5. Jangan Pernah Menyesali Semuanya.

Dua pekan kemudian, pertunangan begitu megah diadakan di ballroom hotel. Meski dengan wajah dipaksakan, Adrian tetap menampilkan senyuman sepanjang acara berlangsung demi perjanjiannya bersama Alina.

Dua hari lalu sebelum pertunangan... Alina mendatangi Adrian ke rumah lelaki itu, di tengah-tengah persiapan pertunangan mereka.

"Kita bicara di tempat tenang, aku ingin membicarakan tentang perjanjian," ujar Alina.

"Kita ke kamar ku saja." Jawab Adrian sebab belum mempunyai ruangan kerja, rumahnya diisi oleh orang tua dan adik-adiknya.

"Aku ijin dulu pada Mama mu," Alina tak ingin disalahpahami berduaan dengan Adrian di kamar meski mereka sebentar lagi akan menikah.

"Munafik! Bukan pertama kalinya kau sekamar dengan seorang pria!" cibir Adrian seraya memalingkan wajah.

Deg

Apa maksud Adrian? Aku apa?

"Apa maksudmu? Kapan aku bersama seorang lelaki dan berduaan saja di kamar? Kau tahu sendiri, jangankan dengan lelaki sembarangan... aku sudah mengenalmu selama 2 tahun, tapi aku nggak pernah sekalipun berduaan denganmu di dalam kamar."

Deg

Kini jantung Adrian tertohok, dia memberanikan diri untuk menatap mata wanita yang pernah dia cintai. Ya... dia pernah menaruh hati pada Alina sejak mereka mulai dekat, namun semua rasa itu telah sirna setelah dia menerima foto-foto Alina yang sedang dipeluk oleh seorang lelaki dengan tubuh polos tanpa pakaian di atas ranjang.

Bahkan bukti-bukti foto Alina sedang tidur bersama lelaki yang tidak dikenalnya masih dia simpan di galeri ponselnya sejak 2 tahun lalu.

Calista sering mengirim kabar padanya tentang Alina, tentang keseharian Alina. Dua tahun lalu sebelum Alina mengungkapkan tentang wanita itu mencintai dirinya, foto-foto itu sudah dia terima dari Calista.

Perasaan telah di bohongi dan ungkapan dusta dari Alina membuat hati Adrian mati untuk wanita itu, apalagi perkataan-perkataan dari Calista yang mengatakan jika Alina selalu bergonta-ganti laki-laki.

"Kenapa diam, Adrian? Katakan padaku, kapan aku berdua bersama laki-laki?!" geram Alina merasa emosi mendengar perkataan serupa tuduhan dari mulut Adrian.

"Aku nggak mau menjawabnya, ayo masuk ke kamarku... nggak perlu minta izin!" Adrian menjawab ketus lantas berjalan ke arah kamarnya di rumah besar dengan dua lantai, akomodasi dari Perusahaan yang diberikan oleh Papa Alina.

Alina merasa curiga dengan perkataan Adrian padanya, namun dia tidak bisa memikirkan masalah itu untuk saat ini.

"Masuk."

Setelah keduanya sampai di depan kamar Adrian, lelaki itu membuka pintu kamar lebar-lebar lalu masuk lebih dulu.

Alina masuk, untuk pertama kalinya dia masuk ke kamar Adrian. Bahkan dulu di masa satu tahun mereka berdua begitu akrab dan Alina sering datang ke rumah Adrian, tak sekalipun Alina diajak masuk ke kamar Adrian oleh lelaki itu.

"Kau boleh duduk dimana saja, nanti kamar ini juga akan menjadi kamarmu... bukan? Seluruh hidupku akan berada di tanganmu, sesuai keinginan mu Alina. Kau... putri dari Agra Bagasditya, berkuasa atas aku dan seluruh keluarga ku. Apa akan ada saatnya nanti... kau juga memintaku mati untukmu?" sinis Adrian.

"Sepertinya begitu... akan ada saatnya, entah saat itu kau bersedia mati demi aku atau tidak." Dengan ekspresi tenang Alina menjawab Adrian, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan mengalah dalam perjalannya melindungi Adrian dari Papanya.

Wajah Adrian memerah menahan kesal, dia mencengkram pinggiran meja belajarnya.

"Wow, apa selama dua minggu ini kau lupa membuang kenangan-kenangan kita? Lihat ini, foto-foto kita saat bolos dari sekolah lalu ini saat kelulusan kita. Wajahmu tersenyum disini, tapi... kenapa kau menatapku dengan penuh binar di foto ini seolah kau mencintaiku?"

Alina ingin mencabut foto yang tertempel itu dari dinding, namun dengan cepat Adrian mencabutnya lebih dulu. Bukan hanya foto itu, dia menarik semua foto-fotonya bersama Alina hingga dinding kamarnya kosong. Lantas lelaki itu mencari gunting dan memotong-motong foto sampai potongan kecil tepat di hadapan Alina.

Foto-foto sobek itu berserakan di lantai.

"Lihat! Sekarang semuanya sudah menjadi sampah! Tak ada lagi kenangan yang tersisa di antara kita...!" desis Adrian seraya melempar gunting sembarang arah, lelaki itu membalikkan tubuh untuk meredam emosinya.

Dengan hati perih, Alina berjongkok memunguti foto-foto mereka berdua meraup dengan kedua tangan memasukkan nya ke dalam tas yang dia bawa.

Wanita bodoh menyedihkan!

Alina merutuki dirinya sendiri.

"Cepat katakan, apa yang ingin kau bicarakan dengan ku?!" masih dengan membelakangi Alina, Adrian berdiri di depan jendela menatap keluar dengan kedua tangan bertumpu di sisi-sisi jendela.

"Aku membawa surat perjanjian untuk kita." Jawab Alina, baru lah Adrian kembali membalikkan tubuhnya.

Lelaki itu sempat tersentak melihat Alina masih memunguti sobekan foto-foto itu dan memasukkan ke dalam tas. Adrian ingin bertanya untuk apa wanita itu menyimpannya, tapi dia urung mengatakan karena tidak ingin perduli lagi.

"Mana suratnya, aku akan membacanya!" pinta Adrian tanpa membahas tentang apa yang dilakukan Alina saat ini.

"Sebentar," Alina selesai memungut sobekan foto, lalu mengeluarkan surat perjanjian dari tas nya menyodorkan pada Adrian. "Ini, bacalah. Jika ada yang tidak kau mengerti, tanyakan."

Dengan sentakan kasar, Adrian menarik kertas itu dari cekalan tangan Alina.

Tak lama kening Adrian mengernyit membaca perjanjian. "Apa maksud dari aku tidak boleh berkontak fisik dengan kekasihku selama pernikahan kita, meskipun aku boleh bertemu kapan saja dengan nya?"

"Kau pasti mengerti apa maksudku, kontak fisik antara lelaki dan perempuan termasuk berciuman dan berpegangan tangan."

"Egois!" desis Adrian menatap tajam Alina.

Alina hanya mengangkat bahu tidak perduli.

"Lalu ini, kita akan tinggal di rumah kita sendiri. Maksudmu kita tidak tinggal disini?"

"Ya, bukan disini ataupun di rumah Papa. Aku sudah meminta dibelikan rumah pada Papa, dan Papa udah setuju."

"Anak manja!"

"Adrian.... kita pernah begitu dekat selama satu tahun sebelum kau kuliah di Aussie, tapi apa kau benar-benar tidak paham sifat asliku? Benarkah selama ini aku adalah anak manja seperti yang kau lontarkan beberapa kali padaku, benarkah...!? Jika iya, berarti selama ini kau sama sekali tidak mengenalku! Apalagi saat kau mengatakan aku adalah wanita munafik, apa maksudmu aku adalah wanita so' alim?"

Diberondong dengan kalimat demi kalimat dengan suara keras dari Alina, Adrian menelan saliva dengan susah payah. Dulu Alina selalu bicara lemah lembut dan tidak pernah sekalipun menatap tajam padanya. Wanita itu selalu bersikap manis dan menatapnya penuh kasih. Kini, Adrian merasakan perbedaan Alina sejak di taman bunga mini milik Alina beberapa hari lalu.

"Kau berubah, Alina."

"Terimakasih, dan itu berkat kau."

"Aku?"

"Ya, berkatmu... akhirnya aku bisa melihat mana laki-laki yang tulus padaku dan mana laki-laki yang hanya memandangku dari kedudukan. Kau pernah bilang padaku, kau dekat denganku... hanya karena aku anak dari atasan Ayahmu. Bukankah itu artinya, kedekatan kita selama ini hanya sebatas kedudukan saja?"

Jleb!

Jantung Adrian terasa ada yang menyengat, padahal dia hanya bicara omong kosong. Nyatanya dia tulus dekat dengan Alina, bahkan menaruh hati pada wanita itu. Namun, rasa sakit sebab Alina bukan gadis baik-baik seperti yang ia kira selama ini, menutupi semua rasa yang ada di hatinya pada wanita itu.

"Baiklah, aku akan menyanggupi semua isi perjanjian ini. Puas?!" Adrian mencoretkan tanda tangan.

Alina mengambil surat perjanjian, "Terimakasih kerjasamanya, aku berjanji Adrian... setelah tiga tahun kita akan berpisah. Tetapi mungkin saja, jika ada situasi yang membuat kita tak bisa lagi bertahan dalam pernikahan... sebelum waktunya kita akan berpisah."

Wanita itu lantas mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan senyuman manis di bibir seolah tanpa beban, Adrian hanya terdiam tanpa ingin membalas jabatan tangan dari Alina.

Alina akhirnya tak menghiraukan lagi tingkah Adrian, dia menarik uluran tangannya lalu berjalan keluar kamar. Namun sebelum wanita itu melewati ambang pintu, Alina menghentikan langkahnya.

"Ingat ini, Adrian. Jangan pernah menyesali semuanya, karena saat itu... tak akan ada kesempatan untukmu."

Tanpa menunggu tanggapan dari Adrian, Alina pergi dengan membawa sejuta luka dan kenangan untuk dia kubur dalam-dalam.

Hari itu juga Alina pergi ke notaris, mengesahkan perjanjian bahkan menambahkan kausal tentang Adrian yang akan menerima saham 20 persen, tanpa Adrian ketahui.

Terpopuler

Comments

Fera Susanti

Fera Susanti

buat karakter Alina kuat sampe akhir ya Thor..maaf baru baca skr..lanjut

2024-07-10

1

Yuli a

Yuli a

kamu bakal nyesel andrian. langsung percaya2 aja . cuma segitukah cintamu untuk alina... hemmm...

2024-07-04

2

Bunda

Bunda

Oke..fix, ini ulah adenya..dan pacarnya jg pasti adenya..
lanjuttt....

2024-06-08

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tatapan Dingin.
2 2. Terbawa Perasaan.
3 3. Pernikahan Hanya Diatas Kertas.
4 4. Isi Perjanjian.
5 5. Jangan Pernah Menyesali Semuanya.
6 6. Hanyalah Wanita Simpanan.
7 7. Pernikahan Seperti Apa Ini?
8 8. Apa Alina Masih Perawan?
9 9. Berharap Mempunyai Anak Darinya.
10 Skip, Othor Cuman Iseng... Wkwkw.
11 10. Alina Dimana Kamu? Aku Menyesal!
12 11. Sinarnya Begitu Menyilaukan Hatiku.
13 12. Menangis Lah Karena Bahagia.
14 13. Menebalkan Wajah
15 14. Adrian-ku Sudah Kembali.
16 15. Hukuman Dari Alina.
17 16. Penyerang.
18 17. Urusan Dengan Mantan.
19 18. Seorang CEO.
20 19. Memberi Jarak.
21 20. Haruskah Meminta Nafkah Batin.
22 21. Demi Terlepas.
23 22. Bersikap Profesional.
24 23. Dalam Kebahagiaan, Hadir Prahara.
25 24. Dibodohi Calista.
26 25. Haruskah Jujur?
27 26. Kembali Terikat Tanpa Orang Ketiga.
28 27. Melenyapkan Anak Di Perut Alina.
29 28. Obsesi.
30 29. Saddam Sedang Menyembunyikan Sesuatu.
31 30. Bunuh Wanita Itu!
32 31. Menyelamatkan Alina.
33 32. Saddam, Tolong Jaga Alina Untukku.
34 33. Mimpi Buruk.
35 34. Tolong Aku, Sherin.
36 35. Aku Tidak Menyesal.
37 36. Berpura-pura Bahagia.
38 37. Mengkhianati Kepercayaan Alina.
39 38. Sebelum Habis Kesabaran.
40 39. Akan Menghancurkan.
41 40. Lelah Selalu Menjagamu.
42 41. Semuanya Demi Kamu.
43 42. Semuanya Adalah Perintah Dari Alina.
44 43. Jangan Berpisah.
45 44. Terlambat Untuk Memperbaiki.
46 45. Tak Akan Tergoyahkan.
Episodes

Updated 46 Episodes

1
1. Tatapan Dingin.
2
2. Terbawa Perasaan.
3
3. Pernikahan Hanya Diatas Kertas.
4
4. Isi Perjanjian.
5
5. Jangan Pernah Menyesali Semuanya.
6
6. Hanyalah Wanita Simpanan.
7
7. Pernikahan Seperti Apa Ini?
8
8. Apa Alina Masih Perawan?
9
9. Berharap Mempunyai Anak Darinya.
10
Skip, Othor Cuman Iseng... Wkwkw.
11
10. Alina Dimana Kamu? Aku Menyesal!
12
11. Sinarnya Begitu Menyilaukan Hatiku.
13
12. Menangis Lah Karena Bahagia.
14
13. Menebalkan Wajah
15
14. Adrian-ku Sudah Kembali.
16
15. Hukuman Dari Alina.
17
16. Penyerang.
18
17. Urusan Dengan Mantan.
19
18. Seorang CEO.
20
19. Memberi Jarak.
21
20. Haruskah Meminta Nafkah Batin.
22
21. Demi Terlepas.
23
22. Bersikap Profesional.
24
23. Dalam Kebahagiaan, Hadir Prahara.
25
24. Dibodohi Calista.
26
25. Haruskah Jujur?
27
26. Kembali Terikat Tanpa Orang Ketiga.
28
27. Melenyapkan Anak Di Perut Alina.
29
28. Obsesi.
30
29. Saddam Sedang Menyembunyikan Sesuatu.
31
30. Bunuh Wanita Itu!
32
31. Menyelamatkan Alina.
33
32. Saddam, Tolong Jaga Alina Untukku.
34
33. Mimpi Buruk.
35
34. Tolong Aku, Sherin.
36
35. Aku Tidak Menyesal.
37
36. Berpura-pura Bahagia.
38
37. Mengkhianati Kepercayaan Alina.
39
38. Sebelum Habis Kesabaran.
40
39. Akan Menghancurkan.
41
40. Lelah Selalu Menjagamu.
42
41. Semuanya Demi Kamu.
43
42. Semuanya Adalah Perintah Dari Alina.
44
43. Jangan Berpisah.
45
44. Terlambat Untuk Memperbaiki.
46
45. Tak Akan Tergoyahkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!