih pergi membuat Aslan ikut berdiri lalu mengejar Shea.
Grep!
Aslan peluk Shea dari belakang, ia mendekap Shea dengan penuh sayang membuat Shea selalu merasa aman di dekat kekasihnya itu.
“Hubungan kita memang masih singkat Aslan, tapi tetap saja usia kita semakin bertambah. Mau bagaimanapun bukannya aku tak ingin kita selalu bersama seperti ini, tapi aku perlu kepastian dari mu. Aku takut jika suatu saat kau malah membuangku karena bosan. Aku hanya ingin dinikahi olehmu dan kita hidup bersama sebagai suami-istri.” ucap Shea.
Ya. Jelas sama sekali Aslan tak keberatan untuk itu, tapi untuk saat ini Aslan perlu meyakinkan Mommy nya dan ia tak mau Shea tahu kalau Mommy Aslan tak mendukung hubungan ia dan Shea.
“Sayang, aku berjanji pada akhirnya aku pasti akan menikahimu. Kenyataan yang tak bisa berubah adalah aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun.” ucap Aslan.
Shea memutar tubuhnya, ia menatap wajah Aslan sampai tangannya terulur menyentuh wajah Aslan.
“Apa aku boleh bertanya? Kenapa kau selalu memberikan tatapan keraguan saat aku membicarakan soal Pernikahan? Apa kau tak yakin kalau pada akhirnya…”
Bibir Aslan malah menempel di bibir Shea.
Ucapan Shea malah terhenti, untuk saat ini Aslan benar-benar tak mau Shea mengungkit soal pernikahan lebih dulu.
Usai mencium Shea, Aslan menarik Shea dalam pelukannya.
“Maafkan aku jika aku terkesan seperti pria pengecut Shea, tapi bisakah tunggu sebentar lagi? Aku akan menikahimu. Aku akan melamarmu dan menjadikanmu sebagai Istriku, satu-satunya wanita yang paling aku cintai.” ucap Aslan.
Perasaan hangat mulai memenuhi Shea, ia pun sungguh menjatuhkan hatinya hanya pada Aslan. Cinta Shea habis untuk Aslan, pria yang datang dan meyakinkan bahwa dirinya masih berhak dicintai.
“Hmm, aku percaya padamu Aslan. Tapi aku mohon, tolong jangan kecewakan aku.” ucap Shea.
Aslan mengangguk, ia semakin mendekap tubuh Shea dengan erat.
Malam itu mereka berdamai, Aslan memutuskan melanjutkan pekerjaannya dan Shea memilih beristirahat lebih awal.
________
Keesokan harinya, Shea ingat kalau tadi malam Aslan masuk ke kamarnya lalu berbaring di sampingnya. Sama seperti biasanya pria itu akan selalu memeluknya dengan erat, seakan ia tak bisa berpisah dari Shea walau hanya sebentar. Shea sudah jadi kebiasaan buat Aslan.
Tapi pagi itu saat Shea membuka matanya, tak ia temukan Aslan disampingnya. Yang ada hanya sepucuk surat tulis tangan Aslan.
[Aku berangkat lebih awal sayang, maaf karena tak menunggumu bangun lebih dulu. Aku menyiapkan sarapan yang aku beli secara online untukmu, Hati-hati lah saat berangkat bekerja. Aku mencintaimu Shea Marlove.] ~Aslan.
Shea meletakkan sepucuk surat itu ke meja, ia menuruni ranjang lalu masuk ke kamar mandi.
Rutinitas Shea sama seperti biasanya, hanya saja hari ini ia sedikit merasa lebih lemas.
Ia berangkat bekerja, namun lebih dulu ia bertemu dengan seorang wanita yang tengah duduk di lobby kantor tempat Shea bekerja.
Tampak sekali wanita berumur itu sangat berkelas, saat melihat kedatangan Shea terlihat ia bangkit dari posisinya lalu mendekati Shea.
“Sebentar, apa kau adalah wanita yang bernama Shea?” tanya nya.
Shea langsung mengangguk.
“Ya, saya Shea.” ucap Shea.
Wanita itu menatap Shea dari atas sampai bawah, lalu ia memberikan senyum yang elegan buat Shea.
“Perkenalkan, aku Yumna Maverick. Mommy nya Aslan, apa kita bisa bicara?” tanya nya pada Shea membuat Shea langsung terkejut.
Shea baru menyadari kalau wanita di hadapannya adalah Mommy dari kekasihnya, pantas saja wajah Yumna tampak tak asing buat Shea.
Shea mengangguk, ia mempersilahkan Yumna berjalan lebih dulu.
Cafe di depan kantor Shea menjadi tujuan mereka.
**
Tatapannya begitu mengintimidasi Shea yang tak bisa berucap apapun, terlihat jelas kalau Yumna tak menyukai Shea.
“Aku tak suka berbasa-basi, kedatanganku untuk menemuimu hanya karena aku tak suka hubunganmu dan Putraku terus terjalin. Putuskanlah Aslan.” ucap Yumna membuat Shea mengangkat kepalanya menatap wajah Yumna lagi.
“Tapi…”
“Apa kau perlu kompensasi? Memangnya sejauh mana Aslan menjalin hubungan denganmu? Seharusnya, wanita sederhana sepertimu bisa sadar diri dengan posisi kalian. Perbedaan antara kau dan Aslan itu sangat jauh, apa aku perlu mengingatkan siapa dirimu dan siapa Aslan?” tanya Yumna.
Tangan Shea terkepal di bawah meja itu, ia menggenggam kuat bawahannya. Yumna mulai bicara dengan nada penuh penekanan.
“Lepaskan Putraku dan kedepannya kalian berdua putus saja. Aslan sudah punya masa depan yang baik, sejak kecil hidupnya terdidik dan ia punya kejelasan dalam hidupnya. Tolong jangan membuat Aslan menggagalkan masa depannya hanya karena wanita sepertimu. Jangan membuatku semakin tak menyukaimu terlalu jauh, pergilah dari sisi Putraku selagi aku meminta padamu.” ucap Yumna.
Yumna mengeluarkan sesuatu dari tasnya, ada satu amplop uang dengan jumlah yang besar.
“Aku rasa ini cukup membayar atas waktu yang sudah kau habiskan bersama Putraku, kedepannya jangan ikut campur dalam hidup Aslan lagi. Putuskan lah Aslan.” ucap Yumna.
Shea menggeleng dengan pelan.
“Kami saling mencintai dan aku tak memerlukan uang milik anda.” ucap Shea.
Yumna menggeram pelan.
“Jangan sombong. Wanita sepertimu hanya ingin uang bukan? Kau disisi Aslan juga karena…”
“Aku tak pernah melihat Aslan karena uangnya, dia baik dan aku jatuh cinta padanya.” ucap Shea dengan berani, nyatanya Shea jujur.
Yumna menghela nafasnya, ia bangkit berdiri dengan tatapan yang tajam. Uang itu ia tinggalkan di atas meja.
“Lalu, apa kau ingin hubungan Anak dan Ibu hancur karenamu? Kau meminta restu dariku sedangkan aku tak akan sudi merestui hubungan ini, tolonglah sadar diri. Kau dan Aslan tak akan pernah bisa bersatu, Aslan punya keluarga yang jelas sedangkan kau hanya Anak yang dibesarkan dari panti asuhan. Aku permisi.” ucap Yumna seraya berlalu pergi.
Kepala Shea langsung menunduk, tangannya saling menggenggam setelah mendengar fakta yang keluar dari mulut Yumna.
Detik setelahnya air mata Shea malah menetes, ia berusaha untuk tidak menangis tapi ucapan Yumna terlalu kasar dan menyakiti hati Shea walau ucapan itu memang benar adanya.
‘Benar, pada akhirnya inilah yang aku takutkan. Aku hanya terlalu tinggi berharap atas hubungan ini. Nyatanya perbedaan antara aku dan Aslan memang jauh. Aslan punya masa depan yang indah dan aku hanya bagian yang kelak akan merusak masa depan Aslan. Lalu aku harus bagaimana? Aku mencintainya.’ ucap Shea membatin.
Ponsel milik Shea berdering, ada panggilan yang berasal dari Aslan. Tampaknya Shea mengabaikan panggilan itu.
Shea segera bangkit berdiri, ia pergi dari Cafe itu lalu kembali masuk ke kantornya. Uang dalam amplop itu ia simpan ke tasnya.
Akhirnya Shea paham dengan keraguan Aslan jika Shea membahas soal pernikahan. Aslan ragu pada Ibu kandungnya sendiri, wanita itu pasti tak akan mau masa depan Putranya hancur karena satu wanita yang tak punya kejelasan tentang keluarganya.
‘Aku yang terlalu berharap, aku yang salah. Tidak seharusnya kita menjalani hubungan ini, pada akhirnya kita tak akan pernah bisa bersama sekalipun kita saling mencintai Aslan.’ ucap Shea membatin.
Shea duduk di tempat ia bekerja, ia berusaha berhenti memikirkan masalahnya namun setiap ucapan Yumna selalu teringat dalam benaknya.
**
Siangnya.
Panggilan telpon dari Aslan kembali masuk ke ponsel Shea, namun perempuan itu malah mengabaikannya sambil menekankan jarinya di keyboard komputer.
"Shea." ucap seorang gadis mendekati Shea.
Gadis itu bernama Jane, dia adalah rekan kerja yang sama-sama menjabat menjadi karyawan di kantor itu. Dia sering memperhatikan Shea dan ia juga cukup dekat dengan Shea.
"Ponselmu sejak tadi berdering, lalu ini sudah jam istirahat. Apa kau tak ingin makan siang?" tanya Jane.
Shea langsung menoleh dan ia baru sadar, tadi pikirannya tak berhenti memikirkan setiap ucapan Yumna.
"Apa sedari tadi kau melamun?" tanya Jane.
Shea menghela nafasnya, ia tersenyum pada Jane lalu kepalanya menggeleng pelan.
"Tidak, aku hanya terlalu fokus bekerja." ucap Shea berbohong.
Jane mengangguk seraya menunjuk ponsel milik Shea. Segera Shea masukan ponselnya ke dalam tasnya.
"Apa kau mau makan bersama denganku Jane?" tanya Shea.
"Hmm, boleh." balas Jane.
Shea dan Jane berjalan berdampingan, mereka pergi makan bersama di cafe depan kantor.
Bersambung…
****
Shea dan Jane duduk makan di cafe depan kantor. Hanya saja Shea sama sekali tak makan walau ada makanan di hadapannya.
“Shea maaf, tapi apa kau ada masalah? Aku lihat kau sejak pagi sampai siang ini tampak kehilangan semangatmu, itu terlalu tak biasa untukmu atau saat ini kau sedang sakit?” tanya Jane.
Shea yang dari tadi hanya mengaduk makanannya tampak mengangkat kepalanya.
“Ah bukan begitu aku hanya merasa sedikit tak enak badan saja.” ucap Shea seraya tersenyum pada Jane.
Jane mengangguk, ia tahu kalau Shea tak ingin mengatakan soal masalahnya.
“Syukurlah. Tapi jika kau sakit maka jangan sungkan mengatakannya padaku, aku akan membantumu bahkan aku bisa menemanimu pergi ke klinik.” ucap Jane.
Shea tersenyum mendengar ucapan Jane.
“Terima kasih, Jane.” ucap Shea.
“Hmm.” balas Jane
Setelah mereka berdua selesai makan siang, terlihat mereka berdua keluar dari cafe itu. Shea terkejut melihat keberadaan Aslan yang berdiri di dekat mobilnya dengan sebuah paper bag.
“Jane.” ucap Shea.
“Ya?” balas Jane.
“Kau duluan saja ke kantor, aku ada sedikit urusan sebentar.” ucap Shea membuat Jane mengangguk.
Jane tampak pergi lebih dulu meninggalkan Shea seorang diri.
Langkah Shea mendekati Aslan membuat pria itu mengukir senyum.
“Sayang, apa hari ini kau sangat sibuk sekali sampai tak bisa mengangkat panggilan ku hm? Kau harus tahu bahwa aku begitu merindukanmu.” ucap Aslan.
Aslan menarik tangan Shea lalu menyerahkan paper bag itu pada Shea.
“Ini kue kesukaanmu. Aku harap kau masih menyukai kuenya, pasti hari ini kau sangat lelah sekali sampai kau tampak tak mood.” ucap Aslan.
Cup!
Aslan berikan kecupan lembut di kening Shea.
Tatapan Shea cukup mengganggu Aslan, karena biasanya Shea pasti memeluknya dan mengatakan bahwa ia juga merindukan Aslan tapi kali ini sama sekali tidak. Perempuan itu hanya diam seraya menatap Aslan.
“Haruskah aku kembali bekerja? Apa kau tak merindukanku hm?” tanya Aslan.
Kali ini Shea tersenyum dengan sendu.
“Hmm, pergilah bekerja lagi. Ohya Aslan, aku pikir kedepannya jangan sering menjemputku saat aku pulang kantor, aku akan naik taksi saja.” ucap Shea.
Aslan mengernyitkan dahinya.
“Apa ada masalah sayang? Apa orang di kantormu…”
“Bukan apa-apa, hanya saja aku merasa tak nyaman. Aku harap kau tak keberatan.” ucap Shea.
Shea menyerahkan kue pemberian Aslan.
“Aku sudah makan siang, kuenya tak kuterima ya. Maaf.” ucap Shea membuat Aslan semakin curiga kalau sesuatu sudah terjadi pada Kekasihnya itu.
“Shea ada apa denganmu? Tak biasanya kau begini. Coba katakan padaku, apa sesuatu telah terjadi?” tanya Aslan.
Aslan sampai menarik Shea lebih dekat padanya membuat Shea menghembuskan nafasnya kasar. Tatapannya berubah menjadi dingin.
“Kita bicara nanti, aku banyak sekali pekerjaan di kantor. Pergilah.” ucap Shea mendorong lengan Aslan.
Usai mengatakan itu, Shea berlalu masuk ke kantornya.
Tangan Aslan terkepal, ia benar-benar tak suka perubahan Shea.
***
Aslan tidak fokus dalam bekerja, bahkan meeting pun tak berjalan seperti biasanya.
Saat hari sudah sore, ia terburu-buru untuk pergi karena tujuannya adalah Shea.
Baru saja ia melangkah keluar, Aslan malah bertemu dengan Mommy nya.
“Kenapa kau terburu-buru seperti itu? Apa kau tak sabar bertemu kekasihmu itu lagi?” tanya Yumna membuat Aslan terdiam.
“Mau sampai kapan Aslan, kau pulanglah ke kediaman Mommy! Kau punya rumah untuk apa selalu menginap di tempat orang lain? Jangan kau kira Mommy tak memantaumu selama ini. Jujur Mommy malu melihat Perempuan biasa sepertinya, dia hanya karyawan.” ucap Yumna membuat tangan Aslan terkepal.
“Mom, Shea adalah kekasihku!” ucap Aslan.
“Apa yang akan berubah kalau Mommy tak setuju? Asal kau tahu Aslan, tadi pagi Mommy datang menemuinya dan Mommy memberikannya uang untuk memutuskanmu. Dia bahkan menerimanya. Wanita seperti dia hanya…”
“Mom!” kesal Aslan membuat Yumna terkejut.
“Jadi Mommy yang membuat Shea bersikap seperti itu padaku? Mommy kenapa begini? Kenapa Mommy sangat jahat? Apa semua orang hanya Mommy ukur dengan derajatnya saja? Aku kecewa dengan Mommy!” ucap Aslan yang memilih langsung pergi.
****
~Apartemen Shea.
Beberapa kali Aslan mencoba menekan angka yang biasa ia gunakan tapi kali ini tak bisa. Mungkin Shea sudah mengganti sandi Apartemen itu.
Kini Aslan hanya bisa menekan bel sampai pintu dibuka oleh si pemilik.
Ada Shea disana, masih saja ia menatap Aslan seperti itu.
Aslan segera masuk, ia langsung memeluk Shea dengan erat.
“Harusnya kau katakan padaku kalau Mommy ku datang menemuimu Shea.” ucap Aslan.
Shea memilih diam dalam pelukan Aslan, ia juga tak membalas pelukan Aslan.
“Aku minta maaf atas tindakan Mommy mu kalau dia datang hanya untuk…”
Shea langsung mendorong tubuh Aslan dari pelukan itu.
“Ah benar juga. Jadi Mommy mu sudah memberitahumu ya, harusnya sejak awal pun kau jujur saja padaku bahwa Mommy mu tak menyukai tentangku. Jika sejak awal aku tahu alasan kau selalu menghindari pembicaraan soal pernikahan maka aku akan cepat sadar diri, Aslan.” ucap Shea menatap wajah Aslan.
Segera Aslan menggeleng.
“Shea, aku hanya…”
“Ayo kita akhiri saja, sampai kapanpun kita tak punya derajat yang sama. Kau dan aku berada ditempat yang berbeda jauh. Ayo jangan saling menghubungi lagi, kita masing-masing saja mulai hari ini Aslan.” ucap Shea.
Aslan mendekat membuat Shea segera mundur, wanita itu berjalan ke arah meja lalu meraih sesuatu berbentuk amplop.
“Uangnya masih utuh karena aku tak mengambilnya sedikitpun, kembalikan ini pada Mommy mu. Kedepannya…”
Aslan segera menarik Shea mendekat, menempelkan bibirnya pada bibir Shea. Dengan sedikit kekasaran, ia menciumnya seolah-olah benar-benar kesal mendengar Shea ingin mengakhiri hubungan yang telah mereka jalani selama ini.
Bugh!
Shea dorong tubuh Aslan, nafasnya tak lagi beraturan.
“Cukup Aslan! Aku tak suka dengan sikapmu ini, aku sudah sadar diri dan aku tak mau terluka terlalu jauh nantinya. Kau bukan duniaku, kita punya dunia yang jauh berbeda. Harusnya sejak awal pun aku sadar dengan perbedaan kita tapi aku yang terlalu percaya diri bahwa kita mungkin akan bisa menyatu. Tapi kali ini, aku menyerah.” ucap Shea.
Aslan tetap menggeleng, ia menarik tangan Shea agar bisa meyakinkan Shea bahwa mereka pasti berjodoh.
“Shea tolong tunggu sebentar, aku benar-benar akan meyakinkan Mommy bahwa aku…”
“Aslan! Lupakanlah, kau tak perlu meyakinkan apapun pada Mommy mu. Aku harap kau mau menerima ini. Kumohon kita berakhir saja.” ucap Shea sekali lagi.
Shea berikan amplop pemberian Mommy nya ke tangan Aslan membuat tangan itu menggengam erat amplop itu.
“Shea…”
“Aslan, kumohon pergilah.” ucap Shea yang langsung membalikkan tubuhnya.
Terlalu sakit untuk Shea menatap wajah Aslan, ia sangat mencintai pria itu namun ucapan Yumna memang benar bahwa ia dan Aslan punya dunia yang berbeda.
“Shea, bagaimanapun aku akan tetap mencintaimu. Aku bersumpah bahwa yang akan menikahimu kelak adalah aku.” ucap Aslan.
Shea memilih diam, walau ia bisa mendengar nada bicara Aslan yang begitu rapuh.
Nyatanya, mereka berdua sama-sama saling mencintai satu sama lain.
Suara pintu tertutup membuat Shea tahu bahwa Aslan telah pergi.
Detik setelahnya Shea terduduk di lantai, air matanya menetes. Segera Shea menutup wajahnya lalu menangis terisak.
Perasaannya sakit sekali usai mengakhiri hubungannya dengan Aslan.
Bersambung…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!