Pagi itu, Aira bangun dengan perasaan baru. Matahari bersinar cerah, memberikan semangat untuk memulai hari. Setelah menghabiskan waktu dengan Arga dan membaca naskah novelnya, Aira merasa lebih termotivasi untuk menjalani hidup. Ia tahu bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk menemukan kebahagiaan dan makna baru.
Setelah sarapan, Aira memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kota kecilnya. Ia ingin mengunjungi beberapa tempat yang menyimpan kenangan masa lalu, berharap bisa melihatnya dari perspektif yang berbeda. Dengan langkah ringan, ia berjalan menuju sekolah lamanya, tempat di mana ia dan adiknya sering bermain dan belajar bersama.
Ketika tiba di sekolah, Aira berdiri di gerbang dan membiarkan kenangan-kenangan indah mengalir dalam pikirannya. Ia ingat bagaimana ia dan adiknya, Dika, sering bermain di taman sekolah, tertawa dan berlari-lari. Kenangan itu membuatnya tersenyum, meski ada rasa sedih yang mendalam.
Sambil berjalan di sekitar taman, Aira mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia menoleh dan melihat Siska, teman lamanya, datang menghampiri. "Aira! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Siska dengan senyum lebar.
"Aku hanya berjalan-jalan, mengingat masa lalu," jawab Aira sambil tersenyum.
Siska mengangguk, lalu berkata, "Aku juga sering datang ke sini untuk mengenang masa-masa sekolah. Banyak kenangan indah yang kita miliki di sini."
Mereka berdua berjalan-jalan di sekitar taman sekolah, berbagi cerita tentang kenangan masa lalu. Siska bercerita tentang bagaimana ia dan teman-teman lain selalu mengandalkan Aira untuk membantu mereka dengan pelajaran. "Kamu selalu pintar, Aira. Kami semua sangat beruntung memiliki teman sepertimu," kata Siska dengan penuh rasa syukur.
Aira tersenyum, merasa terhibur oleh kata-kata Siska. "Terima kasih, Siska. Kenangan itu sangat berarti bagiku."
Setelah menghabiskan beberapa waktu di sekolah, Aira dan Siska memutuskan untuk pergi ke kafe kecil di dekat taman kota. Kafe itu adalah tempat favorit mereka saat masih sekolah, tempat di mana mereka sering menghabiskan waktu untuk mengobrol dan bersantai.
Di kafe, mereka memesan minuman dan duduk di sudut yang nyaman. Sambil menyesap kopinya, Siska menatap Aira dengan rasa ingin tahu. "Aira, bagaimana dengan Arga? Kamu terlihat sangat dekat dengannya."
Aira tersenyum malu-malu. "Arga adalah teman yang sangat baik. Dia selalu ada untuk mendukungku, dan aku merasa bisa membuka diri padanya."
Siska mengangguk. "Itu bagus, Aira. Setelah semua yang kamu lalui, kamu pantas mendapatkan seseorang yang bisa membuatmu bahagia."
Percakapan mereka berlanjut dengan hangat. Aira merasa bahwa Siska adalah teman yang selalu mendukungnya, dan ia bersyukur bisa kembali menjalin hubungan yang erat dengan teman lamanya. Setelah beberapa jam berbincang, mereka berpisah dengan janji untuk bertemu lagi dalam waktu dekat.
Sore harinya, Aira memutuskan untuk mengunjungi danau yang sering ia datangi bersama Arga. Ia ingin merenung dan menenangkan diri. Saat tiba di tepi danau, Aira duduk di bawah pohon favoritnya dan membiarkan pikirannya mengembara.
Di tengah ketenangan itu, Aira mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia menoleh dan melihat Arga datang menghampiri dengan senyum ramah. "Aira, apa yang kamu lakukan di sini sendirian?" tanya Arga sambil duduk di sebelahnya.
"Aku hanya ingin merenung. Tempat ini selalu memberiku kedamaian," jawab Aira dengan suara lembut.
Arga mengangguk dan menatap danau yang tenang. "Aku mengerti. Kadang-kadang, kita perlu waktu untuk sendiri dan merenung."
Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Setelah beberapa saat, Arga membuka suara. "Aira, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat besok. Aku pikir itu bisa menjadi pengalaman yang baik untuk kita berdua."
Aira menatap Arga dengan rasa ingin tahu. "Ke mana, Arga?"
Arga tersenyum misterius. "Kamu akan tahu besok. Anggap saja ini sebagai kejutan."
Aira merasa bersemangat sekaligus penasaran. "Baiklah, aku akan menunggu kejutanmu."
Keesokan harinya, Arga menjemput Aira di rumahnya. Mereka berdua naik mobil dan memulai perjalanan ke tempat yang direncanakan Arga. Selama perjalanan, Aira merasa semakin penasaran dengan kejutan yang disiapkan Arga.
Setelah beberapa jam berkendara, mereka tiba di sebuah desa kecil di kaki gunung. Pemandangan di sekitar desa itu sangat indah, dengan perbukitan hijau dan udara yang segar. Arga menghentikan mobil di depan sebuah rumah tua yang tampak terawat dengan baik.
"Ini adalah rumah kakek-nenekku," kata Arga dengan suara lembut. "Aku sering datang ke sini saat kecil. Tempat ini selalu memberiku rasa damai."
Aira terpesona oleh keindahan dan ketenangan tempat itu. "Ini luar biasa, Arga. Terima kasih sudah membawaku ke sini."
Mereka masuk ke dalam rumah dan Arga menunjukkan beberapa foto keluarga yang tergantung di dinding. "Kakek-nenekku adalah orang yang sangat baik. Mereka selalu mengajarkan pentingnya kebersamaan dan cinta."
Setelah melihat-lihat di dalam rumah, Arga mengajak Aira berjalan-jalan di sekitar desa. Mereka mengunjungi ladang, sungai kecil, dan bukit-bukit yang menawarkan pemandangan menakjubkan. Aira merasa terhubung dengan alam dan merasakan kedamaian yang mendalam.
Saat mereka duduk di atas bukit dan menikmati pemandangan matahari terbenam, Arga berkata, "Aira, aku ingin kita selalu mendukung satu sama lain. Aku tahu kita berdua memiliki masa lalu yang sulit, tapi aku percaya bahwa kita bisa menemukan kebahagiaan bersama."
Aira merasakan kehangatan dalam kata-kata Arga. "Aku juga percaya itu, Arga. Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku."
Mereka duduk dalam keheningan yang penuh makna, merasakan keindahan alam dan kebersamaan. Saat malam tiba, mereka kembali ke rumah kakek-nenek Arga dan menyalakan perapian. Di depan api yang hangat, mereka berbagi cerita tentang harapan dan impian mereka untuk masa depan.
Malam itu, Aira merasa bahwa ia telah menemukan sesuatu yang berharga. Kehadiran Arga dalam hidupnya memberikan harapan baru dan kebahagiaan yang selama ini ia cari. Ia tahu bahwa perjalanan untuk menyembuhkan luka hati masih panjang, tapi dengan Arga di sisinya, ia merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang.
Keesokan paginya, sebelum mereka kembali ke kota, Arga mengajak Aira berjalan-jalan terakhir kali di sekitar desa. Mereka mengunjungi sebuah danau kecil yang tersembunyi di tengah hutan. Danau itu sangat tenang, dengan air yang jernih dan pepohonan yang rindang di sekitarnya.
Saat mereka duduk di tepi danau, Arga berkata, "Aira, tempat ini selalu menjadi tempat favoritku. Di sini aku bisa merenung dan merasa terhubung dengan alam."
Aira menatap danau yang tenang dan merasakan kedamaian yang sama. "Aku mengerti, Arga. Tempat ini sangat indah dan menenangkan."
Mereka duduk dalam keheningan, menikmati momen itu bersama. Setelah itu merekan pun memutuskan untuk kembali ketempat masing-masing
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Rha
Menarik ceritanya, tidak membosankan
2024-05-28
4