Reval melajukan motornya membelah jalanan yang tidak terlalu ramai itu. Tadi saat melihat siapa ayah kandung Reval dan seorang wanita yang bersamanya, ia langsung pergi dengan alasan ada urusan. Nyatanya ia berbohong. Reval hanya tak tau harus merespon bagaimana. Ia memilih untuk menghindar.
Beberapa menit melaju akhirnya motor yang dikendarai Reval berhenti di sebuah taman. Tadi sebelum ia pergi dari kafe, pemuda itu mendapat pesan dari Damar jika ingin bertemu sekarang saja. Reval hanya mengatakan setuju dan tidak bertanya lebih lanjut.
Sekitar lima menit berdiam diri memandangi orang-orang yang berlalu lalang di depannya, Reval melihat Damar yang terlihat celingukan sepertinya sedang mencarinya. Tentu saja pemuda itu tak tahu bagaimana rupa Reval. Langsung saja Reval melambaikan tangannya begitu Damar tidak sengaja melihat ke arahnya.
"Lo yang namanya Reval?" tanya Damar sebelum pemuda dengan kaos putih itu duduk di sebelah Reval setelah mendapat anggukan dari Reval tentunya.
"Jadi, apa yang mau lo omongin?" lanjutnya.
"Emm, ini tentang Revan. lo satu sekolah sama dia kan? Revan Sernando?" Reval langsung berbicara to the point pada Damar. Jujur ia agak bingung sebenarnya. Entahlah, mungkin karena pikirannya sekarang agak kacau.
"Revan?" gumam Damar. Ia agak heran mengapa anak sekolah lain mencari teman sekelasnya itu. Setaunya Revan itu penyendiri, tidak punya teman mungkin.
"Iya gue sekelas sama Revan. Lo gak tau dia udah..." Damar menjeda ucapannya dan menatap Reval seolah mengisyaratkan sesuatu dan berharap Reval mengerti.
"Gue..." Reval agak ragu. Aneh rasanya menanyakan hal tentang dirinya sendiri."Gue tau. Gue cuma mau tanya makamnya?" lanjutnya.
Damar menghela nafas sejenak. Ia teringat beberapa minggu lalu sekolah mengabarkan jika salah satu teman sekelasnya itu mengalami kecelakaan yang nyawanya tidak bisa ditolong. Ia dan seluruh teman sekelasnya juga melayat hari itu. Meskipun ia tidak dekat dengan Revan tapi ia juga menyayangan kejadian itu mengingat Revan masih muda.
"Kalo itu gue ga tau. Waktu itu gue cuma ngelayat dirumahnya aja karna emang kita telat datengnya. Tapi coba lo cari aja di pemakaman yang paling deket sama rumah dia" jelas Damar.
Reval menghela nafas. Ia pikir akan lebih cepat jika ia bertanya dengan Damar. Tapi nyatanya ia tetap harus mencarinya sendiri.
"Yaudah thanks kalo gitu" ucap Reval.
"Iya santai aja. Btw lo cuma mau ngomong itu?" Damar agak bingung sebenarnya. Jika ingin menanyakan hal itu kenapa harus bertemu langsung dan kenapa pula harus dirinya yang ditanyai. Namun Damar segera menepis pertanyaan itu dari pikirannya. Tidak apa-apa kan membantu orang lain. Lagipula apa untungnya dia kepo.
"Emm iya itu aja"
"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, ada urusan lain"
Reval hanya mengangguk dan setelah itu Damar berlalu meninggalkan Reval dengan segala pikirannya.
...****************...
Motor Reval lagi-lagi berhenti. Namun kali ini di tempat yang berbeda, sebuah pemakaman umum. Ia memandang sekitar sejenak. Sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang mengunjungi makam. kemudian ia melangkahkan kakinya memasuki pemakaman. Ia melihat sekeliling tak tau harus kemana. Tanpa sengaja matanya melihat seorang lelaki tua yang terlihat tengah menyapu dedaunan di bawah pohon dekat makam paling ujung. Ia segera menghampiri lelaki tua itu.
"Permisi Pak?" sapanya membuat lelaki itu mendongak dan menghentikan kegiatan menyapunya.
"Iya mas kenapa?" tanya lelaki tua itu.
"Maaf Pak saya mau tanya, Bapak tau ga makam yang baru beberapa minggu lalu. Namanya Revan Sernando?" tanya Reval.
"Oh anak muda yang kecelakaan itu. Saya tau. Itu makamnya di sebelah sana" ucap lelaki tua itu sembari menunjuk area makam bagian timur.
Reval reflek ikut menengok untuk melihat area yang ditunjuk lelaki yang sepertinya merupakan penjaga makam itu.
Setelah mengucapkan terima kasih, Reval langsung beranjak dari sana menuru area yang tadi ditunjuk si penjaga makam. Tak butuh waktu lama hingga ia menemukan makam dengan tulisan nama Revan Sernando di bagian nisan.
Tapi dia heran, kenapa makam papanya tidak ada disana. Mungkinkah papanya masih hidup? Ia bisa sedikit merasa lega kalau benar begitu. Setidaknya ia masih bisa bertemu dengan pria yang sangat disayanginya itu.
Entah kenapa sekarang dia baru berasa jika ia bodoh. Kenapa pula tadi tak ia tanyakan pada Damar saja. Kenapa juga ia baru teringat sekarang. Ya sudahlah.
Sepertinya sudah lima menit Reval hanya memandangi makam didepannya. entahlah, rasanya aneh. Mana ada manusia hidup yang mendatangi makamnya sendiri.
"Terus? gue harus apa?" gumamnya pelan kemudian menghela nafas pelan.
"Lo siapa?"
Reval reflek menengok ke arah sumber suara. Ia melihat seorang pemuda dengan jaket jeans berdiri tak jauh darinya. Dilihat-lihat pemuda itu seperti berumur 23 tahun atau mungkin 24. Reval menatap pemuda itu heran. Dalam hati ia berpikir siapa pemuda itu.
"Lo yang siapa?" tanya Reval.
Pemuda itu diam sejenak sebelum kemudian menjawab, "gue temennya Revan".
Reval semakin bingung. Teman katanya? Reval sangat yakin jika dia dulu tidak pernah mengenal bahkan bertemu dengan pemuda di depannya itu. Lalu siapa dia?
"Bukannya Revan gak punya temen seumuran lo ya?" entah sadar atau tidak pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Reval.
"Emang lo siapa? Kenapa lo bisa tau? Lo anak Gexion kan?" bukannya menjawab, pemuda itu justru balik bertanya secara bertubi-tubi membuat Reval semakin bingung.
"Gexion?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Retno Palupi
nah siapa lagi ini?
2024-07-16
1