Kediaman Warren.
"Kamu kenapa lesu kaya gitu nak? "
"Gak tau ma, Warren lagi bingung!"
"Bingung kenapa? ".
" Warren binggung caranya deketin Citra mah, Warren sudah tau dimana dia tapi ya gitu, bingung mulainya gimana".
Cana hanya tersenyum, ternyata putranya tak sehebat yan ia kira soal perempuan.
"Warren, Warren, dulu aja kamu hampir jadi playboy kok sekarang bingung" Ledek Cana.
"Itukan jaman SMA ma! Jangan diingetin sama dosa lah ma! " Warren.
Saat Cana akan memberi saran telfon anaknya berbunyi.
"Hallo? " Warren.
",,,, "
"Apa! "
".... ".
" Bawa kerumah sakit! Saya akan kesana!".
",,,. ".
Telfon berakhir namun membuat Warren panik,
" Ma, aku akan pergi dulu ada hal penting!".
"Makan dulu! Siapa yang harus kerumah sakit sampe kamu sepanik itu Ren? "
"Aku makannya nanti ya ma, ini calon anak aku mau diculik untung anak buahku menyelamatkan dia, tapi karna efek bius yang kebanyakan membuat dia harus kerumah sakit ma" Warren mengecup pipi mamanya buru buru"asalamualaikum " Dia mengucap salam dan pergi sebelum mendapat balasan dari mamanya.
"Waalaikumsalam" Jawab Cana lirih.
Cana hanya terdiam, mungkin Tuhan sudah merencanakan kisah cinta anaknya serapi mungkin, karna baru anaknya galau sudah diberi jalan bagaimana mereka harus bertemu, Cana tersenyum "secantik apa wanita itu Ren? Sampai membuatmu segila ini! Melangitkan namanya bertahun tahun dan dengan pede mengucap kata calon anak? Belum tentu wanita itu mau sama kamu" Cana geleng geleng Kepala, dia jadi sedikit khawatir pada anak yang hampir diculik itu, mungkin juga akan menjadi cucunya sebelum mendapat cucu kandung sendiri.
Sesampainya di rumah sakit Warren bergegas keruangan dimana Chayna dirawat, anak itu ternyata sudah sadar dan terlihat kebingungan, dia seperti menahan tangis.
"Tuan, mau masuk? Apa anda ayahnya? " Tanya suster yang baru keluar dari ruangan "masuklah dahulu, lalu keruangan dokter jika ingin menanyakan keadaan anak Tuan, tenang saja dia baik baik saja".
Warren hanya mengulas senyum sambil menundukan pandangannya tak menatap suster didepannya dia melihat dari kaca pintu rumah sakit VIP anak kecil yang sangat cantik itu, sebelum masuk dia memberi perintah pada pengawal yang ia diam diam suruh mengawasi Citra "kamu sudah kasih kabar ke ibunya?".
" Maaf tuan, belum! Karna tadi panik anaknya bentol bentol, kata tuan kan jangan sampai lecet apa lagi digigit nyamuk".
"Ya allah, ada ada aja kamu, ibunya pasti khawatir! Ini sudah mau maghrib. Datangi kerumahnya dan cari alasan yang tepat, beri tau dia bahwa kamu menyelamatkan anaknya".
" Baik, Tuan".
Warren akhirnya masuk, entah kenapa dia merasa deh degan, padahal dulu nyerahin skripsi pas kuliah gak sedeg degan ini karna pasti dia akan lulus, beda sama kali ini apa bisa dia dapat restu dari calon anak tirinya ini.
"Asalamualaikum" Warren mengucap salam lirih.
"Ayah?" Reflexs Chayna menoleh terkejut,dia jadi takut pada pria dewasa, dia juga bingung harus bagaimana.
"Jangan takut, saya yang telah menyelamatkan kamu," Ucap Warren, anggaplah begitu toh anak buahnya kan yang menyelamatkan dia? Jadi benar kan dia yang menyelamatkan.
"Wa-waalaikumsalam" Chayna menjawab lirih dalam yang tak sempat iya jawab tadi.
...----------------...
Sudah 10 menit semenjak Chayna menjawab salam dan tinggal hanya keheningan ruangan itu,karna Warren bingung harus berbicara apa pada anak kecil, apa lagi keringat dingin membasahi keningnya padahal yang di rawat Chayna bukan Warren, sampai akhirnya Warren memutuskan pergi menanyakan kondisi Chayna kepada dokter yang menanganinya.
"Aku takut ya Alloh, dimana ini? Dimana bunda? Bunda," Gumam lirih Chayna dengan air mata yang jatuh, dia takut! Ditempat asing yang tak ada siapapun ia kenal dia jauh dari bundanya.
Warren kembali bersama suster yang membawa makanan ala rumah sakit.
"Biar saya saja! ".
" Baik tuan, saya permisi ".
Warren mengangguk lalu menatap Chayna yg matanya terlihat sembab merah.
" Siapa namamu? " Warren bertanya lembut sambil duduk di bangku samping kasur Chayna.
"Chayna pa- mm om? "Chayna menjawab namun bingung harus panggil paman apa om.
Warren tersenyum " Panggil saja om gak papa".
"Makasih om, sudah menolong saya" Chayna ingat apa kata bundanya kalau kita ditolong seseorang dia harus berterima kasih.
"Iya, kamu sekarang makan dulu nanti saya antar kamu pulang, Kamu ingat gak rumah kamu dimana" Tanya Warren mencoba berbasa basi padahal dia tau dimana rumah calon anaknya itu. Bahkan tadi dia menyuruh pengawal yang dia sewa untuk melindungi Chayna dan Citra untuk sekolah sekedar basa basi tanya ke satpam rumah kepala sekolah untuk menanyakan keluarga anak yang iya tolong, karna dari laporan yang Warren dapat satpam sekolah ikut andil dalam kejadian ini.
"Om" Chayna.
"Iya?".
" Ini dirumah sakit kan? Atau klinik? ".
" Iya ini dirumah sakit" Jawab Warren sambil tersenyum.
"Mmm, Om boleh minjam telfon om gak? Chayna mau dijemput bunda aja! Gak usah di anterin" Chayna masih was was terhadap Warren,tapi dia mencoba tak takut karna hatinya mengatakan Warren baik.
Tapi tak bisa ia pungkiri kalo dia masih takut pria dewasa akibat penculikan tadi.
Monolog gadis kecil itu setidaknya dirumah sakit banyak orang jika dia dibawa oleh seseorang pakai kendaraan orang asing dia takut diculik dan tak ada yang menolong!
Di area sekolah juga ramai tapi tak ada yang sadar mereka terlalu sibuk dengan ponsel dan tak menghiraukan sekitar,banyaknya kendaraan terdengar berlalu larang tak mendengar teriakan kecil Chayna sebelum dibius, tapi bagi chayna dirumah sakit pasti bakal terdengar jika ia berteriak. karna ini didalam rumah, ada banyak lorong atau ruangan yang hanya ada orang fokus ke keluarga mereka. Dan dia ingat kartun yabg ia tonton dirumah sakit ada yang jaga semacam resepsionis jadi dia akan aman disini walau dia takut rumah sakit ini juga menculik anak diam diam.
"Boleh, " Warren mengusap puncak kepala Chayna lembut dia sekarang paham kenapa Chayna bertanya dia dimana " Tapi makan dulu ya" dan dalam hatinya "anak yg cerdas".
Chayna mengangguk karna dia lapar juga, sebernarnya pikirannya cukup rumit takut dia diberi racun di makanannya, tapi dia percaya sama kata bunda Alloh pasti bakal menolong hambanya jika dalam bahaya, yang penting yakin.
Chayna disuapi Warren sampai selesai makan, Chayna menatap wajah penolongnya itu seksama "ya Alloh apa seperti ini ya rasa disuapin ayah? Kok beda rasanya pas disuapin kakek sama sosok yang kaya ayah" Batin gadis kecil itu.
"Om, Terima kasih sudah nyuapin Chayna".
" Iya sama-sama".
"Om gak pulang? Gak ada yang nungguin? " Chayna sambil menerima ponsel yang Warren berikan "Terima kasih" Yang mendapat anggukan Warren.
"Tenang, om gak ada yang nungguin" jawabnya.
"Apa om belum punya anak? " Chayna.
"Om menikah aja belum" Warren sambil tersenyum.
Chayna hanya membalas senyuman lalu dia mulai menelfon sang bunda namun tak diangkat dia mengirim pesan pada ibunya bahwa dia minta dijemput di sebuah rumah sakit.
Setelah itu ia mengembalikan ponsel yang ia pinjam, Warren membaca pesan Chayna membuat dia tersenyum. Secerdas cerdasnya anak namanya anak anak tuh polos dikira rumah sakit cuman satu gak di kasih alamat rumah sakitnya? Dia lalu menuliskan dimana rumah sakit Chayna berada, satu hal yang membuat dia tersenyum karna tanpa sengaja dia seperti ketiban durian runtuh, dia dapat nomor ponsel Citra.
Tau anaknya hafal nomor ponsel ibunya dia gak bakal suruh orang buat kesana, dia juga mengulas senyum kembali ketika melihat jepretan foto yang dikirim Chayna yang membuktikan dirinya baik baik saja.
Disisi Citra,Citra baru sadar dari pingsannya karna kelelahan mencari sang putri.
Dia berjalan keluar dari kamar yang ternyata ada bu Rati dan pak Sandi sang supir taxi yang mengantar anaknya tadi pagi.
Citra tau kalo bu Rati dan suaminya disini menemani dia mencari sang putri mungkin karna rasa bersalah mereka menunggu sampai dia sadar, namun yang membuat Citra bingung adalah mereka berdua sedang berbicara dengan 2 orang berbadan kekar.
"B-bu Rati, " Panggil Citra dengan lemas, matanya masih berkunang-kunang.
"Alhamdulillah nduk,udah sadar to," Dia berjalan mendekati Citra yang berjalan merampa tembok.
Rati Memapah Citra dengan hati hati, sudah ia anggap Citra dan Chayna seperti anak dan cucunya sendiri.
"Siapa kalian? Ada keperluan apa? " Tanya disana lirih, lalu dia mendongak "A-apa kalian tau dimana anak saya? " Entah kenapa kata kata itu terlontar begitu saja.
"Sabar nduk, sini duduk! " Ucap pak Sandi sambil memberi kode agar istrinya membantu Citra.
"Dugaan kamu benar nduk, mereka tau anak kamu dimana" Ucap Rati.
"Ya Alloh, alhamdulillah" Citra dengan air mata meluncur keluar dengan sendirinya karna rasa bersyukur yang tidak bisa iya harus ucapkan bagaimana lagi.
"Dimana anak saya pak? Kalian apakah yang menolong putri saya? ".
" Sabar nyonya, eh maksudnya bu. Tenang saja anak ibu Baik baik saja, dia sedang dirumah sakit tak jauh dari sini, sekitar 1 jam perjalanan, dan yang menolong adalah bos kami, dia sedang menjaga putri ibu," Jawab pria yang disuruh Warren.
"Mari kami antar kesana!" Jawab teman pengawal itu.
"Ya Alloh, Terima kasih banyak pak, ayo cepat tunjukan dimana anak saya berada, sekali lagi Terima kasih" Chayna yg digenggam erat tangannya oleh Rati.
Mereka bersiap kerumah sakit, dan disaat itulah ponsel Citra mendapat pesan, namun Citra yg tak membawa ponsel tak tau akan hal itu.
"Kamu yakin mau pergi sendiri nduk? " Tanya Rati.
"InsyaAllah iya bu, makasih ya bu udah bantu dan jagain saya, saya pamit jemput Chayna dulu asalamualaikum".
" Iya hati hati" Rati sambil melihat mobil berjalan meninggalkan dia dan suaminya.
"Alhamdulillah bu anak orang ketemu" Sandi dengan menangis lega.
"Iya untung aja ketemu pa,kalo tidak bapak bisa masuk penjara kalo Citra nuntut bapak! Makanya kalo dikasih amanah yang bener" Rati malah ngomel, ngomelnya karna khawatir pada suaminya.
Di dalam mobil Citra tak henti hentinya mengucap syukur.
Dia menatap keluar jendela dengan cemas karna perjalanan untuk bertemu putrinya terasa begitu lama.
Disisi lain Warren sudah solat bersama Chayna.Warren merasa tersentuh ketika tanganya disalimi calon anaknya, rasanya dia bangga padahal Chayna tuh baru dia kenal tapi berasa dekat bangat.
Chayna menatap lekat Warren, netranya terus memandang wajah sosok yang membuatnya nyaman hanya dalam hitungan jam "ayah, aku dapat pengalaman loh di makmumin orang asing tapi rasanya kaya dekat bangat, padahal kami gak kenal, kalo ayah masih hidup pasti kaya gini kan? Solat bareng ayah" Batin Chayna.
Merasa ditatap lekat oleh Chayna Warren membuka suara "sabar ya bunda kamu akan datang sebentar lagi"
"Iya om, bunda udah baca ya pesan dari chay?" Tanya Polos Chayna.
Warren hanya mengangguk padahal dia tau dari anak buahnya yang mengatakan kalau dia sedang bersama Citra.
Entah kenapa dia merasa kesal dan cemburu sendiri,pengawal yang iya sewa bisa naik mobil bersama Citra lah dia yang bertahun tahun berharap ketemu saja belum.
Entah se protektif apa nanti kalo Citra benar benar berjodoh dengan dirinya, dia juga baru menyadari dirinya cemburuan padahal dia sudah dewasa bukan ABG lagi.
"Kamu kelas berapa? " Tanya Warren.
"Kelas 1 SD om".
"Kamu emang umurnya berapa? Maaf ya kalo om banyak nanya" Warren merasa bertanya karna badan Chayna tuh tinggi gak kayak anak usia kelas satu kayak kelas 3 gitu.
"Baru mau jalan 7 om, ini aja bunda masukinnya kesusahan karna umur aku belum genap 7 masih 6 tahun tapi akhirnya bisa masuk" Chayna.
"Eh, " Warren mangut mangut pikiran bodoh apa yang ia pikirkan dia pisah sama Citra aja baru mau 7 tahun lebih benar lah kalo anaknya baru segitu usianya, Warren tersenyum "setinggi apa ayahnya? 7 tahun jalan sudah setinggi ini" Batinnya yang tak sadar dirinya juga 192cm.
Mereka berbincang banyak hal, runtuh juga pertahanan Chayna yang dinasehati bundanya jangan berbicara banyak pada orang asing karna Warren asik di ajak berbicara kaya berbincang dengan kakeknya di kampung.
Bukan maksud Chayna Warren mirip ayah bundanya tapi yang iya maksud adalah kenyamanan yang iya dapat dari Warren membuatnya tak was was.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments