Belaian halus menggelitik pelipis hingga ke tulang pipi, membuatku perlahan membuka mata yang masih mengantuk karena terusik.
Tampan. Satu kata yang hatiku koarkan saat melihat penampilan khas baru bangun tidur pria yang semalam telah merenggut mahkota kebanggaanku. Dengan bertelanjang dada, ujung jarinya seakan tak bosan membelai dan menjalar di sekitar wajahku.
Daniel menyapa dengan suara parau serak basahnya, "Selamat pagi, Sayang..."
Seulas senyum pun dia pampangkan, kebahagiaan tak bisa dibohongi begitu kentara menghiasi wajah maskulin tanpa kacamata pria itu.
Jantungku bergemuruh hebat. Sama seperti semalaman ketika kami saling bermadu kasih di atas ranjang. Sentuhannya yang hati-hati bisa membuatku percaya bahwa pria ini memiliki cinta di hatinya untukku. Seandainya saja aku tidak mengenal Daniel sejak setahun pernikahan kami, pasti aku yang sedang hilang ingatan akan jatuh hati padanya tanpa pikir dua kali.
Sayang sekali aku yang kini cuma berpura-pura tidak akan bisa ditipu oleh wajah tampan dan sikap lembut Daniel Fernandez Oxxon. Dia berniat memanfaatkanku, bercinta baginya hanyalah bonus dari tujuannya memperlakukanku sebagai istri. Bahkan Kean pun sudah tahu apa yang ada di pikiran Daniel, cuma di antara kita masih belum dapat memastikan saja apa yang Daniel inginkan dari diriku.
"Selamat pagi, Sayang," balasku singkat. Membalas juga dengan senyum yang sama dengannya. Sejenak... Daniel terkesiap. Detik selanjutnya dia menarik bagian belakang kepalaku dan mendaratkan kecupan dalam di kening, bersamaan dengan seringainya yang kian melebar.
"Kamu berubah, Lariette. Mulai sekarang aku percaya kalau kamu benar-benar mencintaiku," ucapnya hangat.
Sengaja kusergah dengan ekspresi bingung, "Apa... sebelumnya kita tidak saling mencintai seperti ini, Daniel?"
Pertanyaanku agaknya membuat Daniel terkejut beberapa saat, namun kemudian dia menggeleng disertai senyum yang lebih hangat, "Maaf, aku lupa kalau kamu sedang hilang ingatan."
APA?! Seorang Daniel Fernandez Oxxon meminta maaf pada wanita sepertiku? Nyaris saja aku ternganga mendengarnya, nasib baik pengendalian emosiku cukup bagus dalam meresponnya.
"Apa... kalau aku tidak hilang ingatan, kita tidak melakukan apa yang seharusnya pasangan suami istri lakukan seperti kita semalam?" tanyaku membuatnya kembali menggeleng pelan.
"Kita hanya sedikit bertengkar sebelum kamu hilang ingatan, jika baik-baik saja... kita biasa melakukannya juga," jawab Daniel, lagi-lagi berbohong. Aku jadi ingin melihat sampai sejauh mana pria itu akan menipuku.
Dengan berani, aku memeluk Daniel untuk menguji apakah dia masih akan memerangkapku di kediamannya atau tidak lagi. Karena untuk itulah tujuanku pasrah bercinta dengannya semalaman hingga seluruh tubuhku remuk redam.
Di dalam pelukannya, aku bertanya, "Lalu... apa kegiatanku sehari-hari setelah ini, Daniel?"
"Kamu?" Daniel berdeham panjang, seakan memikirkan, "Hanya di kediaman. Oh, mungkin kamu bisa pergi berbelanja ditemani pelayan dan bodyguard pribadimu. Atau makan di sebuah restoran kalau masih senggang."
Untuk yang satu ini setidaknya dia tidak banyak berbohong. Suatu kemajuan kalau sampai Daniel memberiku izin keluar untuk berbelanja dan makan di restoran.
Selama ini Daniel memperlakukanku selayaknya tahanan di dalam sangkar emas. Berbelanja pula lebih baik dia bawakan orang ke kediaman daripada membiarkanku pergi.
Daniel selalu begitu, dan aku ingin lihat sampai batas mana dia akan membiarkanku berlaku sesuka hatiku. Aku pun mulai mendengus kasar, "Hahh... mengapa terdengar sangat membosankan? Apa tidak ada hal lain lagi yang bisa aku lakukan? Apa aku hanya bersenang-senang dan menghabiskan uangmu saja? Aku juga ingin memiliki sesuatu untuk dikerjakan, Daniel."
Daniel kembali diam dan berpikir, sebelum akhirnya menjawab ringan, "Sebenarnya menjadi Nyonya Oxxon memang hanya bertugas bersenang-senang dan menghabiskan uangku saja, karena yang berkewajiban mencari uang dan bekerja itu aku. Tapi kalau kamu memang merasa itu sangat membosankan, mungkin hari ini kamu bisa ikut denganku."
"Ikut denganmu? Ke mana?" Aku mulai tertarik, kapan lagi Daniel mengizinkanku ikut dengannya. Kalau begitu mungkin saja aku bisa tahu apa tujuan dia memperlakukanku dengan sangat baik.
"Ikut saja, nanti kamu akan tahu," tantangnya membuatku semakin penasaran.
Senyum Daniel tak luntur, hingga aku mencoba bangkit dari baring dan mengaduh kesakitan, barulah wajahnya berubah menjadi sedikit cemas.
"Shhh, sakit...," rintihku merasakan perih di sekujur tubuh dan remuk redam hampir di seluruhnya.
"Apa masih sakit?" tanyanya kelihatan agak khawatir.
'Menurutmu?' Rasanya ingin sekali menjawabnya begitu. Jika saja aku tidak dalam situasi ingin membalas Daniel, aku pasti tidak akan mau sampai begini.
"Seingatku semalam sudah membiarkan Lariette tidur tepat jam 3 pagi, apa biasanya begini kalau baru pertama?" gumam Daniel pelan, namun masih dapat terdengar ke telingaku, "Wanita yang kutiduri langsung bisa berlari saat aku usir karena enggan melihat wajah mereka di pagi hari, tapi Lariette justru kesakitan sekali. Padahal semalam aku sudah sangat lembut dan berbelas kasih membiarkannya beristirahat beberapa kali."
Aku tercengang mendengar gumaman Daniel pada dirinya sendiri, hanya bisa menunduk geram selagi merutuk dalam hati, 'Apa kamu baru saja menyamakanku dengan para wanita yang sering dijamah oleh banyak pria? Dasar, Daniel! Biar bagaimanapun yang semalam itu pertama kalinya bagiku! Sungguh lelaki tak tahu malu!'
Sesaat kemudian aku terkejut, tubuhku mendadak diangkat olehnya yang berujar, "Kalau memang sakit sekali, biar aku bantu kamu mandi."
"Y-ya?" Responku tak kalah terkejut, dengan sepasang mata membelalak.
"Meski kamu istriku, kamu adalah wanita pertama yang aku perlakukan spesial di pagi hari. Aku perlu bayaran setelah ini," ucapnya ringan, kian membuatku memelotot.
"Aku juga masih harus membayar? Bukankah tugas seorang suami menolong istrinya yang sedang kesakitan?"
Daniel mengedikkan bahu tak acuh, selagi memasang senyum penuh makna, "Aku janji tidak akan terlalu menyusahkanmu."
"Apa? Memangnya apa yang ingin kamu lakukan kepadaku sebagai bayarannya, Daniel?" tanyaku bergidik ngeri melihatnya semakin lebar tersenyum.
Sembari membawaku ke kamar mandi, Daniel mengujar seakan tanpa dosa, "Melanjutkan yang semalam, Sayang. Sebentar saja sebelum kita berangkat."
"A-apa yang ingin dilanjutkan?" terbataku menyahutinya. Dalam hati memaki, 'Apa kamu gila ingin menyentuhku lagi?! Ini bukannya membantuku, tapi membuatku semakin kesakitan, Daniel!'
"Sebentar saja, Sayang. Lalu aku akan memijatmu setelahnya. Bukankah bayaran ini juga terlalu kurang mengingat kamu sampai bisa membuatku berniat memijatmu?"
"Ka-kamu ingin memberikanku pijatan?" tanyaku ragu. Mungkin hanyalah omong kosong, tetapi pria ini seorang mafia yang terkenal kejam, bagaimana bisa dia sampai memiliki niatan untuk memijatku?!
"Tentu saja, apapun akan kulakukan untuk istriku," sahutnya ringan. Ke mana karismanya saat menghukum para bawahan? Se-seorang mafia sepertinya sungguh ingin memijat wanita yang orangtuanya bahkan membunuh nyaris seluruh anggota keluarga Oxxon? Sebenarnya apa yang dilakukan orang selayaknya Daniel Fernandez Oxxon hingga mau memijatku segala? Apa tujuannya berlaku sebegininya terhadapku?
'Astaga... jika Kean melihat Daniel memijatku, pasti dia tak akan percaya,' benakku, 'Oh? Omong-omong, di mana dia sekarang? Bukankah seharusnya dia mulai datang untuk memberikanku obat setelah sarapan?'
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Nuriati Mulian Ani26
mulai nih ada rasa
2025-02-23
0