Keluarga Adrian sudah pulang, mereka pergi dengan raut wajah-wajah bahagia. Namun di dalam mobil, wajah Adrian nampak tidak bahagia. Pikiran lelaki itu berkecamuk, memikirkan pernikahan yang sama sekali tidak dia inginkan.
Di keluarga Bagasditya, langkah Alina yang menuju kamarnya di hentikan oleh adik tirinya.
"Kamu pasti senang kan, akhirnya bisa menikah dengan lelaki yang kau cintai. Tapi yang aku lihat, wajah Adrian sangat menderita. Kayaknya dia tertekan dengan pernikahan kalian, kau sungguh egois Alina!"
Alina menggertakkan gigi, tadinya dia tak ingin meladeni Calista seperti biasanya namun mulai sekarang dia akan melawan orang-orang yang selalu mengganggunya.
"Kenapa emangnya, kau iri? Ahhhh... bukankah kau juga naksir Adrian, aku pernah melihatmu menciumi wajah Adrian di layar ponsel mu. Ck, harusnya kau merayu Papa agar Papa menikahkan Adrian denganmu. Papa pasti akan menuruti segala permintaanmu, seperti yang Papa lakukan selama ini. Dasar idiot...! Sayangnya, kau sudah terlambat. Aku sekarang adalah pemilik Adrian."
"Hahahaha, kau tolol jika berpikir kau adalah pemilik Adrian! Alina... Alina... jangan pikir aku nggak tahu apa-apa! Meski Adrian nggak bisa menjadi milikku, tapi cintanya juga bukan untukmu!"
Sebelum Alina membalas ucapan Calista, adik tirinya itu sudah ngeloyor pergi.
Alina menghela nafas panjang kemudian melenggang pergi ke kamarnya, lantas membuka laptop untuk mengetik kausal-kausal untuk kontrak perjanjian bersama Adrian. Bukan hanya itu, dia juga membuat perjanjian untuk ditandangani dengan sang Papa.
Esoknya...
"Pah, sebelum pergi ke perusahaan... bisakah kita bicara?"
Mama tiri Alina mendelik tak suka. "Di perusahaan kau hanya karyawan biasa, Alina. Kalau kau berbincang dulu dengan suamiku, kau akan telat datang."
"Nyonya Elsa, saya tahu saya hanya seorang karyawan biasa dan di gaji seperti pegawai lainnya. Jika saya telat, saya akan menerima dengan lapang dada... jika ada pengurangan gaji. Silahkan Anda bicara langsung pada atasan saya, laporkan keterlambatan saya padanya dan meminta pengurangan gaji."
"Sudahlah, kami memang harus sering bicara untuk membahas pertunangan nya dengan Adrian. Setelah sarapan, tunggu Papa di ruangan kerja Papa." Ucap Agra menyela perdebatan putri sulungnya dengan sang istri.
"Mama, Calista pergi dulu. Ada jam pagi," Calista masih kuliah, dia akan berangkat ke kampus.
"Oke, hati-hati bawa mobilnya."
"Bye..." pamit Calista dengan senyuman aneh di bibirnya ketika menatap Alina.
Kenapa dia tersenyum menyebalkan?!
Alina menggelengkan kepala masa bodoh melihat tingkah laku adik tirinya itu.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Alina menunggu sang Papa di ruang kerja.
"Ada apa?" tanya sang Papa setelah duduk berhadapan.
"Ini, Alina ingin Papa membacanya. Alina minta Papa mengabulkan permintaan Alina yang tertulis disana."
Agra mengambil secarik kertas yang disodorkan putrinya, dia menarik kacamata dari sunglasses holster lantas memasangnya untuk membantu penglihatannya.
"Apa maksudnya ini?" wajah Agra nampak belum memahami isi dari surat perjanjian yang diberikan Alina.
"Syarat Alina... jika aku dan Adrian menikah. Alina hanya minta 20% saham di perusahaan. Di perusahaan, saham milik papa sebesar 58%... Alina hanya minta 20 persen. Bukankah Adrian dan Alina yang nantinya akan ikut mengurus perusahaan Papa, berikan kewenangan pada kami jika Papa ingin perusahaan maju pesat dibawah kepengurusan Adrian."
"Apa jaminan kamu dan Adrian mampu melejitkan keuntungan perusahaan berkali-kali lipat?"
"Papa tahu aku adalah lulusan dari Manajemen Bisnis, tapi Papa lah yang tidak mempercayai aku selama ini dan hanya menempatkan Alina sebagai pegawai. Alina janji, setelah Adrian dan Alina bersama-sama mengurus manajemen perusahan... perusahaan Papa akan bersejajar bersama perusahaan-perusahaan ternama."
"Jika kau gagal?"
"Berarti Alina nggak perlu menikah dengan Adrian, karena itu artinya Papa nggak percaya pada kemampuan Adrian memajukan perusahaan. Jadi untuk apa kami menikah?"
Nampak Agra membetulkan kacamata, kembali membaca bagian-bagian dari kausal perjanjian.
"Kausal ke lima, setelah menikah kamu ingin pindah rumah."
"Ya, aku ingin hidup mandiri dengan suamiku nanti."
Agra mengangguk. "Kausal ke 10, kamu ingin ditempatkan dibawah kepemimpinan Adrian."
"Papa ingin menempatkan Adrian di bagian apa?"
"Papa akan menempatkan Adrian sebagai Chief Marketing Officer."
"Jadi, Adrian akan berposisi sebagai eksekutif atau pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab dalam urusan marketing atau pemasaran. Dia berperan mengembangkan rencana pemasaran untuk meningkatkan penjualan dan pertumbuhan?"
"Benar, Papa akan mempercayakan posisi itu pada calon menantu Papa." Agra tersenyum bangga. "Papa yakin, di bawah kepemimpinan Adrian... Marketing Officer akan berkembang pesat dan kita akan mendapatkan laba yang besar."
Hanya tentang uang!
Alina tersenyum kecut. "Jadi bagaimana? Papa setuju semua persyaratan di perjanjian?"
"Setuju, tapi Papa juga mengajukan satu syarat. Hanya satu..."
"Apa syarat Papa?"
"Papa berjanji akan menandatangani surat perpindahan saham untukmu sebesar 20 persen sesuai yang kau minta, tapi pada waktunya."
"Maksud Papa?"
"Saat kau hamil, Papa akan memberikan saham itu."
"Apa?!" Alina sontak berdiri, dia sudah berjanji pada Adrian tidak akan meminta nafkah batin atau meminta tubuhnya untuk disentuh. Jadi, bagaimana nanti dia bisa hamil?
"Kenapa kaget?"
"Untuk apa semua itu, Pah?"
"Jaminan, demi masa depan perusahaan."
"Hah? Apa hubungan nya aku punya anak dengan perusahaan?"
"Jika kalian mempunyai anak, seandainya suatu hari situasi pernikahan kalian berada dalam masalah dan kalian berpisah. Adrian tidak akan mengkhianati perusahaan Papa dengan bekerjasama bersama rival Papa, karena saat itu... dia akan memikirkan tentang anak kalian yang tentunya adalah keluarganya juga. Adrian tidak mungkin mampu menjatuhkan perusahaan Papa demi anak kalian, bukan?"
"Papa ingin menjadikan anak kami sebagai borgol yang mengikat perasaan Adrian, bukan karena Papa menginginkan cucu? Astaga! Papa!"
"Terserah padamu! Papa hanya meminta satu syarat!"
Alina memijit keningnya yang tiba-tiba sakit, dia sengaja meminta bagian saham untuk dia berikan pada Adrian nantinya. Di masa depan, Alina mempunyai rencana untuk menguatkan kedudukan Adrian di hadapan sang Papa hingga nantinya Adrian bisa menolak apapun keinginan sang Papa atau setidaknya bisa melawan Papanya jika sang Papa berbuat sesuatu. Cukup sudah sang Mama yang menjadi korban keegoisan Papanya, Alina bersumpah dia akan melepaskan dirinya dan juga Adrian dari jeratan sang Papa.
"Baik, Alina setuju."
Alina lantas manarik kertas dan menambahkan kausal perjanjian, dengan tambahan saham akan diberikan saat Alina mempunyai anak. Setelah itu Agra menandatangani surat perjanjian, diikuti Alina membubuhkan tandatangan nya.
"Alina akan mengesahkan nya di notaris, Alina harap istri Papa atau putri Papa satunya lagi nggak akan menggugat perjanjian kita ini."
"Papa janji, perjanjian ini akan sah di mata hukum."
Alina seketika bernafas lega, setidaknya saat dia bercerai dengan Adrian dia dapat membahagiakan lelaki itu dengan kekayaan yang akan Alina kumpulkan. Setelah semuanya usai, Alina akan pergi membawa anak yang akan dilahirkan dari pernikahan yang memang tidak diharapkan oleh Adrian dan membebaskan lelaki itu dari ikatan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Erni Kusumawati
diluar nurul mmg pola pikir papanya Alina... Gila sih tukar keluarga demi uang.. sama saja dengan pesugihan yg harus menumbalkan anak utk kekayaan.. miris
2024-08-20
1
Fera Susanti
semangat alina
2024-07-10
0
Yuli a
alona cinta sampek segitunya..
2024-07-04
0