NovelToon NovelToon

Istri Barbar Tuan Muda

Bab. 1

Seorang pria tampan yang dijuluki gelar tuan muda, sekaligus CEO muda, di perusahaan yang berkembang di bidang properti, yang bernama Jonathan Arya Robertho, mengucapkan ijab kabul pernikahannya, kepada seorang gadis cantik yang duduk di sampingnya sembari meneteskan air mata, bernama Alina Humaira.

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

Terdengar suara riuh dari para tamu yang mengesahkan pernikahan mereka.

"Alina, sekarang kamu sungkem kepada suamimu!" ucap laki-laki paruh baya, yaitu ayahnya Alina bernama Jamal.

Alina mengangguk lalu sungkem kepada seorang pria yang sekarang sudah sah menjadi suaminya, dia mencium tangan suaminya begitu takzim.

"Arya, ayo cium kening istrimu sayang!" ucap seorang wanita yang bernama Utami yaitu mamanya Arya.

Arya hanya menuruti apa yang mamanya katakan. Bagai kerbau yang dicocok hidungnya. Dan dia bagaikan sebuah robot yang bisa dikendalikan remot oleh Utami.

"Sandra, Sukma, ayo sambut istri ketiga suami kalian, anggap dia adik kalian!" ucapnya lagi kepada kedua menantunya yaitu istri pertama dan kedua dari putranya yaitu Arya.

"Iya Ma," jawab keduanya lalu mendekati Alina sembari tersenyum.

Acara pernikahan Alina dan Arya berjalan dengan lancar. Dan sekarang Alina sudah harus ikut bersama suami dan kedua istri suaminya ke rumah mereka. Yaitu kediaman Robertho

"Nak, jujur Ayah mana yang tega melihat putrinya harus di peristri laki-laki yang sudah beristri, tapi Ayah juga tidak kuasa dan tidak berdaya sayang, maafkan Ayah!!" ucap Jamal saat harus melepas putri sulung nya pergi dibawa keluarga suaminya.

"Ga apa-apa Ayah. Al, bahagia kok! Dan lihat Mbak Sandra, dan Mbak Sukma, keduanya sangat baik sama aku, insyaallah aku akan baik-baik saja. Dan sekarang Ayah fokus saja pada pengobatan Ayah. Dua hari lagi Ayah kan, mau operasi!" jawab Alina mencoba menyembunyikan kesedihannya.

"Al, jaga dirimu baik-baik ya! Dan jangan lupa sholat." Aida kemudian memeluk putrinya sembari menangis. Tak lama adiknya Alina yaitu Aura menghampiri sang kakak lalu memeluknya.

"Alaah… lebay…" Utami memutar bola mata sambil menaikan sudut bibirnya sebelah saat melihat perpisahan Alina dan kedua orang tua dan adiknya.

"Ra, titip Ibu dan Ayah ya! Dan kalau ada apa-apa kamu hubungi Kakak saja!" pesan Alina.

"Iya Kak, pasti." jawab gadis itu lirih.

***

Alina pergi dengan suami dan mertua serta kedua madunya meninggalkan rumah sederhana yang sejak kecil dia tempati bersama orang tuanya.

Perjalanan mereka cukup jauh. Dan ditempuh sekitar dua jam lamanya.

"Udah kamu jangan menangis Alina, ingat ayah kamu jangan sampai tangismu ini menghambat biaya pengobatan ayahmu! Dan kata siapa kamu bebas berkabar dengan orang tua dan adikmu?" ucap Utami saat melihat menantunya tak henti meneteskan air matanya.

Sandra dan Sukma hanya menelan salivanya ingin rasanya mereka menyeka air mata dari sang madu baru mereka, tapi apalah daya. Mereka pun takut saat ini.

"Ayo semua masuk! Rasanya Mama ingin segera merebahkan diri di kasur Mama yang empuk! Sandra, bilang sama Surti, panggilkan tukang spa langganan Mama segera! Juga kasih tahu si Mumut, siapkan segala keperluan Mama!" suruh Utami lalu melenggang masuk ke dalam rumah mewahnya bak istana dengan sangat angkuh dan sombong.

"Iya Ma," jawab Sandra begitu hormat dan patuh kepada sang mama mertua.

Sedangkan Arya tak mengatakan hal apapun kepada ketiga istrinya, termasuk Alina yang baru beberapa jam dia nikahi. Arya pun, menyusul mamanya masuk ke dalam rumah.

"Al, ayo! Udah kamu tidak usah takut. Nanti aku dan Mbak Sandra akan menunjukan kamarmu! Dan semua bajumu sudah lengkap disana, dan baru semua!" ajak Sukma kepada Alina.

Alina tak menjawab dia hanya mengangguk lalu mengikuti kedua madunya itu masuk ke dalam istana itu.

Sampai dalam rumah itu Alina hanya melongo saat melihat rumah mewah dan juga megah yang baru seumur-umur dia injak sekarang.

Alina berjalan mengekori kedua istri suaminya menuju kamarnya di lantai tiga, dan saat menaikinya pun mereka harus naik lift.

"Nah Al, ini kamarmu! Mari masuk!" ucap Sukma lalu membuka pintu kamar baru Alina di rumah itu.

"Sukma, kamu temani Alina. Aku akan menemui bi Surti. Mama pasti nungguin!" tukas Sandra.

"Iya Mbak, silahkan!" jawab Sukma sedangkan Alina hanya mengulas senyum.

Selepas Sandra pergi Alina dan Sukma masuk ke dalam kamar baru Alina.

"Mbak Sukma, aku masih heran dengan kalian! Kenapa kalian baik sama aku? Padahal jelas-jelas aku ini adalah perebut suami kalian?!" tanya Alina, terlihat bingung.

Sukma terkekeh saat mendengar pertanyaan Alina. "Lalu apa bedanya aku?? Aku pun sama merebut tuan muda dari mbak Sandra, tapi mbak Sandra tetap baik sama aku,," jawab Sukma.

Dahi Alina mengerut. Dirinya tak habis pikir dengan jawaban Sukma saat ini.

"Intinya, kita bertiga disini hanya dijadikan mesin penghasil anak oleh keluarga ini. Sampai mereka bisa mendapatkan keturunan laki-laki,," kata Sukma dan itu membuat Alina terkejut.

"Mbak Sukma dan mbak Sandra sudah punya anak dari tuan muda??" tanya Alina penasaran.

"Jujur aku sudah punya dua anak dari tuan muda tapi semua anakku perempuan. Dan aku terpaksa mengangkat rahimku, karena saat itu, baru saja selesai melahirkan anak kedua, aku disuruh harus hamil lagi. Mungkin rahimku masih lemah sehingga aku keguguran dan ada luka di rahimku lalu terpaksa dokter harus mengangkatnya untuk menyelamatkan nyawaku waktu itu,," jelas Sukma agak membuang nafasnya.

"Terus mbak Sandra??"

"Kalau dia adalah istri pertama tuan muda. Dia dijodohkan oleh kedua orang tuanya padahal mbak Sandra sudah punya kekasih. Dan mbak Sandra divonis dokter tidak bisa punya anak. Makanya keluarga tuan muda khususnya mama mertua kita menikahkan tuan muda denganku agar bisa punya keturunan." jawab Sukma panjang lebar.

Alina hanya manggut-manggut, "kamu penasaran tidak bagaimana aku bisa menikah dengan tuan muda??" tanya Sukma.

"Iya, memangnya Mbak Sukma, kenapa bisa menikah dengan tuan muda??" balas Alina.

"Aku bukan dijodohkan seperti mbak Sandra atau ditukar dengan uang sepertimu. Untuk mengobati penyakit ayahmu. Tapi aku memang mencintai tuan muda. Dan kami pernah pacaran sebelum tuan muda menikah dengan mbak Sandra. Tapi seiring berjalannya waktu. Rasa cinta itu hambar begitu saja Al, setelah aku merasa kalau cinta dan pengabdianku tak dihargai. Aku dan mbak Sandra hidup di rumah ini, seperti burung di sangkar emas. Kami di sayang saat di butuhkan, setelah kami tidak berguna, kami tidak dianggap. Tapi kami terima nasib saja, aku bertahan karena kedua putriku. Sedangkan mbak Sandra karena alasan kedua keluarga, sebab keluarga tuan muda paling anti yang namanya perceraian! " jawab Sukma lirih.

"Maaf ya Mbak, aku tidak bermaksud membuatmu sedih!" Alina merasa tidak enak terhadap Sukma.

"Tak apa, ya sudah aku mau menemui Sifa dan Naya dulu ya! Jangan lupa mandi dan berganti pakaian soalnya malam ini tuan muda pasti menemuimu!" pesan Sukma, seraya mengelus tangan madunya itu, lalu keluar dari kamar Alina saat ini.

Selepas Sukma pergi. Alina menjadi tak karuan. Rasa takut kini menghantuinya. Apalagi setelah mendengar cerita dari Sukma. Apakah dirinya akan bernasib sama dengan kedua madunya? Bagaimana jika dirinya tidak bisa melahirkan seorang putra melainkan putri? Apakah nasibnya akan sama seperti Sukma baru melahirkan harus disuruh hamil lagi?

Bulu kuduk Alina tiba-tiba berdiri. "Ya Allah, bismillah lindungi hamba, jangan biarkan hamba bernasib sama seperti kedua madu hamba.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka, dan tampak seorang pria tampan masuk ke dalam kamarnya.

Glek

Glek

Alina menelan salivanya karena yang masuk adalah suaminya.

Bab. 2

Arya masuk ke dalam kamar Alina dengan tatapan datar. Sementara Alina saat ini begitu panik dan takut ketika suaminya semakin mendekatinya.

"Tu-tuan muda, a-aku belum mandi!" Alina tergagap dengan keringat yang begitu mendadak banyak di dahinya.

Arya tak menjawab. Dia malah semakin mendekati Alina. Tangan Arya menarik sanggul rambut Alina sehingga terlepas sehingga  sempurna dan membuatnya semakin cantik.

Kep!

Tangan Arya meraih pinggang Alina sehingga tubuh mereka begitu dekat, bahkan Alina bisa merasakan deru nafas suaminya begitu hangat. Sorot kedua netra kecoklatan milik sang suami begitu indah dan membuat Alina tersihir sesaat oleh pesona ketampanan suaminya.

Tangan Arya perlahan mulai membelai wajah cantik Alina yang kini memejamkan matanya merasakan sentuhan lembut tangan suaminya.

Cup!

Arya mengecup kening Alina begitu lembut juga kedua kelopak matanya, sapuan bibir Arya terus mulai turun ke bawah sampai ke leher putih jenjang milik istrinya. Alina yang merasakan desiran halus menjalar di sekujur tubuhnya. Sekuat tenaga Alina menggigit bibir bawahnya agar suara desahan merdunya tak sampai terdengar keluar.

Arya kembali menatap kedua netra Alina yang berwarna keabuan. Dan perlahan hidung mancung keduanya bertemu, lalu Arya memiringkan wajahnya dan hendak mengecup pucuk ranum berwarna merah yang basah milik Alina.

"Kamu kenapa bengong??"

Intonasi suara itu mengagetkan Alina yang kini sedang hanyut dalam lamunannya.

Alina menajamkan penglihatannya, dan dengan jelas kini dia melihat suaminya sedang berdiri menatapnya tajam.

"Tu-tuan muda, maaf aku…"

"Sudah-sudah gapapa. Saya hanya ingin memberitahu. Kalau malam ini saya tidak akan menemuimu ke kamar ini. Jadi kamu tidak perlu menunggu saya!"

Tegas Arya kepada Alina, kemudian Arya pergi lagi meninggalkan Alina yang belum menjawab apapun. Pria tampan itu. Menghilang dan lenyap begitu saja dari pandangan Alina.

"Maksud tuan muda apa?? Jadi malam ini aku selamat? Tapi kenapa tadi aku bisa membayangkannya?? Apa karena dia tampan?" Alina menepuk-nepuk kepalanya sembari terkekeh.

Alina kemudian mengunci pintu kamarnya lalu mandi dan berganti pakaian. Alina membuka lemari dan begitu banyak baju-baju baru yang sudah disediakan untuknya. Pantas dia tidak diperbolehkan membawa baju dari rumahnya satupun. Alina juga melihat alat kosmetik lengkap di meja riasnya.

"Aku harus pakai baju mana? Bingung. Dan apa aku bisa memakai kosmetik? Selama ini aku kan jarang dandan," gumamnya bingung.

Apa aku minta bantuan mbak Sukma atau mbak Sandra, aja??" gumamnya lagi.

Alina kemudian keluar dari kamarnya. Dan hendak mencari keberadaan Sandra dan Sukma. gadis berusia 22 tahun itu celingukan melihat beberapa kamar yang berderet di hadapannya.

"Aduh yang mana kamar mbak Sandra? Dan yang mana kamar mbak Sukma??" gadis itu garuk-garuk kepala.

Alina kemudian berjalan menuju ke sebuah kamar di paling ujung, dan Alina merasa yakin jika kamar itu milik di antara kedua madunya.

Tok tok tok

Alina mengetuk pintu kamar itu. Namun tak ada jawaban. Perlahan Alina mendorong pintu kamar itu dan ternyata tidak di kunci.

"Mbak Sukma… apa kamu di dalam?" Alina memasukan kepalanya ke dalam kamar itu.

"Mbak Sandra apa kamu di dalam??" Alina kemudian memanggil nama lain madunya.

Alina mengerutkan dahinya. Akhirnya dia masuk ke dalam kamar itu. Mata Alina membulat saat melihat penampakan isi di dalam kamar itu. Begitu mewah dan mahal.

Alina berjalan masuk semakin ke dalam. Lalu dia duduk di atas kasur king size. Seperti kasur milik para raja atau pangeran karena begitu bagus dan mewah.

"Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke dalam kamar saya??"

Suara itu begitu menggema hingga membuat Alina terperanjat kaget. Alina semakin kaget lagi saat melihat suaminya sedang berdiri dan menatapnya tajam.

"Tu-tuan jadi ini kamar Tuan? Maaf aku pikir ini kamar mbak Sandra atau mbak Sukma!" jawab Alina seraya menelan salivanya.

"Pergiiii!"

Arya mengusir Alina dari kamarnya. Namun Alina hanya berdiri kayak orang sawanan.

"Kamu tuli? Keluar kamu dari kamar saya!!" sentak Arya. Alina akhirnya sadar kemudian gadis itu keluar dari kamar Arya.

Blugh!

Arya membanting pintu kamarnya begitu kencang saat Alina baru saja selangkah keluar dari kamarnya.

"Buset… tuan muda galak juga!" Alina memegangi dadanya. Gadis itu kemudian pergi menuju kamarnya. Namun pada saat masuk gadis itu terkejut saat melihat Sukma ada di dalam kamarnya.

"Al, kamu dari mana? Aku cari-cari gak ada tadi?" tanya Sukma.

"Eh Mbak Sukma, aku tadi keluar cari Mbak!"

"Loh, memangnya mau apa?"

"Aku mau minta di ajari cara berdandang Mbak, biar kaya Mbak Sukma dan mbak Sandra!"

Jawab Alina terkekeh.

"Ou, ngapain harus keluar kamar? Kamu tinggal pencet aja tombol ini! Dan nanti otomatis akan ada pelayan datang kesini dan mengurus semua keperluanmu. Maaf ya tadi aku belum kasih tau semuanya sama kamu tentang peraturan di rumah ini."

Jelas Sukma.

Alina hanya manggut-manggut saja. Dan dia pun tidak cerita jika tadi ada suaminya datang ke kamarnya. Bahkan dirinya tadi salah masuk kamar suaminya untuk mencari Sukma dan Sandra.

"Mbak, kalau kita mau keluar dari rumah ini bagaimana? Kayak kita mau beli apa gitu. Harus minta izin sama siapa? Sedangkan aku saja tidak tau kamar Mbak Sukma dan mbak Sandra dimana?" tanya Alina penasaran.

"Al, di rumah ini banyak pelayan. Jadi untuk apa kita keluar untuk membeli sesuatu?  tadi aku bilang para pelayan di rumah ini akan mengurusi semua kebutuhan dan keperluan kita."

"Hah… jadi kita sama sekali gak diperbolehkan keluar rumah??"

"Boleh. Tapi hanya saat acara-acara tertentu saja."

"Contohnya??"

"Ya saat kita pergi ke pesta, atau urusan penting lainnya, itu pun kalau di ajak sama mertua atau suami kita."

Jelas Sukma dan itu membuat Alina ternganga karena kaget.

"Hah… hidup macam apa ini??" batin Alina.

"Satu lagi. Kita boleh pegang hp tapi dengan satu sarat. Kita gak boleh punya akun medsos. Dan nomor pun kita hanya punya dua nomor yang harus kita simpan yaitu nomor mama mertua dan tuan muda."

"Mbak, apa aku bisa bertahan hidup disini??"

Alina sekarang duduk di samping madunya itu.

"Harus Alina, harus bisa dan kuat. Karena ini adalah pilihan kita hidup disini dan menikah dengan tuan muda. Jadi kamu mengerti kenapa aku dan mbak Sandra susah melepaskan diri??" ujar Sukma sembari bertanya.

Alina hanya mengangguk.

"Selain karena anak. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Begitupun mbak Sandra, selain karena keluarga, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena keluarga Roberto sangat menjunjung tinggi reputasi keluarganya. Jadi perceraian sangat dilarang dalam keluarga mereka!" jelas Sukma lagi.

"Ya sudah Al, aku sudah jelaskan semuanya. Aku harap kamu kuat ya!" imbuh Sukma seraya mengelus tangan Alina.

"Iya Mbak, semoga saja!" jawab Alina lirih.

Bab. 3

Saat malam hari Alina sangat sulit memejamkan matanya, apalagi ini adalah malam pertama dirinya tidur di rumah keluarga suaminya. Air matanya berderai saat mengingat apa yang tadi Sukma katakan. Alina begitu mengutuk nasibnya saat ini tapi apalah daya sekarang baginya adalah kesembuhan ayahnya.

"Ayah, ibu, Aura, kalian sedang apa? Aku kangen kalian!" lirih Alina sembari memeluk guling yang sudah basah dengan air matanya.

Alina kembali teringat saat masih di rumahnya bersama kedua orang tua dan juga adiknya.

***

Flashback

"Kak, hari ini mau ngajar gak? Aku ikut ya! Sampai pertigaan, biar gak harus naik angkot, dan aku tinggal jalan kaki aja paling lima menit ke sekolah," kata Aura saat akan berangkat sekolah.

"Boleh Dek, biasanya juga ikut kamu ini, Kakak kan suka antar kamu sampai sekolah!" jawab Alina sembari mengunyah makanannya saat mereka sedang sarapan.

"Iya kan siapa tau Kakak masih libur hee…"

"Hari ini Kakak masuk, Ayah kan sudah sehat sekarang. Ya kan Yah??"

Alina melirik ke ayahnya sembari tersenyum.

"Iya Ra, lihat Ayah sudah sehat,," balas Jamal sembari memperlihatkan otot di tangannya.

"Tapi awas! Ayah sudah sehat bukan berarti Ayah bisa kerja lagi sekarang ini. Pokoknya Ayah harus istirahat sampai kondisi Ayah benar-benar pulih!" pesan Alina.

"Iya Yah, dengerin tuh putrinya. Jangan sampai bandel lagi!" balas Aida kepada suaminya.

Jamal hanya tersenyum. Jujur dirinya bingung hampir satu minggu Jamal di rawat di rumah sakit karena terserang demam berdarah dan tentu menghabiskan uang yang tak sedikit. Meskipun memakai asuransi kesehatan berbayar, tapi tetap ada beberapa obat yang harus di tebus di luar asuransi.

"Ayah, Al mohon, Ayah nurut ya. Penyakit Ayah itu datangnya kambuhan jadi Ayah harus betul-betul menjaga kesehatan Ayah!" ucap Alina mengingat ayahnya sekarang mengidap penyakit darah tinggi dan sering kumat kapan saja. Apalagi kemarin baru saja sakit demam berdarah.

"Iya sayang," jawab Jamal tersenyum.

Alina dan Aura pamitan kepada kedua orang tuanya. Tentu Alina akan pergi ke sekolahnya untuk mengajar di taman kanak-kanak. Meskipun masih guru honorer tapi tetap Alina jalani, karena mencari pekerjaan sangat sulit apalagi Alina kuliah hanya sampai D3 belum sarjana. Sedangkan Aura masih duduk di bangku kelas 2 SMA.

Setelah Alina mengantar Aura kesekolah, Alina melajukan lagi motor maticnya menuju sekolah TK tempatnya mengajar.

"Al, kamu masuk juga?" tanya seorang pemuda yang sedang duduk di motor Nmax miliknya.

"Eh Mas Dimas, iya hari ini aku mengajar lagi. Alhamdulillah ayah sudah sembuh sekarang. Kamu sendiri sedang apa disini??"

Jawab Alina. Kemudian gadis itu memarkirkan motornya.

"Mas sengaja menunggu kamu. Tadinya Mas akan kerumahmu. Tapi takut kamu sudah berangkat ke sekolah, soalnya ayahmu sudah sembuh. Eh benar saja!" jelas Dimas.

"Ou begitu ya. Memangnya mau apa? Sepuluh menit lagi masuk. Kalau Mas bicara silahkan aku dengerin kok!" ucap Alina tersenyum.

Dimas sejenak terdiam dan menatap gadis cantik yang ada di hadapannya. "Al, Mas akan bekerja di Jepang. Dan Mas di kontrak selama 2 tahun di sana. Maaf Mas baru bilang sekarang, kirain Mas gak lulus seleksi, setelah menunggu selama 7 bulan baru ada panggilan,," ungkapnya.

Deg!

Alina lumayan terkejut saat mendengar apa yang Dimas katakan. "Mas akan ke Jepang??" kata Alina agak terhenyak.

"Iya Al, itu juga untuk masa depan kita nantinya. Dan semoga saat Mas di sana. Kamu tetap setia menunggu Mas pulang. Dan Mas janji saat pulang nanti Mas akan langsung nikahi kamu. Insyaallah nanti malam Mas akan ke rumahmu dan berpamitan kepada orang tuamu," tegas Dimas.

Dua mata Alina mengembun. Jujur berat baginya berpisah dengan Dimas laki-laki yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini. Tapi Alina pun tak mau egois, karena Alina tau itu adalah cita-cita Dimas sejak lama bekerja di Jepang.

"Kapan Mas berangkat?" tanyanya dengan bibir yang bergetar.

"Besok Al, maaf ya. Mas juga tahunya kemarin sore, benar-benar dadakan Al. Besok Mas harus segera ke Jakarta." jawab Dimas.

"Iya gapapa Mas, semoga kamu selalu sehat selama disana. Insyaallah aku akan tetap setia padamu. Dan aku berharap kamu pun sama." ucap Alina lirih.

"Kalau Mas akan tetap setia padamu sayang! Hanya saja Mas ragu padamu. Kamu itu cantik, Mas takut kamu jemu menunggu Mas pulang. Dan akhirnya kamu menerima lamaran pria lain!" kata Dimas dengan tatapan nanar.

"Saling percaya sama Allah saja ya Mas, karena segala sesuatu pasti ada alasannya. Baik aku maupun Mas, tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita nantinya. Jika aku disuruh berjanji setia. Insyaallah aku akan setia, tapi jika Allah menghendaki takdir aku yang lain aku pun tak bisa menolaknya. Karena itu ketentuannya, tapi jika Mas ingin tau isi hatiku. Aku selalu mencintaimu Mas!" jawab Alina balas menatap kekasihnya itu.

Sebulan kemudian.

Setelah kepergian Dimas. Alina hanya fokus mengajar di sekolahnya. Sampai suatu hari dia mendapat telepon kalau ayahnya masuk rumah sakit karena mengalami kecelakan di proyek bangunan saat sedang bekerja. Ayahnya terjatuh dari lantai dua, karena mendadak kepalanya sakit akibat darah tingginya kumat.

Alina buru-buru pergi ke rumah sakit untuk menemui ayahnya. Dan kata dokter ayahnya mengalami pendarahan di kepalanya dan harus segera di operasi. Bahkan ayahnya harus melakukan operasi bertahap sampai dua kali.

Alina menjatuhkan dirinya di bangku tunggu rumah sakit. Meskipun biaya rumah sakit ditanggung asuransi tetap dia harus pegang uang. Karena ada beberapa yang tidak di klaim asuransi. "Ya Allah, cobaan apalagi ini? Apa aku jual motor aja ya?" lirihnya. Karena hanya itu barang berharga yang dia punya saat ini. Karena selama ini pun rumah yang mereka tempati dapat mengontrak bukan rumah sendiri.

Alina kemudian izin kepada ibunya dia beralasan untuk pulang dulu ke rumah, dia berjalan begitu gontai menuju parkiran. Sambil sesekali meneteskan air mata.

Alina mengendarai motornya menuju ke sebuah showroom motor sekaligus mobil, yang cukup besar karena dia berniat menjual motornya.

"Bismillah, aku harus lakukan ini demi ayah!" gumamnya disaat ia menunggu orang yang sedang mengecek kondisi motornya.

"Maaf Mbak, motornya paling kami hargai sebesar 5 juta bagaimana? Tahunnya sudah tidak baru lagi. Berhubung motor Mbak, kondisinya masih bagus dan mungkin Mbak, memakainya sangat apik jadi masih mulus. Bagaimana Mbak?" ucap pemilik showroom itu.

"Tambahin dikit lagi Pak Syam, saya lihat pasaran nya masih bagus. Apalagi motor saya surat-suratnya komplit!" jawab Alina memohon.

"Ada apa, ini?" tanya seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan namun masih terlihat segar dan cantik.

"Eh Ibu bos," ucap Syam seraya menunduk.

"Saya kebetulan lewat. Dan mampir dulu kesini. Kamu mau melamar kerja disini??" tanya wanita itu sembari melirik ke arah Alina.

"Bukan Bu, tapi saya berniat menjual motor kesini," jawab Alina dengan sopan.

"Lalu?"

"Pak Syam hanya memberi saya dengan harga 5 juta dan saya minta di tambahin lagi. Bu!"

"Mungkin Pak Syam, berani membeli nya segitu. Bagaimana Pak Syam??" wanita itu melirik ke arah Syam.

"Iya segitu mungkin Bu, jika Nona ini tidak mau, itu terserah Nona ini saja!" jawabnya.

Alina hanya menghela nafasnya. Mau gak mau terpaksa dia harus merelakan motornya terjual dengan harga segitu. " Baiklah Pak, karena saya benar-benar butuh banget uangnya. Ayah saya sedang sakit! Dan harus segera di operasi, saya butuh pegangan uang," jawab Alina, namun tiba-tiba pandangannya mendadak mengabur, pusing dan berkunang-kunang.

Bugh!

Alina jatuh pingsan dan tergeletak di lantai.

"Nona, kamu kenapa?" Syam kaget melihat Alina tak sadarkan diri.

Detik selanjutnya.

Alina membuka matanya perlahan, lalu dia mengedarkan pandangannya. "Aku, dimana?" busuknya pelan.

"Akhirnya, kamu sadar juga."

Terdengar suara seorang wanita bicara padanya.

Alina perlahan bangun dan dia melihat wanita tadi sedang duduk sembari menatapnya. "Ibu, maafkan saya, tadi saya pingsan ya?" ucap Alian hendak bangun.

"Stop! Kamu tidak usah bangun! Kamu butuh uang berapa??" tanya wanita itu dengan menatap Alina tajam.

"Maksud, Ibu?"

"Kamu tidak usah menjual motor kamu. Kamu tinggal bilang kamu perlu uang berapa? Saya akan berikan. Mungkin sudah takdir kamu bertemu saya. Karena saya jarang-jarang mampir kesini. Urusan saya masih banyak, dari hanya sekedar mampir ke tempat kecil ini." tanyanya dengan nada angkuh.

"Aku butuh uang untuk operasi ayah saya. Meskipun sekarang kami memakai asuransi, tapi tetap saya harus memegang uang. Ayah saya mengalami kecelakaan saat dia bekerja!" jawab Alina menangis.

"Kecelakaan??"

"Iya Bu, ayah saya mempunyai darah tinggi. Dan seharusnya dia berhenti bekerja berat dan beresiko! Makanya dia terjatuh dari lantai dua, saat bekerja di bangunan," jawab Alina terus terang.

"Saya akan berikan uang yang kamu butuhkan. Bahkan saya akan membiayai semua biaya operasi ayahmu. Tanpa bantuan asuransi kesehatan. Saya akan pastikan ayahmu akan mendapatkan pengobatan terbaik, tapi dengan syarat…!"

"Maksud Ibu? Syarat bagaimana??"

"Menikahlah dengan putra saya. Tapi kamu harus siap jadi istri ketiga putra saya. Saya tau uang dari hasil menjual motor tidak akan cukup. Apalagi ayahmu harus di operasi besar seperti itu. Dan bukan hanya itu saja. Saya akan berikan usaha kepada ayahmu, karena setelah operasi, ayahmu tidak mungkin bisa langsung bekerja kan? keluarga kalian membutuhkan penghasilan untuk kehidupan kalian bukan? Tenang, meskipun kamu jadi istri ketiga putra saya. Hidup kamu akan bahagia, sejahtera dan kebutuhanmu terpenuhi!" ujar wanita itu.

"Hah…!" Alina membekap mulutnya kaget.

"Kenapa kamu kaget?"

"Saya sudah punya calon suami Bu, jadi saya tidak mungkin menikah dengan putra Ibu!" jawab Alina, menolaknya.

"Masih calonkan? Belum jadi suami? Kamu tidak kasihan pada ayahmu? Kamu tega setelah selesai operasi nanti. Ayahmu harus bekerja kembali? Sedangkan motor kamu sudah kamu jual? Dan saya juga sudah bilang uang hasil jual motor itu tidak akan cukup," tempas wanita itu.

"Ah iya kita belum kenalan, kenalkan nama saya Utami, istri dari pengusaha properti terkenal Alek Roberto," imbuhnya.

"Saya Alina,"

"Ya sudah kamu pikirkan tawaran saya. Karena saya tidak bisa lama-lama disini, masih banyak urusan yang harus saya kerjakan. Ini kartu nama saya, kamu tinggal hubungi saya jika kamu berubah pikiran!" ucap wanita itu lalu pergi setelah memberikan kartu namanya kepada Alina.

Gadis itu melipatkan kedua kakinya. Dia menangis sejadi-jadinya dengan membekap mulutnya agar tidak sampai terdengar keluar.

"Mas Dimas, maafkan aku, mungkin aku akan melanggar janjiku padamu, aku melakukan semua ini demi ayah. Aura masih sekolah, Bu Utami benar setelah ayah operasi ayah tidak mungkin bisa langsung bekerja. Aku hanya ingin membahagiakan orang tuaku dan adikku. Maafkan aku Mas!" lirihnya pilu.

Alina akhirnya memutuskan menerima tawaran dari Utami, yaitu menikah dengan putranya menjadi istri ketiga. Gadis itu, pun bahkan tak menanyakan apa alasan Utami memintanya jadi istri ketiga putranya. Karena baginya adalah ayahnya segera sehat.

Dan Utami menepati janjinya, dia membiayai biaya operasi ayah Alina. Dan bukan cuma itu. Utami juga memberikan rumah dan juga usaha grosiran sembako kepada keluarga Alina. Dan rencana pernikahan pun digelar sebulan lagi, dan terpaksa ayah Alina menyetujuinya. Karena sebelumnya dia tidak diberi tahu putrinya bahwa semua biaya rumah sakit dan lain-lain, adalah dari Utami dan mereka tidak bisa menggantinya.

"Nak, kenapa kamu melakukan ini??" Jamal menangis saat baru selesai operasi.

"Maaf Ayah, aku hanya ingin Ayah bahagia. Aura bisa hidup dengan layak. Aku tidak ingin Ayah bekerja berat lagi. Aku mohon ridhoi dan restui aku menikah dengan tuan muda," jawab Alina seraya memegang tangan sang ayah.

"Ayah, hanya ingin kamu bahagia, tapi apa kamu bisa bahagia dengan pernikahan itu nantinya?" Jamal menangis.

"Insya Allah, doa Ayah dan Ibu adalah yang paling mujarab, kalian tenang saja. Bu Utami orang baik kok!" Alina berusaha menyakinkan kedua orang tuanya.

Flashback off.

Semakin lama, Alina akhirnya tertidur karena mungkin kelelahan menangis.

Besok pagi. Alina bangun dia mengerjap-ngerjapkan matanya karena dia melihat dua pelayan sedang tersenyum padanya.

"Siapa kalian??" tanya Alina kaget.

"Maaf Non, kami disuruh tuan muda untuk mengurus Non Alina. Mari Non!" jawa kedua pelayan itu.

"Kok, kalian bisa masuk kamarku? Semalam kamar ini aku kunci?"

"Hmmm…" deheman seorang pria mengagetkan Alina.

Dua pelayan itu langsung menundukan kepalanya.

"Mereka masuk atas seizin saya! Jadi kamu tidak usah heran. Cepat kamu mandi. Dan bersiap! Hari ini kamu ikut saya!" ucap Arya sembari duduk dan memakan apel yang ada di meja di kamar Alina.

"Mari Non, kami sudah siapkan perlengkapan mandi Non Alina!" ucap kedua pelayan itu.

Alina hanya menelan salivanya, "Disini serba dilayani tapi entah mengapa aku merasa tidak nyaman!" batinnya.

Alina kemudian turun dari ranjang tempat tidurnya. "Aku bisa mandi sendiri, kalian disini saja!" ucap Alina kemudian masuk kedalam kamar mandi.

"Dandani dia, jangan sampai penampilan dia memalukan!!" pesan Arya kepada kedua pelayannya lalu keluar dari kamar Alina.

"Iya Tuan!" jawab kedua pelayan itu.

Tak lama Alina keluar dari kamar mandinya. Kemudian dia masuk ke ruang ganti khusus di kamarnya untuk memakai baju yang sudah tersedia.

Setelah selesai memakai baju. Alina kemudian di dandani kedua pelayan itu.

"Non, cantik banget. Dari para istri tuan muda, Non Alina paling cantik!" puji pelayan itu.

Alina hanya tersenyum. Sembari melihat wajahnya dari pantulan cermin.

"Non, besok-besok, Non harus mau kami layani. Karena tuan muda suka kalau istrinya wangi! Non Alina bisa di spa, bisa luluran dulu pokoknya semua perawatan salon ternama bisa Non Alina dapatkan disini!" ujar kedua pelayan itu.

"Iya terimakasih! Ah iya nama kalian siapa??"

"Namaku Sari Non!"

"Dan aku Mita Non!"

Jawab keduanya.

Jika nanti aku butuh kalian lagi bagaimana?" tanya Alina.

"Non tinggal pijit tombol ini. Dan kami langsung kesini. Karena kami ditugaskan khusus untuk melayani Non Alina." jelas Sari.

"Ou, iya… menurut kalian dandananku tidak terlalu menor??" tanya Alina.

"Tidak Non, justru Non sangat cantik, dan pangling. Pasti di jamin 100% tuan muda akan langsung terpana!" kekeh Mita.

"Begitu ya? Soalnya jujur aku tidak pernah dandan kayak gini!"

"Non, dan mulai sekarang Non pakai rutin skincare ini ya! Agar kulit wajah Non semakin sehat!"

Sari memberikan satu paket skincare ternama kepada Alina.

"Insyaallah, ini bagus, bahkan setau kami nyonya besar juga pakai ini. Ini pemberian tuan muda, khusus untuk Non Alina!" imbuh Sari. Alina hanya mengangguk saja. Karena selama itu baik untuknya kenapa tidak pikirnya.

Beres didandani Alina lanjut memakai high heels, namun Alina agak kesusahan jalan karena dia tidak terbiasa memakainya. Selama ini dia keseringan memakai sandal tipis sama pantofel tipis.

"Non, gapapa? Kalau Non kesusahan biar kami ganti sepatunya!" tanya Mita saat melihat Alina jalan kayak robot.

"Iya aku tidak terbiasa memakainya!" jawab Alina hendak membukanya.

"Tidak usah di buka. Biarkan saja agar kamu terbiasa!" Arya menghentikan Alina membukanya.

"Tapi Tuan," Alina agak memelas.

"Kata saya jangan ya jangan. Ayo sebaiknya kamu cepetan ikut saya ke bawah!" sentak Arya dan membuat Alina terperanjat.

Sari dan Mita hanya tersenyum getir. Lalu mereka keluar dari kamar Alina setelah tugas mereka beres. Sedangkan Alina berjalan pelan mengikuti Arya dari belakang.

Alina menaiki lift untuk sampai ke lantai bawah.

"Buruan masuk! Kok malah bengong?" cetus Arya.

"Tuan aku susah jalan, gak kasihan apa sama aku!" cebik Alina kesal sembari masuk ke dalam lift itu.

"Tuan jangan galak-galak dong! Aku kan istri Tuan!" ucap Alina. Sementara Arya hanya bergeming tak menjawab apapun.

Tak lama lift pun terbuka dan mereka sudah sampai di lantai dasar. Arya jalan duluan di susul Alina yang kesusahan jalan.

"Ini orang mau kemana sih?" gerutu Alina.

"Cepetan masuk!" Arya menyuruh Alina masuk kedalam mobil.

"Iya…!" jawab Alina agak kesal.

Alina dan Arya kini ada di dalam mobil, dan di sepanjang jalan mereka hanya diam tak banyak bicara.

Koek koek…

Perut Alina tiba-tiba bunyi.

"Suara apa itu??" Arya menautkan alisnya.

"Perut aku tuan, lapar… karena dari kemarin siang saat aku ke rumah tuan belum makan!" jawab Alina tampak berkeringat.

"Apa???" Arya membulatkan matanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!