Pernikahan (Revisi)

Setelah hari itu Mas Rendi mengajakku berbicara serius. Kali ini ia memberikan sebuah dokumen berisikan sebuah perjanjian pra pernikahan.

Itu adalah surat perjanjian pernikahan kami. Dimana di sana berisikan apa yang harus aku lakukan dan apa yang tidak boleh aku lakukan. Semuanya sudah terpapar jelas bahkan lamanya kontrak termasuk hak dan kewajiban serta sanksi yang akan saya dapatkan jika melanggar kontrak pernikahan.

"Kau boleh mempelajarinya dulu, kalau kamu sudah paham dan bersedia bisa langsung menandatanganinya dan kita bisa melanjutkan rencana kita," ujar Rendi

"Aku sudah membacanya semua dan aku tidak keberatan," jawabku

Aku segera menandatangani kontrak perjanjian tersebut dan memberikannya kepada Mas Rendi.

"Yakin kamu setuju?"

Aku mengangguk yakin.

"Yakin tidak akan pernah menyesal?"

Kembali aku mengangguk.

Aku tahu pasti aku akan susah untuk melepaskan mas Rendi jika kontrak habis. Mungkin saat itu akan menjadi saat yang paling galau bagiku. Tapi sudahlah, toh aku sudah tahu dari awal pernikahan ini bukan tanpa cinta, jadi untuk apa galau.

Ku lihat Mas Rendi tak berhenti tersenyum saat melihat surat perjanjian itu.

"Baiklah, mungkin pernikahan akan aku percepat dari rencana," ucap Mas Rendi

Benar saja, Seminggu setelahnya aku secara resmi diundang untuk berkenalan dengan anggota keluarga Abimana.

Malam itu aku begitu gugup dan nervous. Semua mata tampak memandang ku dengan tatapan menakutkan.

Tak ada seorangpun yang terlihat ramah kecuali mamah. Ya, hanya dia yang begitu welcome kepadaku,"

Malam itu juga Mas Rendi menyampaikan rencananya yang ingin menikahi aku. Ia Bahkanl dengan penuh percaya diri mengumumkan tanggal pernikahan kami.

Ya meskipun aku tak sepenuhnya aku bahagia. Tapi jujur saja aku begitu bahagia hari itu.

Hingga hari h tiba , aku tampak semakin gugup.

Pernikahan berjalan begitu tenang dan meriah. Tak seorangpun curiga dengan pernikahan kami.

Semua orang mengira jika kami berdua sedang dimabuk cinta. Mas Rendi begitu apik dalam memainkan perannya hingga membuat semua orang percaya padanya termasuk mamah.

Ia bahkan langsung memboyong ku ke kediaman pribadinya setelah menikah.

Sebuah mansion mewah, dengan berbagai barang-barang mewah di dalamnya. Setibanya di sana Mas Rendi menunjukkan kamarku. Seperti yang sudah tertera dalam surat perjanjian pernikahan, aku dan mas Rendi tidur terpisah.

Kami memiliki privasi sendiri-sendiri dimana Mas Rendi ataupun aku dilarang memasuki kamar pribadi tanpa izin.

Meskipun begitu aku tidak melarang jika ia ingin masuk ke kamar ku. Tentu saja karena aku berpikir dia adalah suamiku. Namun berbeda dengan Mas Rendi yang sama sekali melarang aku memasuki kamarnya dengan alasan apapun.

Kamar itu seperti sebuah rahasia besar dimana aku sama sekali tak boleh mendekatinya.

Di rumah tersebut tidak ada pembantu sehingga aku selalu melakukan pekerjaan rumah sendiri. Sebenarnya Mas Rendi tidak menyuruhku untuk bersih-bersih rumah apalagi memasak. Ia selalu membersihkan rumah sendiri sedangkan untuk makan ia sering mengajakku makan di luar.

Namun aku yang sudah terbiasa hidup mandiri tidak bisa hanya duduk diam di rumah orang.

Setiap pagi aku selalu bangun lebih awal dan membersihkan rumah lanjut memasak sarapan. Aku berharap Mas Rendi mau mencoba masakanku tapi sepertinya ia tidak terbiasa makan makanan rakyat jelata hingga tak pernah menyentuh sarapan yang aku buat untuknya.

"Gak usah membuatkan aku sarapan, aku tidak terbiasa sarapan," ucap Mas Rendi

"Iya mas,"

Selama kami tinggal bersama Mas Rendi sama sekali tak pernah menyentuh masakan ku. Ia lebih suka makan di restoran daripada mencoba masakanku.

Bila ia terlihat begitu hangat dan sangat romantis jika di luar, namun semuanya akan berubah saat kami berada di rumah.

Ia akan berubah dingin dan memilih menghabiskan waktunya di dalam kamar. Kami jarang sekali bertegur sapa di dalam rumah. Hal inilah yang membuat aku bosan, hingga aku lebih banyak menghabiskan waktu di kampus.

Namun kadang aku penasaran dengan Mas Rendi, sebenarnya apa yang ia lakukan di kamar itu hingga ia begitu betah berlama-lama di dalam sana.

Hari ini jadwal di kampus begitu padat, karena Mas Rendi tidak masuk kampus. Ia izin karena harus mengerjakan tugas-tugas kantornya jadi ia menyuruhku untuk menggantinya.

Saat hendak pulang ke rumah aku terpikirkan untuk membeli makanan karena sepertinya aku malas masak karena capek.

Tapi sayangnya semua makanan kesukaanku sudah habis, jadi terpaksa aku harus masak.

Setibanya di rumah aku mencium aroma masakan.

Benar saja, tumben sekali banyak makanan di meja makan. Apa Mas Rendi sengaja memesan makanan untuk makan malam. Memangnya ada acara apa???.

Belum selesai rasa penasaranku tiba-tiba ku lihat seorang pria tampan keluar dari dapur sambil membawa mangkuk berisi sup.

"Siapa dia??"

"Hai, kamu pasti Dev ya, kenalin aku Darius teman kerjanya Rendi," sapa pria itu kemudian mengulurkan tangannya

"Devi," jawabku singkat

"Kamu sudah pulang?" sapa Mas Rendi dengan nada datar

"Iya Mas, maaf aku terlambat karena harus menyelesaikan tugas-tugas kampus,"

Ku lihat Mas Rendi mengangguk kemudian duduk di meja makan. Sepertinya ia dan Darius akan makan malam bersama, pantas saja banyak makanan.

Aku segera pamit pergi karena tak mau menganggu acara mereka.

"Mau kemana kamu Dev?" tanya Darius

"Mau mandi," jawabku menyunggingkan senyum ku

Namun Mas Darius menahan ku dan menyuruhku untuk bergabung dengan mereka.

"Sebaiknya kamu makan dulu baru mandi," jawabnya

Ia menarikkan kursi untukku dan menyuruhku duduk. Ia bahkan mengambil kan piring untukku.

"Selamat menikmati," ucapnya begitu ramah

Aku melirik kearah Mas Rendi yang terlihat begitu dingin malam itu.

"Kamu mau makan apa Ren?" tanya Darius menatap Mas Rendi

Tiba-tiba saja raut wajah dingin Mas Rendi berubah sumringah saat menatap Darius. Senyumnya terus mengembang apalagi saat ia menyendokkan nasi dan lauk pauk untuknya.

"Thanks bunny,"

"Sama-sama, ayo makan?" jawab Darius

*Deg!!

Nyaris aku tersedak saat mendengar Mas Rendi memanggil Darius dengan sebutan Bunny.

Kelinci???, apa artinya???

Rasanya ada yang mengganjal dalam pikiranku, namun aku masih bisa menahannya. Lagipula semuanya belum tentu benar, aku tidak boleh berburuk sangka padanya.

"Dev, jangan bengong saja, ayo makan dong?" ucap Darius membuat ku terkesiap

"Eh,"

"Apa masakan ku kurang enak?" tanyanya lagi

"Eh gak kok, enak kok masakannya," jawab aku gugup

"Kalau giti habiskan dong, kalau perlu nambah lagi!" celetuknya

"Oh iya," aku buru-buru menyendok makanan ku,

Benar saja, masakan Darius begitu enak, sama seperti rasa makanan di hotel bintang lima. Pantas saja Mas Rendi mau makan masakannya. Sepertinya aku harus banyak belajar masak darinya agar Mas Rendi mau makan masakanku.

Terpopuler

Comments

⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈

⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈

waduh ternyata Rendi gay beneran🥺

2024-07-19

0

☠ᵏᵋᶜᶟ 🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ 🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

Kalau giti habiskan dong --> Kalau gitu habiskan dong

2024-07-15

1

☠ᵏᵋᶜᶟ 🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ 🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

ooh berarti Darius bertindak sebagai ceweknya sedangkan Rendi adalah cowoknya tooooh

2024-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!