4. Dihindari

Mobil bak sampah sudah mau menuju ke kantor Wiguna Grup pusat. Namun, Apang tahan karena ada rapat dadakan dengan salah satu perusahaan cukup ternama.

Hari ini Apang nampak sibuk. Dia sama sekali tak memperhatikan sekelilingnya. Bertemu dengan beberapa petinggi perusahaan dan membahasnya sambil berjalan. Naira yang menyapanya dengan sopan tak dia indahkan.

"Semakin ke sini semakin kelihatan jika kamu memang bukan dari kalangan biasa," gumam pelan Naira ketika melihat Apang yang semakin berkharisma.

Ini kali pertama bagi Naira ditugaskan membuatkan kopi juga teh untuk para petinggi Wiguna Grup pusat. Hampir dua Minggu bekerja di sana dia hanya tahu Apang saja sebagai salah satu petinggi perusahaan.

"Pasti kamu bakalan tercengang deh," bisik salah satu office girl.

"Maksudnya?"

"Entar rasain aja vibes di ruangan meeting. Hanya orang beruntung yang bisa masuk ke sana."

Naira tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh rekannya tersebut. Sebisa mungkin dia tidak melakukan kesalahan dalam membuat minuman untuk para petinggi. Catatan sudah diberikan.

Hembusan napas kasar keluar dari mulut Naira sebelum dia masuk ke ruangan meeting. Dia teringat akan ucapan rekannya tadi.

"Jangan kaget! Para manusia premium sedang berkumpul."

"Apa sih maksudnya?"

Mengetuk pintu sebelum masuk. Tubuh Naira sedikit menegang ketika melihat para pria tampan nan gagah yang sedang duduk menoleh ke arahnya. Di antara mereka ada Apang.

"Ini beneran di negara Konoha? Kenapa berasa ada di Korea?"

Ya, manusia premium yang dimaksud rekan kerja Naira yakni para petinggi perusahaan yang memiliki ketampanan luar biasa. Kharisma mereka pun terpancar dengan begitu jelas.

"Permisi," ucap Naira yang mulai menyadarkan diri.

Dia meletakkan satu per satu minuman di atas meja. Para petinggi itupun begitu dingin dan datar. Sama seperti Apang. Itu membuat Naira deg-degan.

Dari salah satu mereka, Naira melihat ada satu pria yang mirip dengan Apang. Hati kecilnya mulai bertanya.

"Apa itu ayahnya Apang?"

Jantung Naira baru sedikit lega ketika keluar dari ruangan rapat tersebut. Mendengar samar pembicaraan mereka membuat suasana ruangan begitu mencekam. Dia juga pertama kali mendengar Apang berkata dengan begitu serius.

"Mereka satu keluarga bukan sih? Damage-nya sama semua."

Hendak kembali ke pantry, Naira dikejutkan dengan suara yang dia kenali. Jantungnya berdegup begitu hebat ketika suara itu semakin jelas. Naira memilih untuk bersembunyi di bawah kolong meja yang kosong. Jantungnya sudah tak aman.

"Kenapa harus dipertemukan dengan mereka lagi?"

Raut penuh ketakutan hadir jelas di wajahnya. Setelah Mereka masuk, Naira segera keluar dari kolong meja dan berlari menuju pantry. Pertanyaan dari sang rekan kerja tentang ruang meeting tak Naira jawab. Wajahnya masih dilanda kepanikan. Pikiran jelek kini sudah berkelana di kepalanya.

"Tuhan, semoga aku tak bertemu dengan mereka."

.

Meeting berjalan dengan cukup lancar. Namun, wajah Daddy Aksa sudah sangat tak bersahabat begitu juga dengan Restu. Mereka menatap ke arah Tuan Juan dan putranya Justine dengan tatapan tajam.

"Bagaimana?" tanya Tuan Juan setelah memaparkan semuanya.

"No bad," jawab Daddy Aksa dan itu membuat Tuan Juan dan Justine tersenyum.

"Tapi, perusahaan ini bukanlah perusahaan yang mudah kalian ajak kerjasama," tekan Daddy Aksara.

"Semuanya harus melalui seleksi peninjauan karena kami tidak ingin sesuatu terjadi pada perusahaan yang sudah kami jaga sampai saat ini," tambah Restu dengan keseriusannya.

Ya, mereka berdua adalah dua manusia yang begitu sensitif. Bisa mengendus kecurangan sekecil apapun. Mereka semua berpegang teguh jika Wiguna Grup pusat harus dijaga sepenuh hati. Perusahaan itulah yang pertama kali didirikan oleh mendiang kakek Genta hingga menghasilkan banyak perusahaan cabang di bawah naungan Wiguna Grup.

Raut kecewa hadir di wajah Tuan Juan dan Justine. Ternyata bekerjasama dengan Wiguna Grup sangatlah sulit. Nyatanya, semua petinggi Wiguna yang tak lain para CEO beberapa perusahaan hadir. Di mana mereka adalah orang-orang berkompeten.

"Baiklah, kami tunggu keputusan kalian."

.

Naira memegang dadanya karena hampir saja bertemu dengan dua orang yang sangat dia takuti. Kakinya terkulai lemas hingga dia terduduk di lantai.

"Kamu kenapa?" tanya seorang pria yang sudah tak muda, tapi masih sangat tampan.

"Eng-Enggak, Pak," jawab Naira dengan suara yang sedikit gemetar.

Ketakutan Naira teramat jelas terlihat. Dia mencoba untuk berdiri, dan tak Naira sangka pria itu membantunya. Pria yang sedikit mirip dengan Apang.

"Kalau kamu kurang sehat, kamu bisa kok ijin pulang."

"Tidak, Pak. Saya baik-baik saja."

Hati Naira mencelos mendengar kalimat yang begitu lembut dan penuh perhatian dari sosok pria itu. Rasa rindu terhadap perhatian seorang ayah mulai hadir.

"Oke kalau begitu," ujar pria itu.

"Harus kamu tahu, perusahan ini didirikan bukan untuk kerja paksa. Tapi, untuk memanusiakan manusia."

Senyum yang begitu lembut membuat air mata Naira mulai menggenang. Ingin sekali dia memeluk tubuh pria itu.

"Andai, Ayah seperti Beliau," batin Naira dengan menahan sesak di dada.

.

Sudah waktunya pulang kerja bagi Naira. Dia kembali berpapasan dengan Apang di depan lift. Sebagai pekerja di sana, Naira menyapa Apang dengan begitu sopan. Bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka dan Apang segera masuk ke dalam sana. Naira masih mematung di depan lift sambil menatap Apang yang berdiri sendiri di dalam lift dengan wajah datarnya.

Ternyata mobil bak sampah sudah datang. Apang pun tersenyum penuh arti. Dia pun sudah berada di lobi. Namun, berdiri di tempat yang sedikit tersembunyi.

Target sudah ada di depan mata, Apang pun tersenyum kecil. Baru saja hendak melangkahkan kaki, dia terkejut ketika targetnya sudah dibawa oleh dua orang asing masuk ke dalam mobil.

.

Air mata Naira pun menetes. Dia sudah bersimpuh di hadapan dua pria yang sangat dia hindari, tapi ternyata takdir mempertemukan mereka kembali.

"Jen mohon, jangan gunakan kekuasaan kalian lagi. Ijinkan Jen bahagia bersama Ibu. Ijinkan Jen dan Ibu hidup tenang."

"Jangan mimpi kamu, Jen!" pekik seorang pria seusianya.

Mendengar kalimat itu membuat Naira mulai berani menatap mereka berdua.

"Semuanya sudah kalian dapatkan. Kurang puas apa lagi?" tanya Naira dengan mata yang berkaca.

"Jen udah hidup menderita selama sepuluh tahun. Apa ada Jen datang kepada kalian? Mengemis kepada kalian? Tidak! Tapi, kenapa kalian terus mengusik hidup Jen? Belum puaskah kalian menyakiti Jen dan Ibu selama ini?"

Plak!

Tamparan keras mengenai pipi Naira. Tubuh Naira pun sampai tersungkur ke lantai kotor. Sakit, sudah pasti.

"Karena kamu sudah membentak saya. Saya pastikan hidup kamu tidak akan pernah tenang."

Air mata Naira terus menetes. Ujung bibirnya terasa sangat perih karena bekas tamparan pria tak berhati. Juga rambutnya terasa sakit karena sebelum dua orang itu pergi dari gudang, lelaki seusianya menarik rambut Naira sekuat tenaga dan meludahi wajah Naira.

Naira mencoba untuk berdiri dengan air mata yang belum terhenti. Ketika dia membalikkan tubuh, seorang lelaki tinggi nan tampan sudah berdiri tak jauh darinya. Lelaki itu membeku melihat betapa hancurnya Naira.

"Ra--"

...***To Be Continue***...

Terpopuler

Comments

Sayem Sayem

Sayem Sayem

ayoooo Apang bantuin Naira ..bikin hancur c Juan...hrs ny Apang cari tau dl jangan kyk ank cwe maen ngambek

2024-06-29

0

Ida Lestari

Ida Lestari

lnjut trus thor semangat

2024-06-06

0

sum mia

sum mia

ada hubungan apakah antara Juan dan Justin , kayaknya mereka keluarga , dan bisa jadi karena harta yang biasanya membutakan mata hati , dan mau melakukan apapun demi harta yang ingin dikuasai nya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2024-06-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!